Monday, November 30, 2009

Uang Parkir Masuk Kantong Siapa?

Kalau sudah yang namanya hari Libur, pasti semua tempat makan dipenuhi pengunjung. Betul nggak? Mungkin karena yang ibu-ibunya juga jadi pengen libur masak. Atau bisa juga karena ingin menikmati hidangan restoran sekali-sekali. Jadi, tak perlu heran melihat barisan kendaraan bermotor yang berjubel memenuhi halaman restoran, bahkan ada yang sampai memenuhi pinggir jalan raya.

Biasanya yang seperti ini dialami oleh restoran yang sudah terkenal namanya. Terkenal karena enak dan terkenal karena murah. Hehehe.. Karena ”merakyat”, biasanya juga pihak rumah makan tidak memiliki area khusus untuk parkir pengunjung. Berbeda dengan restoran yang bisa dikategorikan restoran mewah, biasanya pasti menyediakan area parkir khusus yang dijaga satpam. Pengujung bahkan tidak perlu membayar uang parkir alias gratis. Hanya saja, biasanya restoran mahal seperti ini tidak terlalu dipadati pengunjung, jadi pengaturan parkirnya juga lebih mudah.

Tapi bagaimana dengan restoran murah meriah yang menjual makanan yang tak kalah enak dengan restoran mahal? Dalam konteks ini, yang kumaksudkan (berdasarkan pengalamanku) adalah restoran cina. Mayoritas orang Medan adalah penyuka makanan cina. Apalagi yang berada di pinggiran jalan atau yang sekedar membuka usaha di lantai dasar rukonya. Selalu padat pengunjung. Mereka tidak punya tempat parkir khusus, jadi pengunjung yang berniat makan di tempat itu harus memarkirkan kendaraannya di sepanjang pinggir jalan.

Kalau hari libur, pinggir jalan itu akan dipenuhi kendaraan yang parkir di kedua sisinya. Begitu berjubelnya, sampai-sampai kendaraan lain yang hendak melintas melalui jalan itupun agak terganggu. Dan siapakah yang diuntungkan oleh keadaan ini? Jawabannya adalah tukang parkir.

Tukang-tukang parkir ini juga bisa lebih dari satu orang. Sepertinya sudah ada pembagian area yang sudah disepakati bersama. Dan satu dengan yang lain tidak akan merebut ”jatah” yang bukan miliknya. Hanya dalam hitungan beberapa menit saja, tangan mereka sudah dipenuhi lembaran-lembaran seribu rupiah yang diberikan para pemilik kendaraan. Aku jadi bertanya-tanya. Kemana larinya uang parkir yang diperoleh mereka itu setiap harinya ya?

Dari penampilan, biasanya tukang-tukang parkir ini akan menggunakan rompi warna oranye terang dengan tulisan ”Dishub” di punggungnya (meskipun ada juga yang tidak). Tapi, apa yang bisa menjamin bahwa mereka benar-benar berasal dari dinas pemerintahan? Toh rompi sederhana seperti itu bisa dengan gampang dibuat kan? Apalagi para tukang parkir ini biasanya tidak memiliki bundel kwitansi resmi dari Dishub. Siapapun yang mengenakan rompi oranye itu bisa saja mengaku-ngaku dari Dishub. Tapi, kepastian mengenai kemana uang parkir yang mereka dapatkan itu akan disetorkan, wallahualam!

Sudah menjadi rahasia umum kalau ”preman” juga mengambil peran dalam ”pengelolaan” uang parkir ini. Kronologisnya begini: setiap orang yang hendak memungut uang parkir dari sebuah lokasi, harus memberikan ”setoran rutin” kepada para preman yang menguasai area tersebut. Mereka akan berbagi hasil. Si tukang parkir menggunakannya untuk mencari nafkah, dan si preman akan ”menjaga” tempat mencari nafkahnya itu. Jadi, meskipun di bagian belakang rompi si tukang parkir bertulisan ”Dishub” tapi uang yang mereka dapatkan akan masuk kantong pribadi.

Mungkin karena uang parkir ”hanyaseribu rupiah, pemilik kendaraan jadi ”malas” berargumen dengan si tukang parkir, misalnya dengan meminta kwitansi untuk pembayaran yang dilakukannya. Bahkan ada pula tukang parkir yang ”berani” meminta pembayaran dua kali lipat, dengan alasan ”setoran hari libur berbeda dengan hari biasa”. Yang tidak mau ribut, langsung saja memenuhi permintaan yang aneh itu. Tapi, orang yang tidak mau dibodoh-bodohi dengan membayar uang parkir sampai dua ribu rupiah apalagi tanpa kwitansi, biasanya akan menolak membayar (biasanya ibu-ibu nih). Itu pun hanya segelintir orang saja. Kebanyakan orang akan mengalah dan meberikan sesuai yang mereka minta. Bayangkan, berapa banyak fulus yang bisa mereka raih hanya dalam satu malam.

Uang parkir bisa dikatakan sebagai sumber pendapatan daerah yang belum dikelola pemda dengan baik. Bisnis perparkiran bisa dibilang tak ada matinya. Karena selama masih ada kendaraan bermotor di daerah itu, maka uang parkir akan selalu mengalir. Sekarang, uang itu masuk ke kantong pribadi orang-orang tertentu. Siapapun bisa menjadi tukang parkir dan memiliki rompi berwarna oranye. Semua pemilik kendaraan tidak mau ambil pusing apakah tukang parkirnya orang pemerintah atau tidak. Yang penting dia bayar parkir, titik. Sekarang, terserah pemdanya. Uang parkir itu mau dimasukkan ke kas pemerintah atau dibiarkan saja masuk ke kas pribadi individual.

Friday, November 27, 2009

Neraka di Inferno-nya Dante (5)

Bagian Keenam: Lapisan Keempat
(Untuk mereka yang pelit dan yang boros)


Dalam perjalanan dari Neraka Lapisan Ketiga menuju ke Lapisan yang keempat ini, Dante sempat bertemu dengan Plutus, Dewa harta, yang ternyata juga adalah penghuni neraka ini. Jadi, berhati-hatilah bagi mereka yang memuja dewa harta, karena itu berarti memuja penghuni Neraka.

Tempat ini terbuat dari lumpur yang yang dibakar hingga mengeras. Para pendosa dibagi menjadi dua kelompok yang saling membenci. Pelit dan Boros. Masing-masing jiwa memiliki wujud yang besarnya sesuai dengan banyaknya harta yang mereka miliki semasa hidupnya. Kedua grup ini akan saling membenturkan diri mereka satu sama lain.
Satu pihak akan berteriak: "Kenapa kau begitu pelit?"
Sementara yang satunya lagi akan balas berteriak: "Kenapa kau begitu boros?"
Setelah berbenturan, kumpulan itu akan pecah berantakan. Tapi kemudian akan berkumpul kembali dan saling membenturkan diri kembali.

Kedua kumpulan ini mewakili "pihak yang boros" dan "pihak yang pelit" semasa hidupnya. Mereka yang mempergunakan harta bendanya dengan tidak bijaksana. Tidak menyadari kalau semua kekayaannya adalah anugerah dari Tuhan, sehingga tidak memperdulikan kemuliaan Tuhan lagi, hanya memikirkan tentang harta benda saja.
Si pelit terlalu takut kehilangan hartanya, sehingga memilih untuk menyimpannya dan bukannya menggunakannya untuk membantu orang lain. Sebaliknya si boros tidak menghargai hartanya dan menggunakannya untuk berfoya-foya dan bersenang-senang saja.

Kedua dosa ini dikategorikan sebagai dosa karena tidak menghargai anugerah Tuhan. Dan di neraka, kedua jenis ini akan diadu untuk selamanya. Si boros akan mengenakan pakaian dari cabikan pakaian-pakaian terbagus yang dikenakannya selama hidupnya. Sementara si pelit hanya menggunakan baju rombeng yang kumal dan lusuh.

Namun, ada juga segelintir orang yang terperangkap diantara kedua jenis golongan ini. Misalnya, seperti seorang tokoh yang bernama Allister Toomey. Dia seorang kolektor novel-novel science fiction. Karena terlalu pelit, dia menolak untuk menjual koleksi novelnya, padahal sebenarnya ia tidak mampu membayar biaya perawatan atas semua koleksi-koleksinya tersebut. Akhirnya, semua buku-buku itu terbuang sia-sia. Novel-novelnya rusak karena hujan, lembab dan dimakan tikus. Sementara orang yang berniat membelinya, tidak bisa memilikinya. Sifat pelit Toomey itu telah membuatnya menjadi seorang yang boros.

Di ujung lapisan keempat ini, ada sekelompok orang yang terlihat sedang bekerja di tepi jurang. Sebagian bekerja sebagai pembangun jembatan, sementara sebagian yang lain bekerja menghancurkan jembatan itu kembali. Mereka-mereka ini adalah kelompok orang-orang pelit dan kelompok orang-orang boros yang pada masa hidupnya terobsesi dengan real estate. Yang satu berniat untuk menghentikan pembangunan, yang lainnya berniat untuk melanjutkan.

Beberapa parit yang melalui lapisan ini terlihat berujung di jurang itu. Parit-parit itu menyemburkan kotoran yang kemudian mengalir ke Sungai Styx di bawahnya menuju ke Neraka Lapisan Ke-5. Sungai ini adalah sungai utama yang melewati seluruh bagian Neraka.

Monday, November 23, 2009

Neraka di Inferno-nya Dante (4)

Bagian Keempat: Lapisan Kedua
(Untuk mereka yang mendewakan nafsu seksual)

Setelah melewati Neraka Lapisan Ke-1 yang bisa dibaca disini, perjalanan akan berlanjut ke Neraka Lapisan Ke-2. Kedua lapisan ini dihubungkan oleh anak tangga yang terbuat dari batu dengan sudut kemiringan 45 derajat. Di area ini, terasa kalau angin mulai bertiup kencang. Setelah melalui semua anak tangga, perjalanan akan di dataran Lapisan ke-2 yang gelap gulita.Tempat ini adalah untuk mereka yang berbuat dosa lewat keinginan seksual. Semua petualang-petualang cinta yang terkenal berada disini. Seperti: Semiramis, Cleopatra, Helen, Achilles, Paris, dan Tristan.
Mereka adalah jiwa-jiwa yang di masa hidupnya memilih untuk bersenang-senang dengan nafsu birahi-nya dan meletakkan Tuhan di tempat kedua. Namun, dosa ini dianggap sebagai dosa yang paling alami dan masih bisa diasosiasikan dengan perasaan cinta. Sehingga hukuman untuk pendosa jenis ini masih terhitung ringan dibandingkan hukuman yang diterima penghuni Neraka lainnya. Dan pendosa-pendosa ini biasanya tinggal berpasangan di lapisan ini, meskipun ada juga yang tinggal sendirian.

Hukuman untuk mereka adalah petir yang akan menyambar tubuh mereka semua dalam kegelapan. Petir yang penuh amarah dan penghukuman. Setiap saat jiwa-jiwa mereka selalu menyemburkan caci maki dan penghinaan terhadap Tuhan.

Bagian Kelima: Lapisan Ketiga
(Untuk mereka yang mendewakan nafsu makan)

Pada Lapisan Ke-3 terdapat mereka-mereka yang dikutuk karena tidak mempergunakan talenta yang diberikan Tuhan kepada mereka dengan baik dengan menghabiskan sebagian besar waktu mereka hanya untuk bersantai dengan makan dan minum saja. Serta tidak bekerja untuk menghasilkan apapun selain sampah dan kotoran.
Bertindak sebagai penjaga di lapisan ini adalah Cerberus, anjing neraka yang berkepala tiga. Ia berdiri dengan ganas sambil mengawasi mereka. Menggeram, menyalak dan siap merobek tubuh mereka dengan cakar dan taringnya kapan saja ia mau. Ceberus akan memperbudak mereka sama seperti mereka memperbudak makanan mereka semasa hidupnya.

Di tempat ini mereka dihukum dengan tinggal selayaknya sampah untuk selamanya. Setengah terkubur dalam kotoran yang berbau busuk. Suasana tempat ini terlihat seperti gabungan antara hujan salju yang berbau busuk dengan hujan es yang bergumpal-gumpal, yang kemudian berubah bentuk menjadi kotoran di bawah kaki. Tempatnya menyiratkan sebuah tempat pembuangan sampah yang sangat luas. Para penghuninya berbaring di atas sejenis pasta yang membeku, bengkak dan berlendir.

Untuk Lapisan Ke-4, bisa dilihat di artikel berikutnya.

Thursday, November 19, 2009

Canggihnya Kepolisian versi Hollywood

Aku suka sekali dengan film-film serial tentang kepolisian yang berhasil menumpas kejahatan. Khususnya yang buatan Hollywood. Seperti Crime Scene Investigation (CSI) di Chanel Foxcrime. Awalnya aku hanya suka melihat cara mereka menyelesaikan masalah (yang pastinya sudah diatur sesuai skenario). Tak ada kejahatan yang tidak bisa dipecahkan tim laboratorium forensik ini. Semua penjahat keok. Yang paling pintar sekalipun. Aku juga agak yakin, kalau mereka bisa menemukan celah dalam kasus ”cicak vs buaya” saat ini, kalau saja mereka benar-benar ada di dunia nyata. Hehehe..


Mereka bisa mencari bukti seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Misalnya saja, mereka bisa menemukan sehelai rambut diantara semak belukar di padang tandus. Atau menelusuri setiap inci jalan raya di bawah terik matahari dengan berjalan kaki, hanya untuk mencari selongsong peluru. Menurutku, kalau mereka memperlakukan semua kasus seperti itu, maka sepertinya mereka hanya punya satu kasus kriminal saja perharinya. Dan itu sama sekali mustahil di dunia nyata. Kasus yang ditangani polisi bisa mencapai puluhan bahkan ratusan kasus perharinya. Tapi, itulah Hollywood. Segalanya bisa dibuat nyata.

Tapi, film jenis ini bukan hanya menjual cerita kosong saja. Ada banyak kalimat-kalimat sederhana dalam dialognya yang bisa menambah pengetahuan kita. Khususnya informasi dari segi kimia (karena mereka bekerja di laboratorium forensik) dan mereka punya basis data untuk semuanya. Mereka juga kadang menyelipkan tips-tips yang sangat berguna ketika terjebak dalam kejahatan, seperti ditodong atau disandera.

Aku juga menyukai cara mereka mengetahui arah peluru dan bisa menentukan dari jarak berapa peluru itu ditembakkan. Semuanya dijelaskan dengan ilmiah dan bukannya muncul begitu saja. Proses ini lah yang bisa dijadikan seperti pembelajaran untuk penontonnya. Contoh artikel yang pernah kutuliskan berdasarkan ”ilmu” yang kudapat dari nonton CSI ini adalah: Cerita di balik ’Saved By The Bell" dan Berawal Dari Mata. Nggak terduga kan? Memang bukan bulat-bulat dari serial itu. Tapi mereka memberikan informasi sekilas yang cukup membuatku tertarik untuk mencari tahu lebih jauh lagi. Baik itu lewat buku ataupun lewat website.


Aku yakin, kalau serial seperti ini juga memiliki maksud tersembunyi. Sedikit banyak pasti mereka punya niat untuk memamerkan ”senjata” yang mereka miliki, kalau ada orang yang mencoba-coba melakukan kejahatan di negaranya. Karena di serial ini mereka juga menunjukkan komputer canggih yang mereka miliki. Fasilitas laboratorium yang lengkap. Basis data yang komplit, termasuk basis data untuk sidik jari. Mereka juga bisa menemukan cara untuk mengetahui dalam waktu singkat informasi tentang tinggi badan, warna kulit, usia, jenis kelamin, bahkan berat badan dari beberapa potong tulang-tulang yang tercerai berai. Semuanya dengan bantuan peralatan yang lengkap dan canggih. Jadi, selain dipergunakan untuk keperluan komersil, mereka juga bisa memamerkan kecanggihan peralatan mereka dalam menangani kejahatan. Dan, ya. Aku kagum sekali dengan peralatan mereka itu. Mungkinkah kepolisian kita akan bisa memiliki peralatan canggih seharga jutaan dollar seperti milik negara maju itu?


Jadi, biarpun suamiku suka ngomel kalau melihat aku serius sekali menonton serial Crime Scene Investigation di tv, aku nggak terlalu perduli. Toh, yang kutonton bukan sekedar jalan cerita fantastis khas Hollywood saja. Tapi juga ilmu-ilmu praktis yang diselipkan mereka dalam dialognya.

Monday, November 16, 2009

Ayo ke Museum Sumatera Utara

Setelah minggu kemarin jalan-jalan ke Istana Maimoon, kemarin Asha melanjutkan jalan-jalannya ke Museum Sumatera Utara di Jl. HM Joni Medan. Aku juga baru sekali ini kesini dan penasaran, seperti apa keadaannya didalam. Apakah akan sesuram yang kubayangkan? Ternyata tidak. Museumnya terlihat modern dan sangat menarik.

Ada banyak hal yang ditunjukkan di museum ini. Mulai dari batu ukiran berbentuk singa yang berasal dari abad ke 19 sampai ke diorama perang zaman Belanda dulu tersedia disini. Waktu kami datang, museum ini dipenuhi anak-anak kecil dan remaja. Meskipun tujuan mereka tidak terlalu jelas. Karena kebanyakan yang datang hanya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di tangga sambil ngobrol dengan temannya.

Tapi, selain banyaknya materi sejarah yang ditunjukkan disini, kentara sekali kalau museum ini tidak dilengkapi dengan penjaga yang memadai. Tidak terlihat penjaga yang mengawasi baik di lantai dasar ataupun di lantai dua. Akibatnya, banyak sekali coretan-coretan yang dilakukan tangan-tangan iseng disana. Tak hanya di dinding saja, tapi juga di patung diorama yang kebetulan tidak tertutup kaca. Aduh, jelek sekali kelihatannya. Masa’ barang-barang museum dipenuhi coretan-coretan seperti itu?

Yang pertama sekali kami lihat adalah patung singa yang terbuat dari batu. Patung ini dibuat pada abad ke-19 dan ditemukan di daerah Padang Bolak.

Disini juga bisa dilihat diorama-diorama menarik yang menggambarkan kehidupan manusia prasejarah.

Bahkan ada kumpulan fosil mamoth dan harimau Sumatera.

Di sebuah area khusus terdapat diorama yang menggambarkan suasana perang melawan penjajah dulu. Tapi kami lebih tertarik melihat mesin tik kuno yang terbuat dari besi ini.

Dan ada beberapa lembar uang kuno yang sudah sulit ditemukan sekarang ini. Tak lupa, Asha juga menyempatkan diri berfoto di depan mariam tomong yang keseluruhannya terbuat dari besi.

Ada juga beberapa proyektil peluru dan koleksi senjata-senjata jaman perang dulu.

Di area perkebunan, terdapat foto-foto yang menujukkan suasana perekrutan kuli-kuli bangunan oleh Belanda dulu, untuk dipekerjakan di perkebunan di Medan. Kebanyakan kuli-kuli ini adalah etnis China yang didatangkan ke Indonesia. Semua ini mengingatkan kembali, bagaimana kemerdekaan ini telah susah payah diperjuangkan. Agar bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain di dunia ini. Jadi, kejadian dimana meneer-meneer Belanda yang berpakaian jas necis berjalan dengan pongahnya, diikuti oleh seorang penduduk pribumi yang tanpa alas kaki sambil membawa payung besar untuk menaungi majikannya (seperti yang ditunjukkan di foto itu) tidak akan terjadi lagi pada generasi masa kini. Foto-foto itu sungguh membuka pikiran.

Di bagian benda-benda prasejarah juga bisa ditemukan replika berbagai jenis sarkofagus atau peti mati dari tanah Batak.

Hampir semuanya terbuat dari batu raksasa, yang tidak memungkinkan untuk diangkut. Kecuali sarkofagus dari Nias yang terbuat dari kayu besar.

Tapi masih bisa dilihat, karena museum menyediakan replikanya. Juga ada banyak pustaha Batak, atau surat-surat kuno yang masih ditulis di atas kulit kayu lengkap dengan aksara bataknya.

Secara keseluruhan, museum ini sangat menarik dan lengkap. Anak-anak sekolah juga banyak yang mengunjungi museum ini karena ditugaskan dari sekolah. Pastinya akan lebih menyenangkan belajar sejarah dengan melihat langsung, daripada hanya terpaku pada buku pelajaran saja kan? Jadi, lihat langsung pasti lebih asyik. Ayo ke museum..

Tuesday, November 10, 2009

Neraka di Inferno-nya Dante (3)

Bagian Ketiga: Neraka Lapisan Pertama-Limbo
(Untuk mereka yang tidak beriman dan tidak pernah dibabtis)

Setelah melihat bagaimana kondisi Ante-Hell di artikel yang lalu, sekarang, kita akan melihat seperti apa keadaan di Neraka Lapisan Pertama. Lapisan Pertama ini terdiri atas lapangan hijau yang luas dengan rumah-rumah besar bergaya Mediteranian yang dicat putih. Udaranya segar dan bersih, karena berada di bagian atas. Lapisan ini juga biasa disebut "tanah cahaya". Karena semakin jauh ke tingkat berikutnya, intensitas cahaya juga akan semakin berkurang.
Limbo tergolong tempat yang menyenangkan untuk ukuran Neraka. Penghuninya tidak mendapatkan hukuman fisik seperti layaknya penghuni neraka lainnya. Hukuman mereka lebih kepada hukuman jiwa, yaitu ketiadaan harapan. Mereka hidup dalam keinginan yang luar biasa untuk bisa bertemu dengan Tuhan, tapi keinginan itu tidak akan pernah terwujud sampai kapanpun.

Lapisan ini dibuat untuk mereka-mereka yang dulunya adalah orang-orang yang baik, tapi tidak sempat mengenal keselamatan yang dari Kristus. Termasuklah di dalamnya orang-orang yang hidup sebelum zaman Kristus, semua orang yang bukan Kristen dan yang tidak pernah dibabtis. Meskipun mereka hidup kudus, tapi Gereja menetapkan bahwa: Yesus-lah jalan keselamatan. Tidak akan ada yang sampai ke surga kalau tidak melalui Dia.

Bayi-bayi yang meninggal begitu dilahirkan juga berada disini. Bayi-bayi ini berada disana karena adanya "dosa asal". Mereka belum sempat dibabtis tapi juga terlalu muda untuk melakukan dosa. Tapi, karena adanya dosa asal, mereka harus menghuni Neraka Lapisan Ke-1 ini.

Virgil, yang ditemui Dante di perjalanan tadipun tinggal di lapisan ini, karena dia lahir sebelum zaman Kristus. Di tempat ini, Dante melihat orang-orang yang terkenal dalam sejarah manusia.
Seperti Homer, Horace, Ovid, Brutus, Lucretia, Socrates, Plato, Aristoteles, Democritus, Thales, Heraclitus, Euclid, Hector, Aeneas, dan Hippocrates. Semua pemikir-pemikir jenius, Pencipta puisi klasik, orang-orang hebat menjadi sama dengan pendosa lainnya dan mendapatkan hukuman di neraka, hanya karena mereka hidup sebelum Kristus lahir.

Tidak semua yang menyeberangi Sungai Acheron bisa sampai di Limbo atau lapisan pertama ini. Beberapa dari mereka akan diturunkan di sebuah tempat yang mengarah ke jalan yang mengitari tembok tinggi tadi menuju ke tempat yang disebut Istana Minos.

Tembok itu hanya bisa dilalui dengan cara memanjat dinding-dindingnya. Di dinding inilah terdapat gerbang yang biasanya selalu terkunci dari sisi yang satunya. Di bagian dalam Limbo inilah terletak Istana Minos yang dikelilingi oleh tujuh tembok dan memiliki tujuh gerbang. Istana ini terbuat dari marmer tanpa perabotan apapun dan disinari oleh obor dengan pengait yang terbuat dari tembaga. Dindingnya dipenuhi gambar-gambar kerbau, lumba-lumba dan manusia. Istana ini sangat luas dan memiliki banyak ruangan, dengan ruangan yang terbesar terletak di bagian yang paling ujung.

Dari ruangan terbesar ini bisa terlihat bagaimana kondisi Neraka di lapisan yang paling bawah sekalipun. Neraka terlihat sangat besar dan dipenuhi api dan asap. Disana juga terdapat sebuah mimbar yang letaknya membelakangi jendela Neraka tadi. Disana duduklah Minotaur, yang disebut juga Minos.
Hakim atas semua orang-orang mati. Minos adalah anak Zeus dan Europa, Raja dari Kreta. Ia dikenal atas kebijaksanaannya dan pengetahuannya akan hukum. Tugasnya adalah untuk menandai mereka-mereka yang akan memasuki Neraka. Dialah yang menentukan di tingkat mana seseorang itu akan tinggal di dalam neraka, sesuai dengan besar dosa yang dibuatnya.

Minos akan berbicara dengan setiap orang yang datang ke istana. Kemudian, begitu dia selesai menentukan tingkatan yang paling tepat untuk jiwa itu, dia akan melilitnya dengan ekornya dan mengantarkan pendosa itu ke lapisan tempat yang ditentukannya. Sebenarnya, tak semua orang yang menyeberang dari Limbo harus mendatangi istana dan dihakimi oleh Minos. Di balik mimbar itu, terdapat tangga yang mengarah langsung ke Neraka Lapisan Ke-2. Begitu melangkah menuruninya, tidak akan ada jalan kembali. Karena sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk kembali menaiki tangga, namun tidak ada yang akan pernah menemukan ujungnya kembali.

Monday, November 9, 2009

Neraka di Inferno-nya Dante (2)

Bagian Kedua: Ante Hell
(Untuk mereka yang tidak memilih apapun untuk melindungi hidupnya)

Kemarin aku sudah menuliskan tentang sekilas pandangan Dante mengenai alam semesta ini. Klik disini untuk membacanya kembali. Sekarang kita melanjutkan cerita perjalanan Dante, setelah bertemu dengan Virgil di hutan dekat pintu masuk Neraka. Virgil akan bertindak sebagai pemandu Dante dalam perjalanan ini, karena dia adalah salah seorang penghuni neraka. Jadi, sudah pasti dia tahu banyak tentang seluk-beluk neraka.

Jalan setapak yang melewati hutan gelap itu mengarah ke sebuah lorong dengan atap melengkung yang merupakan jalan masuk menuju Neraka.

Di seberang jembatan itu, ada tempat yang dinamai dengan istilah Ante-Hell. Jembatan melengkung tadi akan menghilang dari pandangan, begitu diseberangi. Ante-Hell sendiri merupakan bagian paling atas dari Neraka yang dilalui oleh Sungai Acheron. Sungai ini sangat deras dan dialiri oleh air berwarna sehitam tinta.

Bagian tepi dari sungai ini terdiri atas lapisan lumpur padat yang kilaunya menyinari lapangan terbuka yang rata dan berdebu seluas kira-kira dua mil ke arah perbukitan rendah yang berwarna kecoklatan di kejauhan. Di balik perbukitan itu, terlihat sebuah dinding yang sangat tinggi yang tak terlihat ujung kiri dan kanannya. Tempat itu dipenuhi nyamuk-nyamuk ganas yang menggigit. Sementara tanah dipenuhi ulat-ulat yang menggeliat. Setiap orang yang bersentuhan Sungai Acheron akan terjebak selamanya di airnya yang sangat dingin. Tetap sadar tapi tak mampu bergerak.

Ante-Hell adalah tempat yang diberikan kepada manusia-manusia yang tak pernah membuat pilihan dalam hidupnya dulu. Mereka yang hidup tapi tidak pernah melakukan kesalahan dan juga tidak pernah melakukan sesuatu yang membanggakan juga dengan kesadaran. Datar. Termasuklah di dalamnya mereka-mereka yang "suam-suam kuku" alias tidak hangat dan tidak dingin. Dan mereka-mereka yang yang dengan sengaja tidak membuat pilihan apapun, untuk menjaga agar hidupnya tetap nyaman dan tidak terganggu. Mereka-mereka yang berada diantara "percaya" dengan "tidak percaya". Atau yang berada di wilayah abu-abu, bukan hitam dan bukan putih.

Dalam konteks rapat, mereka yang termasuk dalam kategori ini adalah yang memilih untuk abstain ketika ada proses pemungutan suara. Mereka tidak bisa menerima ataupun menolak keputusan apapun, karena kedua-duanya bisa berakibat buruk pada diri mereka sendiri. Jadi, mereka memilih jalan aman, dengan tidak memilih apapun.
Mereka akan dihukum dengan berlarian di sepanjang perbukitan Ante-Hell selamanya, tanpa ada harapan untuk bisa mati.

Contoh orang yang termasuk dalam kategori ini adalah: Pontius Pilatus.

Ia adalah orang yang menolak untuk menghukum Yesus, tapi juga tidak bertindak untuk membelanya. Dia membuat keputusan untuk mengamankan dirinya sendiri. Ia tidak mau ”bermasalah” dengan Yesus, karena dia sudah mendengar tentang kehebatannya. Dia juga tidak mau ”bermasalah” dengan rakyat banyak, karena ia tahu apa yang bisa dilakukan massa yang sangat penuh dengan kebencian terhadap posisinya dalam pemerintahan.

Ada juga beberapa diantara jiwa-jiwa ini yang dikurung di dalam berbagai wadah tembaga raksasa. Wadah-wadah ini terdiri dari berbagai ukuran dan berserakan di lapangan berdebu yang luas itu. Suara orang-orang yang terjebak di dalamnya masih bisa terdengar samar-samar dari balik dinding wadah.

Sebuah perahu kayu terlihat berlayar di Sungai Acheron. Pengemudinya adalah seorang pria tua berwajah aneh dengan janggut putih panjang dan mata seperti logam bercahaya, bernama Charon.

Dia mengoperasikan perahu untuk menyeberangkan jiwa-jiwa ke Neraka Lapisan Ke-1. Dia akan menyeberangkan siapapun yang ingin menyeberang. Tapi dia akan memukul mereka yang membuatnya marah dengan dayung yang dipergunakannya untuk menjalankan perahu. Meskipun perahu itu terlihat kecil, ia mampu membawa banyak orang dalam sekali perjalanan.

Ini adalah daerah Ante Hell. Selanjutnya, kita akan membahas tentang Neraka Lapisan Ke-1. Tempat untuk mereka-mereka yang tidak beriman dan tidak pernah dibabtis semasa hidupnya.

Saturday, November 7, 2009

Neraka di Inferno-nya Dante

Bagian Pertama: Alam Semesta Menurut Pandangan Dante

Aku belum pernah bisa menggambarkan kondisi Neraka dalam pikiranku, biarpun sudah menggunakan daya hayal yang paling tinggi.

Menurutku, tempat itu sama misteriusnya dengan Surga. Tak ada yang bisa memberikan keterangan yang paling akurat, karena umumnya yang pergi ke kedua tempat itu tidak pernah selamat untuk kembali dan menceritakannya. Kalaupun ada istilah ”mati suri” dan orang yang mengalaminya bisa menceritakan ”pengalamannya” di Neraka, tetap saja hal itu akan sulit diterima, karena tidak ada saksi ataupun bukti yang bisa mendukung ceritanya itu.

Itulah sebabnya, aku tertarik dengan puisi berjudul Inferno karya Dante Alighieri ini.

Puisi ini sendiri diciptakan sekitar tahun 1300-an. Dante mengatakan kalau puisi ini adalah hasil perjalanan spiritualnya, mengujungi Neraka, dan tetap hidup untuk menceritakannya. Menurutku, puisinya tidak semenarik tafsirannya, kecuali kita ingin membahas seluk-beluk puisi disini. Tapi, aku lebih tertarik dengan penjabarannya langsung. Masalah percaya atau tidak, menurutku tidak terlalu urgen. Toh, setiap orang masih bisa mengagumi Inferno sebagai sebuah karya seni dan bukan cerita horor apalagi kotbah, kan?

Istilah Neraka sendiri pertama sekali dipergunakan oleh penganut agama di zaman pertengahan. Neraka berarti: tempat kekacauan, penderitaan, kesedihan, kekejaman dan hal-hal buruk lainnya berada. Kemudian, penganut Kristen mengadopsi istilah ini juga lengkap dengan maknanya. Tapi, Dante-lah orang pertama yang memberikan uraian lengkap tentang Neraka, dari sudut pandang non-religius. Tapi, menurutku, karena dia hidup di zaman ketika Gereja memegang kendali penuh atas suatu negara, maka sudut pandangnya sedikit banyak akan terpengaruh juga dengan kondisi itu.

Secara garis besar, puisi itu menjelaskan tentang tiga aspek penting dalam unsur alam semesta ini, selain kepercayaan bahwa bumi adalah dari pusat tata surya, yang pada zaman itu dianggap sebagai pendapat yang lumrah. Orang-orang masih menganggap ilmuwan seperti Copernicus, sebagai ilmuwan sesat karena mengatakan kalau bumi bukanlah pusat tata surya. Selanjutnya, Dante mengenalkan tiga konsep tentang alam semesta.

Pertama, konsep ”Purgatory”. Bumi adalah bola yang mengapung di luar angkasa. Ia menggambarkan kalau keturunan Adam menempati Bagian Bumi Utara. Daratan dari Gibraltar di bagian barat sampai ke Ganges di bagian timur. Dengan Kota Suci Yerusalem berada di tengahnya. Sementara di Bagian Bumi Selatan, terletaklah Pulau Gunung Purgatory. Bentuknya seperti piramid raksasa dengan sembilan undakan, dimana jiwa-jiwa orang-orang yang sudah meninggal mendapat kesempatan sekali untuk menyucikan jiwanya.

Pada puncak piramida, terdapat Taman Eden. Taman surgawi yang terdapat di bumi, tempat manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa. Di atas Taman Eden duniawi inilah terletak surga, yang juga disebut dengan konsep ”Paradiso”. Terdiri atas sembilan lapisan melingkar yang melingkupi setiap sisi permukaan bumi seperti cincin.. Letaknya sebagai penghubung antara bumi dengan matahari, bulan, planet-planet dan bintang-bintang. Lapisan yang paling atas disebut sebagai Empyrean, tempat Tuhan dan Bunda Maria duduk berdampingan.

Sementara, Neraka atau ”Hell” sebagai pusat kejahatan, berada di perut bumi. Bentuknya seperti kerucut raksasa, dengan bagian alas yang melebar berada paling dekat dengan permukaan bumi. Bagian puncaknya yang menyempit terbenam jauh hingga ke pusat bumi. Sepertin halnya Surga, Neraka juga terdiri atas sembilan lapisan. Masing-masing tingkatan sesuai dengan berat atau ringannya dosa yang diperbuat jiwa itu semasa hidupnya. Lapisan yang paling bawah berada tepat di perut bumi, adalah Lapisan Ke-9, tempat Setan dikurung abadi dalam lautan es.

Seperti inilah sketsa gambaran Neraka sesuai penglihatan Dante.

Seperti yang terlihat, ada banyak bagian-bagian lagi dari kesembilan lapisan itu. Dan masing-masingnya digambarkan dengan mendetil oleh Dante. Biar lebih lengkap, aku akan menuliskan hasil ”baca sana, baca siniku” tentang Sembilan Lapisan Neraka-Dante ini per-lapisan saja. Kali ini, kita bahas Neraka secara umum dulu, sebelum sampai ke Lapisan Ke-1.

Secara umum, Neraka selalu terlihat gelap dan mencekam dari kejauhan. Di udara tercium bau amis bercampur sedikit aroma asam, untuk menutupi bau kematian yang begitu kuat. Langit di atas Neraka berwarna kelabu, mungkin awan yang kelabu. Tapi, kalau didekati, ternyata itu langit kelabu itu adalah kabut tebal yang membutakan mata. Di dalam kabut ini tercium bau kotoran, minyak dan asap. Terdapat tempat-tempat penyiksaan yang tersembunyi di dalam kabut.

Semua penghuni Neraka, selalu mengalami proses penyembuhan yang berulang-ulang setelah disiksa habis-habisan. Dan setelah sembuh, mereka akan disiksa kembali dan ini berlangsung selamanya. Penghuni neraka tidak bernapas dan tidak memiliki bayangan. Kebanyakan dari mereka menggunakan baju longgar warna putih yang setengah terbuka di bagian depannya. Sungai-sungai yang terdapat di Neraka, bersumber dari Pulau Kreta di Yunani dan semuanya terhubung dengan kolam es Cocytus di dasar neraka.

Seperti terlihat pada gambar, di bagian terluar Neraka terdapat barisan pepohonan. Puisi Dante menggambarkan penglihatan yang dialaminya, ketika berada diantara pepohonan itu. Ketika ia menengadah ke atas, samar-samar ia melihat sebuah puncak bukit yang tersembunyi di balik kegelapan dahan-dahan pohon. Dia lalu mulai mendaki bukit itu untuk melihat apa yang ada di atasnya. Tapi di tengah jalan, ia dihalangi oleh tiga ekor binatang buas: seekor macan, seekor singa dan seekor serigala betina. Ia melambangkan hewan-hewan buas itu sebagai dosa-dosa yang telah menghalangi jalannya menuju kebenaran.

Karena ketakutan, Dante buru-buru turun kembali ke tepi hutan kayu yang gelap itu. Ia kemudian dihentikan oleh sesosok orang tak dikenalnya. Orang itu kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Virgil, seniman Romawi yang sangat terkenal.

Dante kemudian meminta bantuan Virgil untuk menolongnya melewati hewan-hewan buas yang menghalangi jalannya menuju Cahaya Kebenaran. Virgil kemudian menyuruh Dante melewati jalan yang lain dan mengatakan ia akan membantu Dante dalam perjalanannya. Tapi dia hanya bisa mengantar Dante sampai perbatasan Purgatory, karena ia lahir sebelum Kristus sehingga dia tidak mengenal keselamatan.

Ini dulu untuk pengenalan awal tentang Neraka. Ini adalah gambaran umum yang dilihat Dante sebelum masuk ke pintu Neraka. Selanjutnya, aku akan menuliskan tentang masuk neraka, atau Ante Hell.

Friday, November 6, 2009

Agen Bola Untuk Penggemar Bola

Kawan-kawan yang punya akun Facebook, pernah memperhatikan iklan-iklan yang ada di lajur sebelah kanan nggak? Pasti pernah lah ya. Lajurnya kan lumayan gede. Disitulah aku pertama sekali melihat iklan Agen Bola ini.

Awalnya tidak terlalu memperhatikan. Tapi, karena iklannya sering sekali muncul, akhirnya ku-klik juga. Ternyata situs ini adalah situs untuk taruhan bola.

Aku punya kawan sesama blogger, yang sepertinya juga pencinta berat bola. Sepertinya dia bahkan punya blog khusus yang berisi berbagai berita tentang bola. Aku juga suka bola, kadang-kadang. Kalau lagi musimnya Piala Dunia Biasanya, olahraga yang satu ini adalah favorit kawan-kawan yang laki-laki ya.

Nah, diantara kawan-kawan yang fanatik bola, ada yang suka taruhan juga nggak? Selain untuk mencari keuntungan, biasanya orang suka taruhan untuk membuktikan sejauh mana pengetahuannya tentang klub-klub bola favoritnya. Semakin banyak yang dia tahu, tentunya semakin besar juga kemungkinan tebakannya itu benar. Kalau begitu, kenapa tidak membuka akun di web agen taruhan online yang satu ini saja?

Setelah aku baca-baca di situsnya, mereka akan membantu setiap orang yang ingin membuka akun untuk taruhan bola secara online. Jadi, tak perlu repot kalau mau taruhan bola di website luar yang mengharuskan menggunakan kartu kredit untuk metode depositnya. Agen Bola akan memfasilitasinya dengan memberikan kemudahan hanya dengan transfer bank lokal saja, seperti Mandiri dan BCA. Jadi, tak perlu kartu kredit-kartu kreditan segala.

Saat ini mereka melayani pembuatan akun bola di SBOBET dan ICBBET yang diklaim sebagai website taruhan bola terbesar di Asia. Tak hanya melayani taruhan bola, Agen Bola juga melayani pembukaan akun untuk permainan bola tangkas (mickey mouse).

Syaratnya juga nggak repot. Yang penting, untuk bisa mendaftar jadi member, sobat harus berusia minimal 18 tahun dan memberikan data diri, seperti nomor rekening dan nomor telepon. Itu saja. Jadi, untuk pencinta bola yang mau menguji peruntungannya, coba cek di situs Agen Bola saja langsung.
BuyBlogReviews.com

Sembilan Lingkaran Dante

Baru-baru ini, aku dibelikan novel baru sama suamiku (yang perhatian itu..Hehe). Dia sudah tahu, kalau aku lebih memilih novel-novel yang tidak menjadikan romantisme sebagai thema utamanya. Romantisme boleh, tapi hanya sebagai tambahan. Muak juga kalau kebanyakan membaca novel-novel Harlequin kan? Sori, kalau ternyata ada yang suka novel-novel seperti itu. Tapi, aku lebih suka novel yang punya imajinasi melewati batas. Aku suka novel sains fiksi. Aku suka novel horor. Aku suka novel khayalan lainnya, seperti Samantha Brown dengan Twilight Saga-nya. Atau Bartimeus Trilogy yang mengisahkan tentang bagaimana manusia bisa memperalat iblis, untuk memenuhi kepentingannya.

Novel yang terbaru ini judulnya The Gargoyle karangan Andrew Davidson. Ada yang sudah pernah baca? Dalam kisah-kisah horor, Gargoyle biasanya digambarkan sebagai mahluk bersayap yang berkepala hewan tapi bertubuh manusia. Tapi, bisa juga berupa gabungan tubuh dari dua sampai tiga hewan sekaligus. Patung-patung seperti ini biasanya terdapat pada bangunan-bangunan kuno bergaya klasik Gothik di Eropa.

Dan biasanya juga (tapi tidak selalu) disandingkan dengan patung-patung yang menggambarkan sosok malaikat, seperti Cupid.

Tapi, disini aku tidak sedang menceritakan tentang novel itu. Tapi, ada hal lain yang kujumpai di dalamnya. Menurutku sangat menarik dan terus terang, baru kuketahui. Yaitu tentang Inferno. Pernah dengar? Inferno adalah puisi karya Dante, yang menggambarkan tentang perjalanan spiritualnya ke Neraka. Yah, Neraka seperti yang kita ketahui selama ini. Neraka yang terdiri dari api yang menyala-nyala. Secara garis besar, dia menyatakan kalau Neraka itu terdiri dari sembilan lapisan. Setiap lapisan memiliki kriteria masing-masing. Demikian juga surga. Terdiri atas sembilan lapisan. Kalau surga berada di atas permukaan bumi, maka neraka berada di perut bumi.

Neraka ini mengenal istilah pengelompokan dosa. Dosa ringan, agak ringan, berat, hingga berat sekali. Mungkin akan jadi polemik kalau dibicarakan dari segi agama. Karena ada agama yang memberikan dua batasan tegas saja. Dosa dan bukan dosa. Titik. Tidak ada ukuran ataupun takaran yang jelas. Yang pasti dosa mencuri uang seribu rupiah sama-sama berdosa layaknya pembunuh yang menghilangkan nyawa orang lain.

Tapi pada dasarnya, pandangan Dante tentang neraka ini justru dianggap pandangan yang paling tidak religius pada masa itu. Meskipun paparannya tentang neraka lebih condong ke tafsiran Kristen. Karena pada masa Dante hidup (1308-1321), Gereja adalah pusat kekuasaan. Jadi, karena latar belakang kehidupannya yang seperti itu, rasanya wajar saja kalau pandangannya memiliki pengaruh Kristen yang kental. Tapi, tidak semuanya melulu tentang Gereja. Dia juga menggambarkan hukuman yang diterima masing-masing pendosa semasa hidupnya, berdasarkan kejahatannya. Bukan agamanya.

Aku sedang membuat mencari informasi lebih tentang Sembilan Lingkaran Dante ini. Dan yang pasti, tidak akan bisa diuraikan dalam satu artikel. Bisa jadi panjang sekali. Sepertinya lebih bagus kalau aku menuliskannya per-lingkaran. Tapi, tunggu sampai pencarian informasinya ini selesai dulu ya. Karena kebanyakan artikel yang kutemukan berbahasa Inggris, jadi perlu waktu tambahan untuk bisa menterjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari yang enak dibaca, tanpa harus menyertakan kalimat-kalimat puitisnya yang mendayu-dayu.

Menurutku, Inferno-nya Dante sangat menarik, jadi perlu ditulis disini dan dibagikan untuk sobat-sobat semuanya. Mudah-mudahan ada yang tertarik juga. Di artikel berikutnya...

Tuesday, November 3, 2009

Istana Maimoon Yang Luar Biasa

Bosan menghabiskan waktu liburan di pusat perbelanjaan, sekali-sekali kita bisa menghabiskan waktu di tempat-tempat bersejarah. Apalagi kalau punya anak kecil. Jadi sekalian bisa mengajarkan mereka tentang tempat-tempat yang bernilai sejarah yang ada di sekelilingnya.

Hari Minggu kemarin, kami bertandang ke Istana Maimoon. Terus terang, ini kunjungan pertamaku kesini, meskipun aku sudah sepuluh tahun tinggal di Medan ini. Menyedihkan ya? Hehe.. Tapi, tak apalah terlambat, asalkan masih sempat.

Istana Maimoon identik dengan Puteri Hijau, puteri Sultan Deli. Dia dinamakan Puteri Hijau, karena setiap kali dia mandi, tubuhnya akan memancarkan cahaya kehijauan. Menurut sejarahnya, puteri yang cantik jelita ini dilamar oleh Sultan Iskandar Muda, penguasa Aceh, untuk menjadi permaisurinya. Namun, Puteri Hijau menolak lamaran itu. Akibatnya, Sultan Iskandar Muda pun memutuskan untuk menyerang Kesultanan Deli.

Ketika hal ini terjadi, Puteri Hijau pun mengubah dirinya menjadi sebatang meriam sakti. Karena meriam ini akan melemparkan batu-batu besar ke arah musuh secara terus-menerus tanpa harus dibantu manusia. Dan karena terus mengeluarkan batu tanpa henti, meriam ini menjadi terlalu panas dan akibatnya terbelah dua.

Bagian bawahnya tetap tertinggal di Kerajaan Deli, sementara bagian pucuknya terlempar hingga ke Barus Jahe, Tanah Karo. Ini foto meriam puntung itu, masih tersimpan di bangunan khusus yang terletak di halaman Istana Maimoon. Meriam ini mendapat perlakuan khusus, karena ada rangkaian bunga dan mangkuk berisi jeruk purut yang diletakkan di dekat meriam itu.

Istana Maimoon sendiri merupakan bangunan yang banyak mengadopsi budaya India. Jadi, berbagai ornamen dan bentuk Istana ini sendiri adalah campuran dari budaya India dan budaya Melayu. Didirikan tahun 1888, bangunannya masih terlihat kokoh dan agung. Tak ada biaya khusus yang dikenakan untuk pengunjung yang ingin masuk dan melihat-lihat ke dalam istana. Hanya dipersilahkan mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan seikhlasnya untuk membersihkan kompleks istana.

Yang pertama sekali menarik perhatian ku adalah ornamen yang berada di langit-langit istana. Rumit dan cantik.

Di bagian selasar Istana, ornamen langit-langit sekilas terlihat seperti terbuat dari wallpaper. Tapi ternyata langit-langit itu terbuat dari batu dan dilukis tangan secara manual. Sementara di bagian pendopo tempat singgasana sultan berada, langit-langitnya yang lebih tinggi juga dilukis dengan ornamen yang lebih rumit lagi, tapi yang ini terbuat dari kayu. Langit-langitnya tinggi sekali. Membayangkan kalau bangunan semewah ini didirikan tahun 1888, tak terbayangkan berapa seniman yang dipekerjakan hanya untuk melukis langit-langitnya saja.

Dan ada lampu gantung (chandelier) besar yang berada di pendopo.

Ukurannya besar sekali dengan juntaian lampu-lampu dan bola-bola kristal kecil di setiap sisinya. Lampu gantung ini terlihat modern seperti lampu-lampu gantung yang kita lihat di berbagai show room furniture-furniture mewah yang bertebaran di Medan. Tapi ternyata lampu gantung ini berasal dari Prancis dan didatangkan ke Istana Maimoon pada tahun 1888 juga. Jadi, umur lampu gantung yang terlihat modern klasik itu adalah 121 tahun. Dan sama sekali tidak kehilangan keindahannya. Bagus sekali.

Setiap ruangan di dalam istana memiliki corak tersendiri yang berbeda setiap ruangan. Corak lantai di selasar berbeda dengan lantai di pendopo tempat singgasana sultan berada. Juga berbeda di ruang makan istana. Seluruh lantai di istana ini diimpor dari Italia. Sementara perabotannya berasal dari Perancis. Tak heran, kalau di depan singgasana Sultan sendiri terdapat empat buah kursi panjang dengan lengkung-lengkung klasik seperti yang biasa ditemukan di film-film dengan latar belakang Prancis di zaman kerajaan dulu. Kursi-kursi itu memang sudah nampak kusam tapi kain brokat Prancisnya dengan motif-motif khas dan harga selangit itu masih bisa dinikmati, meski tidak diperbolehkan untuk mendudukinya.

Singgasana sultan memenuhi seperempat bagian ruangan besar itu. Ada kesan agung yang membuat kita tidak berani macam-macam di tempat itu.

Warnanya didominasi kuning dan emas, khas Kesultanan Deli. Singgasana dan karpetnya masih produk original alias belum pernah diganti. Karpetnya tebal sekali. Sekeliling singgasana ini dipagari karena pengunjung dilarang memijak karpet, untuk menjaga agar karpet tua itu tidak semakin cepat rusak. Tapi, herannya ada saja pengunjung yang nekat melompati pagar rendah itu hanya untuk bisa berfoto dekat dengan singgasana. Padahal tanpa harus seperti itupun, hasil fotonya akan tetap bagus. Tanpa ragu, penjaga istana langsung mengusir si ibu-ibu yang sudah panteng siap untuk bergaya di depan suaminya yang berniat memotret. Karena diusir, batallah niatnya dan dengan malu-malu dia keluar dari area singgasana itu.

Di bagian ruang makan istana, terdapat singgasana yang berukuran lebih kecil tempat sultan dan permaisuri duduk ketika bersantap.

Sandaran kursinya tinggi sekali. Kalau yang ini, pengunjung bisa duduk untuk berfoto. Bahkan disediakan penyewaan pakaian adat Melayu dengan biaya 15 ribu rupiah saja untuk yang ingin berfoto. Kami juga sempat berfoto dengan duduk di singgasana itu. Rasanya, bercampur antara sedikit takut akan merusak benda bernilai sejarah itu dengan keinginan untuk merasakan bagaimana rasanya duduk di kursi tempat seorang permaisuri raja berada ratusan tahun yang lalu. Rasanya: AGUNG! Oh ya, kain pelapis kursi ini juga dibuat dari brokat Prancis seperti yang di depan singgasana Sultan. Hanya berbeda warna saja. Di depan brokatnya warna hijau tua, yang di ruang makan berwarna kuning dan emas.

Di sepanjang dinding ruangan dipajang foto-foto hitam putih dan lukisan-lukisan tua yang sudah berumur ratusan tahun. Umumnya foto dan lukisan Sultan-Sultan Deli yang sudah memerintah turun-temurun sejak tahun 1600-an. Ganteng-ganteng dan tinggi besar seperti orang Eropa. Aku lebih tertarik dengan foto-foto permaisuri sultan yang anggun dan ayu. Ada permaisuri yang berasal dari Kesultanan Aceh, Kesultanan Perak dan Kesultanan Bone. Bahkan ada foto permaisuri dari Kesultanan Perak yang difoto dengan rambut terurai. Rambutnya bergelombang dan panjangnya sampai ke lantai. Cantik sekali. Sementara permaisuri yang lain ada yang mengenakan sanggul sederhana, tapi juga tak kalah cantiknya. Tak perlu heran sebenarnya, karena mereka juga sebenarnya adalah puteri-puteri bangsawan yang kemudian dilamar oleh sultan-sultan Deli dan dibawa ke Medan.

Sultan yang termuda sekarang baru berumur 13 tahun dan masih bersekolah. Dialah sultan terbaru sekaligus yang termuda.

Jalan-jalan sebentar di Istana Maimoon ternyata tidak sia-sia. Hanya bisa merasakan berada di bangunan yang sudah berusia 121 tahun saja rasanya sudah luar biasa. Apalagi kalau bisa merasakan duduk di singgasana permaisuri dan melihat ornamen-ornamennya yang luar biasa. Sayang, istana ini kurang terawat. Mudah-mudahan saja tidak rusak. Karena nilai sejarahnya membuat bangunan ini tidak ternilai harganya.
Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff