Friday, January 30, 2009

Liburan Imlek di Brastagi


Tanggal 25 kemarin, kami berangkat dari Medan sekitar jam 11 siang. Ke Brastagi. Kebetulan suami lagi long weekend karena ada libur imlek. Kami mengira jalanan bakal padat, ternyata malah lengang. Tapi ada untungnya juga, perjalanan jadi nyaman dan lancar. Tapi, begitu sampai di daerah Sembahe, Asha muntah. Rupanya dia mabuk karena jalanan yang berkelok-kelok tajam. Kasihan. Dia muntah sampai airmatanya keluar. Dahinya berkeringat dingin, padahal AC mobil cukup dingin. Kami berhenti sebentar di pinggir jalan untuk mengganti bajunya yang berlepotan muntah. Kemudian baru kami melanjutkan perjalanan. Mungkin karena perutnya sudah terasa lega, Asha pun tidur sepanjang perjalanan. Sampai di daerah Panatapan, kabutnya tebal sekali. Panatapan dipenuhi orang yang sedang memakan jagung rebus atau jagung bakar. Sambil memandang gumpalan kabut tebal dibawah. Seharusnya kalau cuaca sedang cerah, akan terlihat kota Sibolangit dibawah. Tapi karena kabut sedang tebal, tidak terlihat apapun. Bahkan pengemudi mobil harus lebih berhati-hati karena jarak pandang yang jadi lebih pendek.

Jalanan masih berliku-liku, tapi Asha sudah tertidur. Jadi kurasa, tahap muntahnya sudah selesai. Sekitar satu jam kemudian, kami sampai di Brastagi. Cuaca agak mendung dan berangin. Kami sudah kelaparan. Ditambah lagi Asha tadi muntah agak banyak, jadi kami memutuskan untuk makan siang dulu saja, baru check in ke hotel. Kami menyusuri sepanjang jalan untuk mencari restoran. Kami pernah makan di restoran cina yang bernama ASIA. Letaknya tepat di pinggir jalan. Malangnya, restoran itu tutup karena besoknya mau perayaan Imlek. Padahal menu "tumis kailan" di restoran ini enak sekali. Apa boleh buat, kami pun berpindah mencari restoran lain yang masih buka. Namanya GARUDA. Dan restoran ini menyediakan menu sup daging. Pas sekali untuk Asha. Kalau aku lebih suka sate udang nya. Top banget! Ditambah dengan nasi hangat yang masih mengepulkan asap. Waahh.. Gak ada tandingannya. Dan memang kami juga sudah lapar berat. Jadi, makanan apapun yang hangat-hangat pasti pas untuk cuaca yang dingin dan berangin ini. Selesai makan, kami langsung ke hotel. Kami menginap di Hotel Sinabung. Letaknya berhadapan dengan Hotel Sibayak. Karena memang sebelumnya suamiku sudah reserve hotelnya dari Medan sejak seminggu sebelumnya, jadi urusan di receptionist cuma sebentar saja. Kami langsung diantar ke kamar no.235. Akhirnya sampai juga...

Kamar yang kami tempati lumayan bagus meskipun view nya kurang menarik (langsung menghadap tempat parkir! Hehe) mungkin karena kami reserved dari luar kota ya. Tapi, nggak masalah kok. Yang penting kamarnya bersih. Meskipun tidak pakai AC tapi karena memang udaranya sudah lumayan dingin, kami harus menutup dua dari tiga jendela. Jadi tidak terlalu dingin. Kecuali untuk lantainya. Karena tidak ada penghangat untuk lantai, kan? Hehe.. Sesudah berbaring sebentar, kami memutuskan untuk membawa Asha jalan-jalan ke tempat permainan anak-anak di belakang hotel, melewati meja resepsionis. Lapangan rumputnya sangat luas. Jalanan menuju ke lokasi permainan dibentuk dengan jalur tangga. Dimana setiap beberapa meter terdapat kolam kecil yang ditata dengan baik dengan beberapa ekor ikan mas berenang-renang di dalamnya. Kami juga berjalan melewati kolam renang yang dipadati anak-anak. Aku agak heran. Karena udara sangat dingin dan agak mendung, tapi mereka bisa tahan dengan hanya berpakaian renang seperti itu.

Akhirnya, setelah menuruni tangga yang ditanami dengan bunga di setiap sisinya, kami sampai juga di tempat permainan. Tidak terlalu ramai dengan anak-anak. Dan ada sekumpulan ibu-ibu yang duduk beralaskan tikar di lapangan rumput disana. Sepertinya mereka sedang piknik, karena banyak tempat makanan yg berserakan di sekeliling mereka. Sarana permainannya cukup lengkap. Ada ayunan, seluncuran, jungkat jungkit, lorong-lorong dan kuda-kudaan dengan per. Tapi, malangnya, Asha sedang tidak mood untuk bermain-main. Mungkin karena pengaruh muntah di perjalanan tadi. Jadi kami cuma mengambil beberapa fotonya dengan papanya di ayunan, sebelum akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan keliling kota Berastagi dengan naik mobil saja. Ketika berjalan melewati kolam renang lagi, Asha berhenti sebentar untuk memandangi mereka. Sepertinya dia juga mau ikut berenang. Tapi karena dia masih agak flu dan batuk, tidak kami izinkan. Tapi, kami janjikan kalau dia nanti bisa berenang di bathtub menggunakan air hangat. Pasti lebih asyik.

Untuk kembali ke lobby, kami harus melalui anak-anak tangga yang tadi lagi. Hanya saja kali ini kami mendaki. Dari awal suamiku sudah membayangkan bagaimana repotnya menaiki anak tangga sebanyak itu sambil menggendong anak seberat 11 kg. Untungnya waktu kami suruh jalan sendiri, Asha malah keranjingan. Kami hanya perlu memegang tangan kanan dan kirinya saja agar dia tidak limbung waktu berjalan. Begitu sampai di lobby, kami menuju ke area parkir mobil. Kami mau jalan-jalan melihat lokasi wisata Gundaling. Letak Gundaling agak lebih tinggi dari hotel itu. Jadi kami kembali menelusuri jalan mendaki tapi sudah diaspal. Tidak terlalu banyak pengunjung hari itu, sepanjang jalan kami melihat kuda-kuda yang membawa pengunjung untuk berkeliling. Ada yang duduk bersama joki diatas punggung kuda, ada juga yang berani duduk sendiri dengan joki yabg menggiring kuda sambil berjalan. Berbagai jenis kuda ada disana. Mulai dari yang berwarna coklat tua sampai belang-belang hitam putih. Yang surainya terurai sampai tegak berdiri. Yang ekornya menjuntai sampai yang terikat tinggi. Kami naik mobil sedan, jadi sudah pasti beberapa kali kami melewati kuda yang cukup tinggi sehingga yang terlihat hanya bagian perut dan kakinya saja.

Ada juga kuda yang menarik delman sehingga bisa membawa beberapa orang sekaligus. Tapi aku agak kasihan melihat kuda-kuda penarik delman ini. Karena rata-rata ukuran tubuhnya lebih kecil daripada yang ditunggangi langsung. Sementara beban yang dibawanya lebih banyak. Kadang kalau sampai di jalan yang agak mendekati, dengan terengah-engah dia berusaha menarik delmannya sampai air liurnya menetes kemana-mana. Sementara si kusir hanya tahu memecutnya dengan tidak sabar. Kasihan. Asha nampaknya kurang tertarik sehingga dia tertidur di pangkuanku. Mungkin juga karena dia kelelahan. Padahal kami berencana untuk membeli beberapa potong baju atau celana sebagai souvenir.

Akhirnya suamiku pergi sendiri untuk membelikan Asha sweater, sementara kami menunggu di mobil. Sweater yang dibelikan suamiku cukup bagus. Warnanya abu-abu muda dengan tulisan Brastagi di bagian perutnya. Ukurannya pas sekali. Sesudah itu kami berkeliling sebentar untuk mencari bir. Sesudah itu, langsung kembali ke hotel karena sudah jam lima sore. Lebih baik kami mandi dan bersiap-siap untuk makan malam di hotel. Kebetulan, selain mendapat kupon breakfast, kami juga mendapat kupon dinner. Kami menduga orang pasti akan sangat banyak. Jadi tidak ada salahnya kalau sampai di restoran lebih cepat kan.

Sambil menunggu kami selesai bersiap-siap, Asha bermain-main dengan telepon hotel. Karena takut terhubung, kami mencabut kabelnya. Maka dengan bebas dia membawa pesawat teleponnya kesana kemari, sambil bergaya seperti sedang ngobrol dengan seseorang di telepon. Dia berjalan hilir mudik di kamar dengan tampang serius. Kami sampai tertawa melihatnya. Pesawat telepon itu tak boleh jauh darinya. Setelah semua beres, kami menuju ke restoran untuk makan malam. Ternyata kami salah perhitungan. Justru kami bertigalah orang pertama yang tiba disana. Yang lain baru terlihat sekitar setengah jam kemudian. Makanannya lumayan enak. Ada scrambeled egg, ikan asam manis, ayam goreng dan sup tahu. Kami makan sampai kenyang sekali. Lalu memutuskan untuk langsung kembali ke kamar karena sepertinya Asha sudah mulai ngantuk. Dan benar saja, begitu di tempat tidur, dia langsung terlelap.

Keesokan paginya, begitu selesai sarapan (Asha dapat bubur ayam) kami langsung bersiap-siap untuk pulang. Seperti yang sudah kami janjikan, Asha pun berenang di bathtub dengan air hangat. Dia senang sekali. Menepuk-nepuk air sampai semua basah. Dan aku juga tidak merasa khawatir karena airnya hangat. Dia bermain sekitar 1/2 jam dan menangis begitu kami angkat keluar. Setelah semua beres, kami check out jam 11 siang. Lalu membeli buah-buahan untuk oleh-oleh. Aku beli buah kesemak, jeruk dan alpukat. Lalu kamipun pulang ke Medan. Asha masih tetap muntah sekali, tapi langsung tidur lagi sepanjang perjalanan. Secara keseluruhan, liburan kami cukup menyenangkan. Satu hal baru yang kami ketahui adalah: Asha mudah kena mabuk perjalanan. Kalau lain kali kami mau liburan ke luar kota lagi, kami harus mempertimbangkan kondisi perjalanannya. Hindari jalanan yang berkelok-kelok.

Thursday, January 29, 2009

Anakku mulai susah makan nih


Akhir-akhir ini, anakku mulai susah makan. Padahal sebelummya, apa saja yang disodorkan ke mulutnya pasti disambut sambil tertawa lebar. Aku takut nutrisinya gak cukup. Atau mungkin memang lagi umurnya untuk menolak makan ya. Ada yang bilang, kasih makanan cair saja, seperti Pediasure. Tapi, dokter anak bilang, makanan cair tidak bagus untuk perkembangan giginya. Jadi, aku tetap saja memberikan makanan padat seperti biasa. Walaupun kami harus perang 3x sehari. Karena, bagaimanapun, kita orangtua yang mengatur anak. Bukan sebaliknya kan?

Sekarang, kalau disuapin nasi, dia cuma menyimpannya di dalam mulut. Kalau tetap dibiarkan, nasi di dalam mulutnya tetap tidak akan ditelan sampai kapanpun. Taktik awalku, menyuapinya dengan sesendok air putih. Awalnya, sukses. Dia menelan air putih tadi sekaligus dengan nasinya.

Tapi kemudian, taktik itu sudah tidak mempan lagi. Karena dia sudah bisa menelan air minum tanpa harus menelan nasi di dalam mulutnya juga. Jadi, nasinya berfungsi seperti saringan
Akibatnya, dia kekenyangan air minum, sementara nasinya masih banyak yang tersisa. Karena kadang-kadang, butuh satu cangkir kecil air minum untuk membuatnya menelan dua sendok nasi. Nakal...

Tapi, aku sudah menemukan taktik baru. Sambal! Aku menambahkan sedikit sambal ke piringnya. Rasa pedas membuat dia tidak betah berlama-lama menyimpan nasi di mulutnya.
Makanan di mulutnya langsung ditelan. Tidak perlu didorong lagi dengan air minum.

Ahaaa

Sejak itu, aku harus selalu membuat sambal di menu makanannya. Jangan banyak-banyak. Cukup seujung sendok teh saja. Makannya jadi lahap, nggak pakai lama dan nggak pakai acara marah-marah..
Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff