Wah..wah..wah… Anggota DPR yang mau pensiun minta dibelikan cincin emas oleh rakyat. Karena mereka menganggap mereka sudah bekerja sangat keras ketika menjalankan tugas-tugasnya. Yaitu, melayani negaranya
Aku nggak tahu, apakah harus tertawa setengah mati atau malah miris setengah mati. Mereka-mereka yang sudah digaji dengan uang rakyat selama masa jabatannya, masih berani meminta cenderamata!! Tidak tanggung-tanggung, biaya yang akan dikeluarkan untuk cincin itu mencapai 1 miliar rupiah! Dan itu murni ditanggung oleh APBN.
APBN kita saja sudah ditopang oleh hutang luar negeri, apakah untuk membeli cenderamata ini, negara harus kembali berhutang? Dan kalau misalnya, ternyata memang sudah ada dana yang diposkan disitu, apakah tidak lebih baik kalau dana itu dialihkan untuk dana alutsista saja? Biar tidak kecelakaan melulu? Atau lebih baik lagi kalau bisa dialihkan untuk menyelesaikan masalah lumpur Lapindo yang tak kunjung selesai itu? Kasihan mereka yang kehilangan harta benda tanpa mendapat ganti rugi apapun. Alokasi dana itu akan lebih berarti di tangan mereka, dibandingkan diselipkan di jari para wakil rakyat. Dan kalau mereka menganggap cenderamata itu sebagai imbalan atas kerja keras mereka selama ini, bukankah ini ironis? Seharusnya mereka ingat kata-kata bijak:
Jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan kepadamu.
Tapi tanyalah apa yang bisa kau berikan pada negara.
Mereka seharusnya melayani, bukan dilayani!
Mereka dipilih sebagai wakil rakyat adalah untuk membaktikan dirinya. Bukan sekedar mempekerjakan diri. Yang namanya berbakti, persentase terbesarnya adalah pengabdian. Yang kalau memungkinkan, tanpa pamrih. Tapi karena posisi wakil rakyat ini juga dijadikan sebagai mata pencaharian, maka rakyat juga tidak terlalu pelit dan masih ingat untuk memberikan sedikit dari pundi-pundi uangnya yang tidak seberapa. Agar pengabdian para wakil rakyat ini juga bisa membawa kesejahteraan untuk diri dan keluarganya. Sifat pengabdian itulah yang sebenarnya justru bisa menempatkan para wakil rakyat itu di tempat yang agung.
Sementara pengabdian yang mereka lakukan tidak ikhlas sepenuhnya, ujung-ujungnya mereka minta cenderamata mahal? Padahal, veteran perang saja hanya mendapat plakat. Rasanya wajar saja, kalau banyak rakyat yang memberi tanggapan negatif. Seharusnyalah, para wakil rakyat yang mau pensiun itu bisa melihat kondisi negaranya saat ini sebelum meminta hadiah mahal itu. Rakyat masih miskin dan menderita. Janganlah uang pajak mereka dipergunakan untuk membeli cincin yang akan diberikan kepada mereka-mereka yang sebenarnya mampu membeli sendiri.
Ada banyak bentuk cinderamata yang bisa diberikan kepada wakil rakyat yang mau pensiun. Sesuaikanlah dengan situasi dan kondisi negara. Tanpa cinderamata mahal pun, rakyat sudah cukup menghargai pengabdian Anda-Anda semua.
Aku nggak tahu, apakah harus tertawa setengah mati atau malah miris setengah mati. Mereka-mereka yang sudah digaji dengan uang rakyat selama masa jabatannya, masih berani meminta cenderamata!! Tidak tanggung-tanggung, biaya yang akan dikeluarkan untuk cincin itu mencapai 1 miliar rupiah! Dan itu murni ditanggung oleh APBN.
APBN kita saja sudah ditopang oleh hutang luar negeri, apakah untuk membeli cenderamata ini, negara harus kembali berhutang? Dan kalau misalnya, ternyata memang sudah ada dana yang diposkan disitu, apakah tidak lebih baik kalau dana itu dialihkan untuk dana alutsista saja? Biar tidak kecelakaan melulu? Atau lebih baik lagi kalau bisa dialihkan untuk menyelesaikan masalah lumpur Lapindo yang tak kunjung selesai itu? Kasihan mereka yang kehilangan harta benda tanpa mendapat ganti rugi apapun. Alokasi dana itu akan lebih berarti di tangan mereka, dibandingkan diselipkan di jari para wakil rakyat. Dan kalau mereka menganggap cenderamata itu sebagai imbalan atas kerja keras mereka selama ini, bukankah ini ironis? Seharusnya mereka ingat kata-kata bijak:
Jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan kepadamu.
Tapi tanyalah apa yang bisa kau berikan pada negara.
Mereka seharusnya melayani, bukan dilayani!
Mereka dipilih sebagai wakil rakyat adalah untuk membaktikan dirinya. Bukan sekedar mempekerjakan diri. Yang namanya berbakti, persentase terbesarnya adalah pengabdian. Yang kalau memungkinkan, tanpa pamrih. Tapi karena posisi wakil rakyat ini juga dijadikan sebagai mata pencaharian, maka rakyat juga tidak terlalu pelit dan masih ingat untuk memberikan sedikit dari pundi-pundi uangnya yang tidak seberapa. Agar pengabdian para wakil rakyat ini juga bisa membawa kesejahteraan untuk diri dan keluarganya. Sifat pengabdian itulah yang sebenarnya justru bisa menempatkan para wakil rakyat itu di tempat yang agung.
Sementara pengabdian yang mereka lakukan tidak ikhlas sepenuhnya, ujung-ujungnya mereka minta cenderamata mahal? Padahal, veteran perang saja hanya mendapat plakat. Rasanya wajar saja, kalau banyak rakyat yang memberi tanggapan negatif. Seharusnyalah, para wakil rakyat yang mau pensiun itu bisa melihat kondisi negaranya saat ini sebelum meminta hadiah mahal itu. Rakyat masih miskin dan menderita. Janganlah uang pajak mereka dipergunakan untuk membeli cincin yang akan diberikan kepada mereka-mereka yang sebenarnya mampu membeli sendiri.
Ada banyak bentuk cinderamata yang bisa diberikan kepada wakil rakyat yang mau pensiun. Sesuaikanlah dengan situasi dan kondisi negara. Tanpa cinderamata mahal pun, rakyat sudah cukup menghargai pengabdian Anda-Anda semua.
No comments:
Post a Comment
Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film
Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.