Monday, June 29, 2009

Untuk Go Green, perlukah Be Vegan?

Pasti pernah kan melihat stiker yang dituliskan orang di belakang kaca mobilnya, isinya: GO GREEN, BE VEGAN? Sepertinya, sosialisasinya sudah semakin heboh sekarang. Kemarin aku lihat slogan itu juga sudah mejeng di mal. Sebelumnya, sudah bertebaran di billboard ataupun spanduk-spanduk di jalan.

Awalnya, aku kurang menangkap hubungan antara GO GREEN dan BE VEGAN.
Aku paham kalau GO GREEN itu pasti slogan yang intinya mengajak kita untuk kembali memperhatikan alam. Kita harus kembali menghijaukan bumi yang sudah semakin sakit karena pemanasan global yang kita alami sekarang ini. Dan aku sangat setuju sekali dengan ajakan untuk bersama-sama kembali menghijaukan bumi. Seperti progam satu orang satu pohon yang menurutku adalah program nyata yang paling mudah untuk kita laksanakan secara individual. Selamatkan bumi kita. Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya.

Kalau BE VEGAN/VEGETARIAN, sedikit banyak aku juga paham. Biasanya ini terkait dengan orang-orang yang memutuskan untuk tidak mengkonsumsi produk-produk hewani, seperti daging, sama sekali. Mungkin untuk yang VEGAN, masih bisa minum susu dan makan telur. Tapi untuk yang VEGETARIAN, biasanya makanannya murni berasal dari tumbuh-tumbuhan atau nabati. Ada banyak alasan yang membuat orang memilih untuk menjadi vegan atau bahkan menjadi vegetarian.

Ada karena alasan kesehatan, dimana dokter menganjurkan agar si pasien yang sudah di-diagnosa menderita penyakit tertentu untuk mengurangi atau bahkan menghentikan sama sekali konsumsi produk hewani, seumur hidupnya. Ada juga karena alasan agama atau keyakinan. Karena aku tahu ada keyakinan tertentu yang mewajibkan jemaatnya untuk tidak mengkonsumsi daging. Setahuku, latar belakangnya didasarkan pada menghargai nyawa sesama mahluk hidup. Dimana hewan itu dikatakan juga memiliki nyawa yang sama berharganya juga dengan nyawa manusia. Sehingga tidak pantas dikorbankan hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan manusia. Termasuk juga ayam, sapi dan ikan. Bahkan bagi yang vegetarian, memakan telur itu diidentikkan dengan memakan janin, dan sudah termasuk mengorbankan nyawa mahluk lain.


Kembali ke slogan GO GREEN, BE VEGAN, apakah akan langsung terlihat hubungan keduanya? Tidak. GO GREEN menganjurkan kita untuk menghijaukan dunia. BE VEGAN menganjurkan kita untuk tidak mengkonsumsi produk hewani. Tidak ada korelasinya. Lalu, seorang teman (thanks, mbak Dyah) memberi informasi mengenai hubungan antara keduanya.

Kesimpulannya bisa dikatakan seperti ini:
Setiap kegiatan manusia modern itu semua mengeluarkan zat pemicu efek rumah kaca. Seperti CFC yang berasal dari AC mobil, rumah ataupun kantor. Juga CO2 yang dihasilkan dari polusi mobil dan motor. Tak ketinggalan Methane dari pembakaran makanan terutama jenis daging-dagingan. Nah, methane inilah yang kemudian dijadikan mata rantai penghubung antara GO GREEN dan BE VEGAN. Karena kalau semakin banyak orang yang menkonsumsi daging, maka produksi methane juga semakin besar.
Aku tidak ingin menghakimi kepercayaan apapun disini. Aku juga tidak ingin menyinggung perasaan siapapun atas tulisanku ini. Tapi sampai saat itu, aku bukanlah seorang vegan apalagi vegetarian. Dari segi kesehatan, dokter tidak melarangku untuk berpantang makanan apapun. Makan daging dan sejenisnya masih tetap bisa, hanya saja porsinya dikurangi untuk mencegah naiknya kolesterol dan mencegah obesitas. Aku tidak menghakimi pilihan orang lain, tapi aku juga tidak mau dihakimi karena tidak memilih untuk menjadi vegan/vegetarian.

Dalam pemahaman kesehatan dan kepercayaan yang kuanut, semua yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini adalah baik dan untuk dipergunakan semaksimalnya untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Baik hewan-hewan dan tanaman-tanaman. Karena itu jugalah kita mengenal rantai makanan. Rantai makanan ini harus dijaga dengan baik, agar keseimbangan alam juga akan terjaga.

Seandainya, seluruh orang di dunia ini mau menjadi vegan/vegetarian? Apa yang akan terjadi pada rantai makanan yang telah menjaga keseimbangan populasi mahluk hidup di bumi selama ini? Kalau semua orang di dunia ini menjadi vegan/vegetarian, bukankah itu juga akan kembali menambah berat kerja bumi? Karena manusia akan membutuhkan tumbuh-tumbuhan yang notabene dihasilkan oleh bumi dalam jumlah yang jauh lebih besar dari yang sekarang. Karena hanya itulah sumber makanan manusia. Sementara bumi sendiri juga sudah ’capek’ memenuhi kebutuhan lain manusia akan tanaman selain yang untuk dimakan.

Tidak semua tanaman bisa dikembangkan secara hidroponik. Selain itu, juga relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan ditanam langsung di tanah. Jadi, pasti lebih sulit untuk diproduksi secara massal. Berarti, dalam hal ini, kita kembali akan menyiksa bumi. Menurutku, terlalu ekstrim untuk meminta agar semua orang di dunia ini harus mau menjadi vegan/vegetarian demi menyelamatkan bumi. Apalagi kalau hanya methane yang menjadi latar belakangnya. Perlu latar belakang lain yang lebih kuat untuk itu.

Temanku yang baik itu juga memberi solusi di akhir tanggapannya:
”Banyak-banyak makan sayur...kurangi makan daging.”
Kalau yang ini, aku sangat setuju! Produk hewani bisa dikurangi porsinya tanpa harus mengharamkan sama sekali. Dan ini juga sangat mendukung program kesehatan dan mengurangi jumlah orang yang menderita obesitas. Tapi tidak berarti harus dihindari sama sekali. Sebaliknya, bagi mereka yang memilih untuk menjadi vegan/vegetarian karena alasan kepercayaan, tidak ada seorangpun juga yang boleh menghakimi dan memberi penilaian.

Tapi komunitas vegan/vegetarian juga sebaiknya tidak menghakimi/menilai mereka-mereka yang belum atau bahkan memilih untuk tidak menjadi vegan/vegetarian. Bumi ini ada karena keaneka-ragaman. Ada yang vegetarian ada juga yang tidak. Kaum vegan/vegetarian menjauhi produk hewani dengan alasan tersendiri. Dan mereka yang mengkonsumsi produk hewani, juga karena ada alasannya tersendiri. Masing-masing bisa menetapkan pilihan sendiri tanpa harus saling meghakimi.

Kembalilah menghijaukan bumi. Kurangi CFC. Kurangi CO2. Kurangi Methane. Itu aku sangat mendukung sepenuhnya anjuran itu. Karena pada dasarnya, ketiga hal itu muncul sebagai efek samping dari semua usaha yang dilakukan manusia, untuk memenuhi kebutuhannya mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencapai hidup yang lebih baik. Maka sudah sebaiknyalah ilmu pengetahuan, sehebat apapun itu, menjadi ilmu pengetahuan yang bersahabat dengan alam. Dan kemajuan hidup yang dialami manusia haruslah berkembang sejalan juga dengan alam.

Tapi makanan adalah elemen dasar alam untuk manusia yang tidak seharusnya dijadikan kambing hitam dalam usaha penyelamatan bumi. Kalau aku, lebih cocok pada slogan yang diberikan oleh Earth Hour:
WHATEVER YOU DO, COUNT
Sekecil apapun hal yang kau lakukan untuk mengurangi pemanasan global, itu sangat berharga.


Let’s go green….

3 comments:

  1. Risma,

    lengkap tuntas pembahasannya! Kalau kamu murid saya, akan dapat nilai A+ ! ;D

    terimakasih lho sudah menyebut nama saya ;)

    ReplyDelete
  2. Aduh, dapat nilai A+ dari ibu guru.. Makasih ya, bu ^_^

    ReplyDelete
  3. Sebenernya saya tak pernah mikir sejauh itu " Go green be vegan "
    bagi saya yang awam, yang terpenting sih..perlu ada keseimbangan ( apapun itu..)

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff