Monday, June 28, 2010

Aku Betah Kok

Sudah tiga minggu lebih kami menjadi warga tidak tetap di kota Palembang, tempat Jembatan AMPERA yang megah itu berada. Sejauh ini, yang kurasakan, aku masih merasa betah. Yang pasti, alasan terbesarnya adalah karena kami bertiga (suami, anak dan aku sendiri) bisa ngumpul bersama. Sehingga, meskipun jauh dari kampung halaman, rasanya tidak terlalu sedihlah.
Menurutku, hanya perlu beberapa hal yang sifatnya sederhana saja, untuk bisa membuatku merasa betah dan nyaman tinggal di sebuah lingkungan baru. Alasan-alasan tambahan, diluar alasan karena bisa ngumpul bareng keluarga tentunya ya. Tentunya kan nggak cukup dengan itu saja. Ada hal lain yang mendukung nyaman atau tidaknya tinggal di kampung orang. Hehehe..

Alasan utama berikutnya yang bisa membuatku betah adalah: sinyal yang bagus untuk wireless internetku. Maklum, aku bukan jenis orang yang suka jalan kesana-kemari hanya berdua dengan anakku. Makanya, waktu untuk keluar rumah bagi kami adalah di akhir pekan, ketika suami memang sedang tidak masuk kantor. Kalau untuk jalan-jalan berdua saja dengan Asha, ah kurang sreg ah. Akibatnya, waktuku dari senin sampai jumat itu terpakai di depan laptop. Ngapain aja? Banyak! Yang pasti, ngerjain job review dan tak lupa merawat game-game kesayanganku di Facebook. Hohoho.. Tak ketinggalan, blogwalking dan update blog juga, biar PR nggak anjlok.

Alasan yang kedua adalah: kondisi tempat tinggal yang nyaman dan AMAN. Nggak terbayang rasanya kalau harus selalu merasa deg-degan karena tinggal di daerah yang “katanya” rawan kriminal. Atau daerah yang rawan banjir. Aduuhh…gimana mau betah?!?!

Alasan yang ketiga: gampangnya akses untuk belanja kebutuhan dapur. Kalau bisa sih, tinggalnya dekat pasar tradisional, jadi tidak perlu repot untuk belanja. Aneh juga rasanya kan kalau harus menempuh waktu hampir sejam hanya untuk membeli ikan sekilo beserta bumbu-bumbu dapur lainnya. Kalaupun tidak tinggal dekat pasar tradisional, yah paling tidak ada si abang/mbak tukang jual sayur dan ikan yang selalu keliling kompleks setiap pagi. Lebih bagus lagi kalau kayak tukang sayur langgananku dulu waktu di Medan. Order via SMS, bo’! Ntar malam kita tinggal kirim sms tentang apa saja yang mau kita beli, besok pagi dia datang nganterin semuanya. Lengkap! Oh ya, aku sudah punya langganan tukang sayur SMS juga loh di Palembang sini. Hehehe…

Rasanya, alasan-alasan di atas tidak terlalu berlebihan kan? Aku toh nggak minta rumah besar dan mewah atau supir pribadi. Hahaha.. Dan karena alasan-alasan yang kutulis diatas sudah terpenuhi selama disini, maka dengan tenang aku bisa mengatakan: AKU BETAH DI PALEMBANG, meskipun tidak terlalu mengidolakan empek-empeknya. Aku lebih suka makan bakmi ALOY yang di Dempo.

Monday, June 21, 2010

Frontierville-Mainan Baru

Ada mainan baru! Hihihi... Namanya Frontierville yang dirilis oleh Zynga. Oh ya, kayaknya aku udah pernah bilang sebelumnya, kalau aku juga penggemar Farmville (punya Zynga juga) sebelumnya kan? Farmville jugalah yang sebelumnya sempat membuatku melupakan blog-blog ku, sampai Alexa-nya turun ke 5 juta (hikshiks..).
Sejak itulah aku memutuskan untuk mengurangi aktivitas bermain game di Facebook, agar punya lebih banyak waktu di blog. Tapi, aku tidak meninggalkan Farmville sama sekali loh, aku masih tetap bermain. Hanya saja, permainan yang ini sudah kehilangan gregetnya alias membosankan (tapi nggak rela ditinggal). Maklum saja, untuk ukuran manusia, game ini sudah sampai ke taraf mapan. Dimana aku tidak perlu lagi bersusah payah memainkannya. Persediaan uang kas-nya sudah banyak dan aku tidak perlu repot-repot kalau ingin membeli produk keluaran barunya. Tapi, sayang ditinggalkan, karena aku sudah level 57. Jadinya, tetap main, tapi tidak seantusias dulu lagi. Hanya sekedar mengisi waktu.
Yang pasti, Frontierville ini berbeda dari Farmville, karena kita tidak melulu menanam, memanen dan mengurus ternak saja. Tapi disini pemain juga diminta membentuk keluarga (memiliki istri/suami) dan memiliki anak. Memang game ini masih terhitung baru, sehingga masih sedikit teman-teman di Indonesia yang mengikutinya. Tetangga-ku pun kebanyakan orang bule-bule. Hehehe.. Tapi aku sangat tertarik dan selalu penasaran untuk mengetahui kejutan apalagi yang bisa kutemukan di setiap levelnya.

Akhirnya, niat untuk tidak menambah game baru pun harus berakhir, kawan-kawan. Hahaha.. Ternyata, jauh di lubuk hati, aku tetaplah seorang pencinta game (hallaahh...). Hanya saja, selama ini tidak ada game-game yang cukup menarik perhatianku, sehingga aku bahkan menolak dan memblokir aplikasinya, agar tidak ada yang mengundangku untuk memainkannya. Sekali lagi, Zynga berhasil menarik perhatianku dan membuatku tak sabar menunggu datangnya pagi untuk melihat kebun baruku di Frontierville. Hahaha..

Ngomong-ngomong, kawan-kawan ada yang main game ini juga nggak?

Car Accessories Online Store

For automotive lovers, a car is like a partner (I believe my husband felt the same way too). You use it everyday and you need to keep your vehicle in its best condition. We’re not only talking about the car engine here, people. I’m sure all of you always spare some times to check your engine condition regularly.

But we’re talking about car accessories here, such as grilles, floor mats to projector head lights. Well, I bet you shop a lot for this kind of things, right? Anyway, can you mention your prior prominent reason about where and how you're going choose an appropriate store to shop? Is it including simplicity? If so, then you will find online shopping as a suitable choice for you.

CARID.com is the online automotive accessories superstore that you might be interested in. They provide almost everything you need to accessorize your car. From colored plastic trim dash kits to real premium woods or carbon fiber; from weathertech protection to custom embroided floor mats; as well as variety of car light products. Everything!
Don’t worry; the store always has some discount going on. All you need is just visit the homepage to find out more. So, with a few clicks only, you will get your car accessories all in its best quality.

Tuesday, June 15, 2010

Dokumentasi Kamar Tidur

Tak habis pikir aku! Apa sebenarnya tujuan merekam hubungan intim suami istri ya? Itu kan suatu hal yang sifatnya sangat pribadi dan hanya perlu diketahui oleh suami istri itu sendiri. Tak perlu direkam pun, keduanya pasti sudah mengetahui setiap detilnya. Lantas, kenapa masih tetap perlu direkam ya?
Ada yang pernah memberi alasan: “untuk dokumentasi pribadi”. Nah loh, untuk apa juga hal seperti itu didokumentasikan? Sedangkan orang yang mencuri saja berusaha sebisa mungkin untuk menutupi jejaknya dan menghapus dokumentasi apapun. Lah, ini hal yang paling pribadi sekali malah dibuat dokumentasinya. Aya naon?

Banyak yang beranggapan kalau dokumentasi apapun bisa dihapus begitu pemiliknya tidak menginginkannya lagi. Tapi, jangan salah dulu. Perangkat modern zaman sekarang ini (seperti ponsel, kamera, handycam) sudah cukup canggih loh. Semua data yang sudah kita hapus bisa dikembalikan dalam hitungan detik saja, oleh seorang ahli. Tak perduli betapa cermatnya kita menghapus data itu sebelumnya. Jadi, tak ada jaminan kalau data yang kita hapus itu benar-benar terhapus. Jadi, kalau tidak yakin, lebih baik jangan didokumentasikan sekalian.

Kembali ke topik tadi dulu. Sedangkan pasangan suami-istri saja pasti merasa malu kalu urusan kamar tidur mereka jadi konsumsi publik. Apalagi yang bukan suami-istri?!?! Amit-amit! Apa ya yang ada dalam pikiran pelaku hubungan haram seperti ini ketika mendokumentasikannya? Khususnya, si perempuan. Apa dia tidak sadar kalau dia sudah menyerahkan harga dirinya yang tersisa ke sebuah kamera atau ponsel ya? Bahwa rekaman itu bisa saja dengan mudah menyebar, serapat apapun dia berusaha menyimpannya?

Dan kalau sudah begini, tak ada lagi yang namanya jalan kembali. Sekali kotoran itu sudah terlempar ke wajah, tak akan pernah bisa terhapus hingga bersih lagi. Baunya pasti tetap tinggal. Apalagi kalau yang menjadi objeknya adalah public figure. Tapi, yah kembali lagi, semua tergantung pada kepribadian pihak-pihak terkait juga ya. Kalau memang tipe manusianya adalah tipe yang tidak punya rasa malu, dia pasti akan cuek bebek dan mengabaikan komentar orang. Tapi, kalau dia masih memiliki kesadaran (hati nurani), pasti rasa malunya sudah tak tertahankan lagi.

Sebuah pengalaman pahit yang benar-benar bisa diambil hikmahnya, khususnya oleh mereka-mereka yang bukan sebagai objek penderita. Agar memikirkan matang-matang, sebelum merekam aktivitas apapun yang bisa menimbulkan aib di kemudian hari. Biarlah urusan kamar hanya disimpan di dalam kamar. Toh masih banyak hal lain yang bisa didokumentasikan, seperti liburan keluarga atau acara hebohnya acara nonton bareng piala dunia. Betul tak?

Tuesday, June 1, 2010

Ulos Pengantin

Waduh, udah lama ngga update blog nih. Lagi sibuk-sibuknya berberes ria untuk urusan pindahan. Sibuk..sibuklah..pokoknya. Baru sekarang ini punya waktu sebentar untuk melihat keadaan blog. Sebelumnya, terimakasih untuk kunjungan setia kawan-kawan yang tetap menjaga traffic ke blog ini. Mudah-mudahan dalam waktu dekat aku kembali bisa mengaktifkan jadwal blogwalking ya. Hehehe..
Topik yang ingin kuangkat kali ini muncul secara mendadak di pikiranku (seperti biasanya). Minggu lalu, aku menghadiri sebuah acara pernikahan saudara yang dilanjutkan dengan acara adat. Umumnya, di pesta Batak, acara adat berlangsung lebih lama daripada Pemberkatannya (untuk yang beragama Kristen), bisa sampai malam. Karena acara adat ini biasanya diisi dengan pemberian ulos kepada pasangan pengantin baru, oleh orang-orang tua baik dari sanak-saudara ataupun dari undangan lainnya.

Lazimnya, sebelum kain ulos dilingkarkan di pundak pengantin, para pemberi ulos akan mengucapkan sepatah dua patah kata kepada pengantin. Umumnya berisi nasehat-nasehat tentang bagaimana menjalani kehidupan berumahtangga yang baik, di hadapan orang banyak yang menghadiri pesta itu. Aku kurang tahu kalau suku lain juga memiliki ritual seperti ini. Tapi, aku yakin, pelaksanaan adat di Indonesia ini juga tidak terlalu berbeda kan?

Nah, biasanya nih, proses pemberian nasihat pernikahan ini, dilakukan atas nama formalitas belaka. Dimana, sanak saudara akan memberikan nasihat yang umum, sederhana, singkat dan diiringi doa. Jujur saja, aku bahkan tidak terlalu memperhatikan apa yang diucapkan oleh sanak-saudara itu, karena intinya hampir serupa dengan nasihat yang diberikan sanak-saudara sebelumnya. Tak lebih dari 2 menit perorang. Terkesan sambil lalu ya..

Tapi kemarin, waktu acara pernikahan yang kuhadiri ini, ada seorang ibu yang memberikan nasihat yang lumayan panjang untuk pengantin. Kira-kira lebih dari 10 menit. Bahkan sampai hal yang paling sederhana sekalipun disinggungnya dalam nasihatnya itu. Kulihat ibu itu juga hampir menangis sebenarnya, terdengar dari nada suaranya. Entah karena dia bahagia melihat pernikahan pengantin itu atau karena ada sesuatu dalam nasihatnya yang memiliki nilai tertentu dalam kehidupan rumah tangganya sendiri. Dan nasihat panjang lebar yang diberikannya itu, lebih mendetil daripada nasehat formal dan singkat yang diberikan oleh bapak/ibu sebelumnya, meskipun intinya sama.

Dan tebaklah apa yang terjadi! Orang-orang mulai menggerutu. Wallah…. Orang-orang mulai mengeluhkan “panjangnya” nasihat yang diberikan oleh si ibu itu dan mulai ngoceh tak menentu. Keluhan mereka hanya satu: masih banyak orang yang akan memberi ulos kepada pengantin, jadi sebaiknya nasihat yang diberikan tak usah terlalu panjang, agar masih tersedia waktu untuk sanak-saudara lain yang akan memberikan ulos. Itu saja. Hanya masalah waktu. Jangan sampai nasihat yang kepanjangan membuat orang lain jadi harus menunggu lebih lama untuk memberikan ulos.

Ironis sebenarnya ya. Hahahaha… Karena pada dasarnya, lebih penting memberikan nasihat daripada memberikan ulos. Betul nggak? Ulos itu hanya sebagai perlambang (meskipun bagi sebagian besar orang Batak, jumlah ulos yang diterima itu menggambarkan sukses atau tidaknya pesta adat itu sendiri). Tapi, orang-orang malah beranggapan sebaliknya.

Sewaktu pesta pernikahan kami dulu, sebagai pengantin, kami sangat menghayati setiap nasihat yang diberikan oleh sanak saudara dulu. Mungkin, bagi pihak tamu dan undangan, nasihat-nasihat itu tidak terlalu berarti (karena bukan ditujukan kepada mereka), tapi pengantin pasti mendengarkannya. Jadi, agak heran juga kalau orang-orang di dalam gedung pesta tiba-tiba mulai terdengar semakin ribut seperti segerombolan lebah berdengung di sekitar sarangnya, sebagai wujud protes akan panjangnya nasihat itu.

Sepertinya orang-orang hanya memikirkan kapan gilirannya memberikan ulos, mengucapkan nasihat formalitas yang singkat, setelah itu, bisa segera berlalu dari gedung pesta dan pulang ke rumahnya. Urusan memberikan nasihat kepada pengantin toh bisa dilakukan di rumah setelah pesta usai, dengan keluarga dekat, dalam suasana yang relative lebih santai. Dan menurutku, ini ada benarnya juga.
Tapi, bukan berarti itu bisa menjadi pembenaran atas keluhan panjangnya nasihat yang diberikan seseorang kepada pengantin. Tak pantas toh, undangan yang lain berkeluh-kesah karena itu? Karena memang, nasihat itulah yang lebih penting dari ulosnya. Bukan sebaliknya. Iya kan?
Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff