Sunday, October 25, 2009

Janji Surga Untuk Pencari Kerja

Membludaknya jumlah pengangguran pada masa ini telah membuat banyak dari para pencari kerja di Indonesia ini menjadi sasaran empuk perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan kebutuhan mereka akan pekerjaan itu untuk mencari untung. Bak mengail di air keruh, perusahaan-perusahaan yang tak punya malu itu bukannya membantu para pencari kerja untuk bisa mendapatkan pekerjaan untuk nafkah hidupnya, melainkan memeras mereka secara halus untuk keuntungan pribadinya.

Perusahaan-perusahaan jenis ini biasanya selalu mengumbar janji-janji surga tentang besarnya pendapatan yang akan diperoleh seorang pencari kerja jika bergabung dengan perusahaan mereka. Gaji yang dijanjikan bukan hanya kisaran ratusan ribu rupiah saja, tapi dalam hitungan puluhan juta perbulannya. Bahkan untuk yang hanya tamat SMP sekalipun. Fantastis. Bagi perusahaan jenis ini, sepertinya tidak ada yang perlu menderita mencari pekerjaan.

Tapi, lihat dulu, apa yang menjadi syarat agar bisa menjadi seorang yang sukses dengan pendapatan puluhan juta rupiah perbulannya itu. Biasanya, mereka akan meminta uang pendaftaran ataupun uang pelatihan sebagai syarat awal untuk bergabung dengan perusahaan mereka. Dari yang pernah kulihat langsung, ada perusahaan yang mewajibkan para pelamar untuk membayar Rp.20.000,- untuk bisa mendapatkan formulir isian lamaran kerja. Sekilas, terlihat jumlah itu tidak seberapa. Tapi coba saja kalikan sendiri kalau para pelamar kerja yang datang ada seratus orang, untung yang diperoleh perusahaan hanya dari menjual sehelai kertas formulir sudah mencapai Rp.2.000.000,-

Setelah mengisi formulir lamaran kerja, biasanya para pelamar akan disuruh menunggu panggilan berikutnya. Dengan ketentuan, hanya yang ”memenuhi syarat” saja yang akan dipanggil. Dan mereka yang dipanggil, diminta menyediakan uang tunai Rp.500.000,- untuk biaya pelatihan, dimana mereka akan mendapat pengarahan lebih jauh tentang sistem kerja dan bagaimana caranya agar sukses di perusahaan itu. Dalam ”pelatihan” inilah perusahaan mengumbar janji surga yang lebih indah lagi. Mereka menjanjikan kalau para karyawan di perusahaan mereka bisa meraih pendapatan hingga puluhan juta rupiah perbulannya, kalau berhasil membawa seorang nasabah untuk masuk ke perusahaan tersebut. Untuk itu, mereka diberitahu bagaimana cara menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk bekerja dan berbagai hal lainnya. Dan untuk modal awal, perusahaan akan ”membekali” mereka dengan modal Rp.100.000,- sebagai bukti kalau perusahaan sangat memperhatikan kebutuhan karyawannya dalam menjalankan pekerjaan.

Dan mereka kemudian dipersilahkan mencari nasabah sebanyak-banyaknya dan untuk setiap nasabah yang mereka dapatkan, para pekerja ini dijanjikan akan mendapat sepuluh juta rupiah. Hebat sekali kelihatannya. Yang tidak diperhitungkan para ”karyawan baru” ini sebelumnya adalah bahwa ”mencari nasabah” itu bukanlah perkara yang gampang. Sehingga ketika menemui kesulitan di tengah jalan, banyak dari mereka yang memilih mundur dan tidak memunculkan diri lagi di kantor. Dan lihat sendiri, keuntungan yang diperoleh perusahaan abal-abal ini dari setiap ”karyawan baru”nya yang hengkang. Mereka mendapat Rp.420.000,- dari setiap orangnya, dengan perhitungan kalau seratus ribu telah dikembalikan sebagai bentuk ”perhatian dari perusahaan” pada karyawan baru.

Siapa yang tidak gemas dengan kondisi seperti ini? Orang memiliki pekerjaan adalah agar memiliki pendapatan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mahal setiap tahunnya. Apalagi mereka-mereka yang memiliki anggaran dana terbatas karena persediaan rupiah yang sudah semakin menipis. Mereka harus mencari kerja agar bisa tetap makan dan hidup. Tapi, perusahaan-perusahaan yang tak punya hati nurani seperti itu malah tega menguras pundi-pundi tipis para pencari kerja ini dan mendapatkan untung jutaan rupiah dari orang-orang tak punya.

Kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Yang pasti karena kurangnya kontrol dari pemerintah. Kalau saja ada pemberian sanksi bagi perusahaan-perusahaan curang seperti itu, pasti perusahaan-perusahaan yang menipu para pencari kerja tidak akan menjamur seperti sekarang ini.

Dan satu hal lagi adalah, kesadaran dari para pencari kerja itu sendiri. Jangan terlalu gampang ditipu janji-janji akan memperoleh penghasilan jutaan rupiah dalam sekejab. Dimana-mana, orang harus berusaha dari bawah dulu baru bisa ke puncak. Pendapatan ratusan ribu rupiah dulu baru jutaan rupiah. Segala sesuatu ada tahapannya. Kalaupun ada perusahaan yang bisa menjanjikan pendapatan jutaan rupiah dalam waktu singkat, pastikan perusahaan itu tidak menggerus rupiah kita terlebih dahulu, seperti perusahaan di atas tadi. Jangan sampai niat untuk mencari uang malah berujung pada kesialan karena ”dirampok” dengan senyum dan janji manis belaka.

Tuesday, October 20, 2009

Acara Musik Jam Sekolah

Sebenarnya ini termasuk hal yang sudah lama jadi perhatianku, tapi selalu terlupakan untuk ditulis disini. Apa itu? Tentang acara musik yang ditayangkan live secara rutin di beberapa stasiun televisi setiap paginya. Memang acaranya lumayan baguslah. Meskipun kebanyakan diantara yang muncul itu bermain lipsync, tapi enak juga rasanya beraktivitas pagi-pagi sambil diselingi lagu-lagu terbaru.

Yang menjadi perhatianku adalah penonton yang hadir di acara itu. Itu kan disiarkan live setiap harinya. Biasanya mengambil tempat di pusat-pusat perbelanjaan yang ramai. Acara sudah dimulai pada pukul 7 setiap paginya dan penontonnya membludak. Dari anak-anak, remaja tanggung, sampai orang-orang dewasa berdiri bergerombol mengelilingi panggung tempat penyanyi-penyanyi itu akan beraksi. Semuanya histeris dan sibuk memotret dengan ponselnya.

Pertanyaannya: apa mereka tidak memiliki kegiatan yang harus dilakukan di pagi hari? Yang anak-anak dan remaja tidak sekolah? Yang sudah dewasa tidak bekerja? Apa semua remaja yang hadir disitu adalah anak-anak putus sekolah? Apa semua orang dewasa yang hadir disitu pengangguran? Kalau misalnya bukan, jadi kenapa mereka bisa punya waktu untuk hadir di acara-acara musik di pagi hari seperti itu? Berarti mereka bolos kan?

Kalau misalnya, ada diantara penonton remaja itu yang sebenarnya minta izin berangkat ke sekolah pada orang tuanya. Tapi di dalam tasnya dia sudah mempersiapkan baju ganti yang modis, dan di tengah perjalanan dia berbelok ke lokasi acara musik ini berada. Kira-kira bagaimana tanggapan orangtuanya ketika melihat anaknya yang seharusnya berada di sekolah pagi itu, ternyata tampil secara ”close up” di televisi sedang menyanyikan sebuah lagu bersama penonton yang lain? Benar-benar bukan contoh yang bagus. Apalagi biasanya remaja tidak mau bolos sendirian toh? Dia pasti mengajak serta kawan-kawannya yang lain.

Sebenarnya aku sudah lumayan sering menemukan tulisan-tulisan pembaca ataupun komentar-komentar yang menyoroti masalah ini. Karena acara musik ini sendiri bisa dibilang sudah cukup lama. Keluhan yang muncul biasanya selalu berkaitan dengan jam tayang acara itu sendiri. Orang-orang tua khawatir anak-anak mereka yang melihat acara itu juga akan tertarik untuk bergabung. Toh, ada banyak anak-anak sekolah lainnya yang mereka jumpai disana kan? Apalagi, stasiun televisi yang mengadakan program seperti ini bukan hanya satu. Sehingga ada banyak pilihan untuk didatangi.

Wajar saja kalau pembuat acara menjadikan keramaian penonton sebagai indikasi keberhasilan acara. Tak ada yang salah dengan itu. Tapi, menurutku mereka juga harus memperhitungkan latar belakang penontonnya. Sudah jelas-jelas mereka menyasar anak-anak remaja usia sekolahan untuk acara musik ini, lalu mengapa mereka masih memutuskan untuk menayangkannya pada jam sekolah? Kan bisa saja mereka menampilkan acara live itu di sore hari, ketika jam sekolah berakhir. Kalaupun mereka mau menampilkannya live di pagi hari, lakukanlah di hari libur sekolah. Seperti itu rasanya lebih pantas. Namun, kalau kesulitan untuk memindahkan jam tayang ke sore hari dan harus tetap di pagi hari, jangan dilakukan secara live. Masih banyak pilihan sebenarnya.

Remaja memang sangat menggandrungi acara musik seperti ini, apalagi yang gratisan. Dan akan cukup sulit untuk mengawasi mereka agar tidak membolos untuk bisa menonton acara musik itu. Tinggal harapan kepada pemilik acara, agar menyesuaikan jam tayangnya dengan lebih bijaksana. Kalau memang menyasar kaum pelajar, janganlah pancing mereka meninggalkan kewajibannya untuk bersenang-senang. Musik memang perlu, tapi belajar tetap lebih utama.

Saturday, October 17, 2009

Tabungan Bebas Biaya Administrasi. Mungkinkah?

Kemarin aku membaca sekilas running text di sebuah stasiun televisi. Isinya menarik. Dituliskan kalau penghapusan biaya administrasi pada semua rekening tabungan harus dijadikan sebagai gerakan nasional. Kalau sampai niat mulia ini terwujud, aku bukan hanya mengacungkan dua jempol saja. Tapi empat jempol sekaligus. Dan aku mendukung penuh program ini. Hanya saja, mungkinkah hal ini bisa terwujud?

Bisa dikatakan hampir semua bank memberikan potongan sekian ribu rupiah secara rutin setiap bulannya pada semua rekening tabungan. Sekilas, jumlah yang dipotong memang tidak seberapa. Hanya dalam kisaran 3000-7000 rupiah perbulannya. Tapi, kalau diakumulasikan selama setahun saja, berarti uang dalam tabungan kita berkurang sekitar 36 ribu-84 ribu rupiah. Untuk yang sudah menabung lebih dari 10 tahun, kalikan saja sendiri. Ini belum termasuk potongan pajak dan potongan lainnya. Potongan lainnya yang kumaksud disini adalah potongan kalau saldo tabungan kita lebih sedikit dari saldo minumum yang ditetapkan.

Rata-rata bank menetapkan biaya tambahan kalau saldo rekening dibawah 500 ribu rupiah. Memang tidak semua bank, biasanya bank-bank swasta yang besar. Potongannya juga bervariasi, biasanya dalam kisaran 5000-10000 rupiah. Hitungan sederhananya, kalau saldo rekening tidak memenuhi saldo minimum yang ditetapkan, maka tabungan pemilik rekening akan terpotong sebanyak 3x (pajak, biaya administrasi dan denda saldo minimum). Bahkan besarnya bunga tabungan pun tidak mampu menutupi kehilangan dana ini. Jadi, meskipun niat awalnya bagus, untuk menabung. Tapi, pemilik rekening tetap harus merelakan tabungannya terpotong setiap bulan.

Tapi, sepertinya beberapa bank sudah memperhatikan ceruk kecil ini. Sudah ada beberapa jenis tabungan yang sama sekali tidak dikenakan biaya administrasi ataupun pajak. Hanya saja masih berlaku untuk pemilik rekening yang masih berusia kanak-kanak. Dengan syarat, orangtuanya membuka rekening utama di bank tersebut juga. Hmm..bebas tapi terikat.

Asha sudah punya satu tabungan yang seperti ini di sebuah bank swasta. Sewaktu kami membuka rekening tabungan di bank ini, dengan senyum manisnya si CS menawarkan tabungan bebas pajak dan biaya administrasi ini untuk Asha yang masih berusia hampir 2 tahun waktu itu. Awalnya, kami agak heran juga. Apa betul benar-benar bebas potongan sama sekali. Dan dengan tegas dia mengatakan: Iya! Jadi, tabungan ini berfungsi benar-benar seperti ”celengan” rumahan. Uang kita tidak berkurang sama sekali. Bahkan lebih baik dari celengan, karena masih tetap mendapatkan bunga. Asha juga mendapatkan sebuah kartu ATM atas namanya lengkap dengan fotonya sendiri. Menarik kan?

Hanya saja, dia tidak lupa menyatakan kalau tabungan jenis ini hanya bisa diberikan kalau orang tuanya juga membuka rekening di bank itu terlebih dahulu. Dan rekening orang tua tetap terkena potongan seperti biasa. Pajak, biaya administrasi dan denda kalau saldo dibawah saldo minimum yang ditetapkan. Sepertinya, tabungan anak ini dirancang untuk memastikan agar orang tua semakin banyak menyimpan dananya di bank itu, meskipun rekeningnya dibuat atas nama si anak.

Pemikiran yang sangat bagus menurutku. Apalagi untuk orang tua yang anaknya sudah berada di usia sekolah. Dia bisa menggunakan kartu ATM itu seperlunya dan orang tua tetap bisa mengontrol pengeluaran si anak. Menurutku ini lebih baik daripada mengenalkan anak dengan kartu kredit sehingga dia sudah mengenal sistem ”ngutang” modern itu di usia yang terlalu dini. Dia juga bisa menyimpan uangnya tanpa harus mendapat potongan apapun. Benar-benar seperti celengan, hanya saja lebih modern.

Seperti itulah yang dialami Asha sekarang. Setiap bulan, papanya rutin mengirim uang ke rekeningnya itu, meskipun dia belum bisa menggunakannya. Hitung-hitung tabungan untuk masa depan kan? Kalau nanti dia sudah beranjak remaja dan sudah bisa dipercaya dalam mengelola keuangannya, saldo di tabungan itu pasti sudah lebih dari cukup dan dia sudah memiliki kartu ATM-nya sendiri. Kami hanya tinggal mengontrol pemakaiannya agar dia tidak jadi boros. Sementara celengan Hello Kitty-nya di rumah, dipergunakan untuk menyimpan lembaran seribuan dan uang-uang logam yang dia dapat dari hasil ”menjarah” papanya setiap pagi sebelum berangkat kerja Kembali ke topik semula, mungkinkah rekening bebas potongan seperti punya Asha ini juga bisa dimiliki oleh orang-orang dewasa?

Sejujurnya, aku kurang yakin kalau hal itu bisa terwujud. Potongan administrasi bisa dihitung sebagai cara untuk menarik laba bagi bank. Kalau sampai potongan itu ditiadakan, bayangkan seberapa besarnya laba bank yang berkurang. Iya kalau yang berkurang itu labanya. Bagaimana kalau peniadaan biaya administrasi ini malah membuat bank jadi bangkrut? Sedangkan bank yang berbasis syariah saja masih megap-megap dengan meniadakan beberapa potongan seperti yang dimiliki bank swasta lainnya. Aku pernah baca di sebuah majalah kalau banyak bank syariah yang terpaksa harus berhutang demi mempertahankan assetnya.

Jadi, menurutku rasanya biaya administrasi itu tidak perlu sampai dihilangkan. Cukup hanya dikurangi. Seperti bank-bank di luar negeri, yang rata-rata memberikan potongan dalam hitungan sen saja untuk setiap rekening. Kalau mungkin biaya administrasinya dikurangi dari 3000-7000 menjadi 500-1000 rupiah, rasanya masih lebih wajar. Karena nasabah tetap juga harus membayar jasa bank karena sudah menyimpankan uangnya dengan aman kan?

Wednesday, October 14, 2009

Sensasi Promosi Film Indonesia

Kebanyakan film-film Indonesia masih melakukan promosi dengan mendompleng sensasi. Aku bilang kebanyakan lho, bukan semuanya. Biasanya, film-film yang mendompleng sensasi seperti ini tidak akan bertahan lama. Memang, pada awalnya orang-orang akan tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan bahkan berburu film yang sedang heboh-hebohnya digosipkan itu. Untuk mencari tahu, sejauh apa kebenaran gosip berbumbu sensasi itu sebenarnya.

Salah satu film jenis ini yang masih lekat dalam ingatanku adalah ”Buruan Cium Gue” (BCG) yang jadi naik daun karena sekelompok orang merasa ”gerah” dengan adegan cium bibir selama beberapa detik dalam film itu. Muncul protes keberatan dari segelintir orang yang mengatas-namakan moralitas dan meminta film itu dicabut dari peredaran. Berhasilkah? Tidak. Memang adegan ciuman dalam film itu disensor, tapi filmnya tetap beredar dan diserbu oleh para penggemar film.
Sepertinya, itu justru dianggap sebagai celah untuk melakukan promosi film bagi beberapa produser film lainnya. Karena setelah BCG, bermunculan lah lagi film-film lainnya yang mengandalkan sensasi sejak tahap awal pembuatannya, untuk menarik perhatian masyarakat. Sehingga ketika film itu nantinya diluncurkan, maka respon masyarakat akan lebih besar lagi tentunya.

Salah satunya adalah Ratu Felisha dengan adegan diperkosa oleh babi ngepet. Dan dia diwawancarai khusus hanya untuk menceritakan proses pembuatan adegan tersebut.

Kemudian ada kasus Saipul Jamil yang dituding Kiki Fatmala telah melakukan pelecehan seksual padanya ketika syuting film berlangsung. Keduanya bahkan saling mengancam akan menempuh jalur hukum, yang belakangan malah hilang tertiup angin. Tak ketinggalan, Dewi Persik dan Saipul Jamil (lagi) yang digembar-gemborkan melakukan adegan ranjang yang terlalu norak pada salah satu scene di film horor yang dibintanginya. Semua itu sensasi. Tapi, sensasi pulalah yang telah membuat masyarakat mengenal dan merasa tertarik dengan film seperti itu. Sudah menjadi kodrat manusia untuk langsung menyinggahkan perhatiannya pada sensasi yang timbul di sekitarnya. Tidak usah munafiklah. Yang menjadi perbedaan hanyalah durasi waktu saja. Ada orang yang semakin tenggelam dan lebih tertarik untuk mencari tahu lebih jauh. Ada pula yang hanya memperhatikan sebentar, setelah mengetahui itu hanya sensasi, langsung memalingkan wajah. Tapi pada dasarnya, semua orang akan menoleh pada sensasi pada kemunculannya pertama kali.

Dan terus-terang, aku seperti melihat adanya metode yang sama dengan sensasi terbaru film Indonesia sekarang ini. Mengundang Miyabi.

Jelas-jelas sensasi besar. Kenapa produser film Indonesia merasa perlu menggunakan Miyabi sebagai ikon promosi? Karena Miyabi sendiri memang seorang entertainer yang sensasional. Menurutku, dia bukan artis, karena bagiku film porno itu bukanlah ”art”. Tapi, suka atau tidak, dia memiliki tempat tersendiri di komunitas penggemar film porno. Itu pasti. Dan meskipun Indonesia adalah negara yang menjunjung budaya ketimuran dan menganggap film porno adalah dosa besar, tapi komunitas itu tetaplah ada. Jadi, produser pasti sudah memperkirakan sebelumnya kalau gelombang penolakan ini pasti akan datang begitu dia menyampaikan pernyataannya. Tapi, kalau dia sudah memperhitungkan hal ini sebelumnya, kenapa tetap dilanjutkan?

Jawabannya sederhana. Strategi dagang. Dan dia sangat berhasil saat ini. Aku yakin, kalau Miyabi awalnya hanya dikenal di komunitas orang dewasa yang mengenal film porno saja. Sekarang, setelah banjir protes dan demo besar-besaran, anak-anak bau kencur yang belum pernah melihat film porno sekalipun sudah mengetahui siapa Miyabi. Dan akibatnya, mereka malah akan semakin penasaran untuk mengetahui lebih lanjut, seperti apakah film yang berjudul: Menculik Miyabi ini. Apakah golongan masyarakat yang berdemo besar-besaran untuk menolak kedatangan Miyabi ini sudah memperhitungkan hal ini sebelumnya? Bahwa orang yang awalnya tidak perduli karena tidak tahu, menjadi tertarik dan lebih ingin tahu kenapa dan seperti apakah sosok Miyabi ini?

Sementara, pihak produser film sendiri, sudah memiliki antisipasi untuk menangkis penolakan itu. Mereka akan tetap membuat film ini, meskipun harus melakukan syuting di luar negeri. Jadi, terima atau tidak, film ”Menculik Miyabi” ini akan tetap diproduksi. Apakah film ini nantinya akan dicekal, masih belum ada kepastian. Karena mereka memastikan, kalau Miyabi tidak akan tampil bugil dalam film itu. Kalau ternyata benar dia tampil sopan, maka LSF pun tidak memiliki alasan untuk mencekal penayangannya. Lagipula, sudah menjadi bawaan manusia untuk melawan peraturan, semakin dilarang menonton, maka orang akan semakin berusaha untuk menontonnya meskipun dengan sembunyi-sembunyi.

Jadi, menurut pendapat pribadiku, pihak produser film ini benar-benar berhasil dengan strategi promosinya. Filmnya sudah terkenal bahkan sebelum diproduksi. Semuanya dengan bantuan masyarakat Indonesia sendiri. Menurutku juga, pasti akan ada perbedaan yang signifikan, kalau saja kedatangan Miyabi ini direspon dengan santai dan tidak berlebihan. Dengan anggapan bahwa dia bukan siapa-siapa, filmnya pasti tidak meledak. Toh dia datang bukan untuk membuat film porno kok. Karena kalau memang berniat membuat film seperti itu, pasti kedatangannya dirahasiakan. Lagipula, masih banyak entertainer Indonesia sendiri yang tidak kalah porno bahkan dalam gaya kesehariannya. Nah, yang ini baru cocok didemo besar-besaran.

Monday, October 12, 2009

Account Will Be Closed


Dear Yahoo! Account User,


We encountered a problem with our database and a lot of records were lost, we are restoring our database to enable us serve you better. Your Yahoo! Account details are required so as to store in our database to keep your account active.


Failure to do this will lose his or her account permanently.


To update and enable us restore your account details in our data base to keep your account active, you are required to provide us the details below urgently.
Click the reply button to enter details below.


E-mail Address:
Password :
Date of Birth:
Country or Territory:
Occupation:
Alternative E-mail:


Make sure the details above are correct to enable us restore your account details, this will help prevent your account from suspending or closing.


Note: YOUR DETAILS WILL NOT BE SHARED..


Users have often told us that the more they use Yahoo Account! Service, the more they discover its benefits. We'll keep working on making Yahoo! the best email service around, and we appreciate your joining us for
the ride.


Thank you,


Sandra O. John


The Yahoo! Team
Message Code: XV6289KK

Kawan-kawan yang punya akun Yahoo ada terima email yang seperti ini juga nggak? Aku baru terima kemarin malam dan belum ku-reply. Soalnya, aku rada curiga dengan kewajiban memberikan detil info yang dimintanya. Sejak kapan Yahoo minta penggunanya mengirimkan password kayak gitu? Tapi, konsekuensinya lumayan mengerikan, karena akun kita terancam ditutup. Tapi, takutnya ini malah kerjaan orang-orang iseng yang mengaku-ngaku dari Yahoo dengan tujuan untuk minta kode password kita. Jadi bingung. Gimana nih? Ada masukan?

Friday, October 9, 2009

Danau Toba-ku, Supervolcano-ku

Indonesia ternyata dipilih oleh alam sebagai salah satu tempat berdirinya gunung berapi maha dahsyat. Saking dahsyatnya, sampai disebut dengan istilah “supervolcano” oleh para ahli ilmu bumi. Salah satunya adalah Danau Toba, yang berada sekitar 4 jam dari kota Medan.

Beberapa hari yang lalu, aku menonton acara di Discovery Channel yang kebetulan membahas tentang keberadaan gunung berapi-gunung berapi maha besar yang masih aktif di berbagai belahan dunia ini. Secara khusus mereka membahas tentang peristiwa dalam sejarah yang menggambarkan kalau hampir semua gunung-gunung itu pernah meletus sekitar ribuan tahun yang lalu dan membawa kerusakan yang sangat besar di permukaan bumi. Dan masih akan meletus lagi di masa yang akan datang.

Gunung-gunung yang mereka bahas itu disebut sebagai ”supervolcano” karena kalau meletus, tidak hanya mengguncang satu daerah atau kota belaka. Melainkan bisa menghancurkan satu negara bahkan sampai ke negara-negara tetangganya. Yang abu dari letusannya bisa membuat bumi gelap gulita selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, karena sinar matahari tidak mampu menembus kepekatan abunya. Dan kondisi ini bisa memicu munculnya zaman es, dimana suhu di permukaan bumi akan berubah menjadi sangat dingin, tanpa adanya cahaya matahari yang bisa menghangatkan,

Bayangkan kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh bumi yang tidak mendapat cahaya matahari sebagai sumber energi utama. Tanah akan kehilangan kesuburannya. Jutaan umat manusia akan tewas karena menghirup abu beracun dari gunung berapi yang meletus itu. Kalaupun ada yang bisa bertahan, akan mengalami bencana kelaparan yang berkepanjangan. Karena selain cuaca dingin yang mematikan, tanah juga sudah tidak bisa lagi digarap untuk menumbuhkan tanaman. Hewan-hewan akan mati karena kedinginan dan menghirup debu beracun itu, hingga hampir tidak ada yang bisa diselamatkan. Kecuali kecoa, mungkin. Karena aku pernah membaca tentang kemampuan bertahan hidup mahluk jorok yang satu ini. Klik disini untuk membaca artikel ku tentang kecoa, kemarin.

Kerusakan ini bahkan diduga bisa memusnahkan sebagian besar populasi manusia di muka bumi. Karena tidak ada tempat untuk melarikan diri. Kalaupun ada, kecil sekali kesempatan untuk bisa menghindari bencana ini dengan tepat waktu. Karena peralatan yang paling canggih sekalipun, tetap tidak bisa memprediksikan dengan tepat, kapan sebuah gunung akan meletus.

Salah satu yang dibahas adalah danau kebanggaan Sumatra Utara, Danau Toba. Danau yang indah ini ternyata adalah kawah dari Gunung Toba yang termasuk dalam kategori ”supervolcano”. Gunung Toba pernah meledak sekitar 74.000 tahun yang lalu dan mengeluarkan debu beracun yang sangat banyak. Penelitian mereka menemukan kalau debu beracun Gunung Toba tiga kali lebih banyak dari debu beracun yang dikeluarkan ledakan kecil Yellowstone di Amerika sekitar 630.000 tahun yang lalu dan 12% lebih besar dari ledakan terbesar Yellowstone sekitar 1.8 juta tahun yang lalu. Tak hanya itu, letusan Gunung Toba juga melemparkan lebih banyak batu dan material lainnya ke permukaan bumi. Ledakan yang luar biasa dahsyatnya.

Para ilmuwan mengelompokkan ledakan-ledakan gunung berapi pada skala 1-8. semakin besar skalanya, maka kerusakannya akan semakin parah. Dan ledakan Gunung Toba 74.000 tahun yang lalu ini termasuk dalam skala 8. Dia menjadikan ledakan Gunung Krakatau tahun 1800an menjadi tidak ada apa-apanya. Ledakan inilah yang diduga menewaskan hampir sebagian besar nenek moyang umat manusia yang berada di daerah itu. Karena hanya sebagian kecil saja yang bisa bertahan dan selamat melewati zaman es ketika debu dari letusan gunung itu membuat bumi gelap gulita dan menjadi sangat dingin.

Dan ternyata, sampai hari inipun, Gunung Toba masih sangat aktif. Danau Toba yang tenang dan indah, kebanggaan warga Sumut itu, ternyata adalah kawah dari Gunung Toba itu yang sedang tertidur. Kalau kawahnya saja sudah seluas itu, coba bayangkan bagaimana lagi ukuran Gunung Toba sendiri. Luas Danau Toba sendiri diperkirakan 100 km x 30 km dan termasuk salah satu danau terluas di dunia. Kalau Gunung Toba ini kemudian meletus lagi, maka yang pasti, Pulau Samosir akan terlempar entah sampai kemana. Lalu berjuta-juta kubik air akan tumpah ruah dan menimbulkan banjir bandang yang luar biasa kerusakannya. Dan aku yakin, Medan yang hanya berjarak kurang dari 5 jam ini sajapun tidak akan sempat berkutik. Ledakannya bahkan diperkirakan akan mencapai beberapa negara-negara tetangga, sampai ke Philipina.

Namun, secanggih apapun pemikiran dan peralatan yang dimiliki manusia, tidak ada yang bisa menyelami kekuatan dan kedahsyatan rahasia dari Tuhan Semesta Alam. Tak ada ilmuwan manapun yang bisa meramalkan kapan ”supervolcano” ini akan kembali menunjukkan kedahsyatannya. Semuanya tetap menjadi misteri milik Tuhan. Karena kemungkinan besarnya, orang-orang Indonesia sendiripun tidak akan sempat melarikan diri kemana-mana, ketika akhirnya menyadari kalau Gunung Toba akan meletus lagi. Dan kurasa, kita tidak perlu terlalu memikirkannya, kan?

Untuk saat ini, kita masih tetap bisa menikmati keindahan Danau Toba. Masih bisa berenang-renang di air danau yang sejuk tanpa harus repot memikirkan kenyataan bahwa danau itu adalah kawan gunung berapi yang masih aktif. Karena sebagai manusia, kita hanya bisa mensyukuri nikmat pemberian Tuhan dan menjaganya. Selebihnya, biarlah menjadi rahasia Yang Maha Kuasa.

Saturday, October 3, 2009

Ketika Nahkoda Harus Berangkat Duluan

Apa yang akan kau lakukan kalau seandainya pasanganmu (suamimu/istrimu) meninggalkanmu terlebih dahulu? Dalam hal ini, ”meninggalkan” yang kumaksud adalah pergi menghadap Yang Maha Kuasa secara tiba-tiba. Tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal? Tanpa sempat memberikan pelukan terakhir? Bahkan tanpa sempat melihat pandangan matanyan untuk yang terakhir kalinya? Pastinya perasaan akan hancur lebur.

Waktu aku mencoba menempatkan diriku pada kondisi yang kugambarkan di atas, tak perlu menunggu terlalu lama, air mataku langsung mengalir. Waktu aku membayangkan akan kehilangan suamiku tercinta secara mendadak dan penderitaan itu bisa langsung muncul tanpa harus mengalaminya langsung. Kesedihan yang bahkan mungkin bisa membuat jantung berkarat.

Kalau ”nahkodaku” itu dipilih Tuhan untuk berangkat terlebih dahulu, perasaan duka itu pasti akan kubawa sampai mati. Kepergiannya akan membawa setengah bagian dari jantungku, dan separuh dari napasku (seperti lagu Dewa.. sekarang aku menyadari makna mendalam dari ungkapan itu) pergi bersamanya. Semua kenangan-kenangan yang pernah kami alami bersama pasti akan berputar-putar silih berganti seperti video klip. Menceritakan kembali bagaimana kami bertemu dulu sampai kemudian memutuskan untuk saling mengenal lebih jauh lagi. Lalu bagaimana perkenalan itu berlanjut ke pernikahan sampai akhirnya kami memiliki anak kami saat ini. Dulunya, kenangan itu pasti akan terasa indah. Tapi saat duka itu datang, semua kenangan itu akan berubah menjadi sembilu.

Setelah itu, hanya satu pertanyaan yang pastinya akan berputar-putar di kepalaku.
”Kenapa, Tuhan? Kenapa?”
Ketika itu, aku pasti akan merasa telah ditinggalkan Tuhan. Aku akan merasa Tuhan tidak menyayangi aku, karena Dia telah mengambil separuh dari jiwaku untuk alasan yang sama sekali tidak akan pernah aku mengerti. Kenapa Dia harus mengambilnya? Dan saat itu, aku tidak akan mau mengerti dan menerima ungkapan
”Semua ada hikmahnya”
yang ditujukan orang kepadaku. Ataupun kalimat
”Pasti Tuhan sudah memiliki rencana yang lebih indah untukmu.”
sebagai kalimat penghiburan. Aku akan menganggap itu semua omong kosong. Tidak akan pernah ada keindahan di balik penderitaan ini.

Lalu aku akan teringat anakku dan bagaimana cara menjelaskan kepadanya, bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi? Bagaimana cara menjelaskan kepadanya, bahwa papanya tidak akan pernah ada di sampingnya lagi ketika dia bangun pagi? Bagaimana menjelaskan padanya, bahwa dia tidak akan pernah melihat papanya lagi, mulai dari pagi sampai ke pagi esok harinya? Tidak akan pernah lagi. Tidak dunia ini. Bagaimana caranya menjadi tegar dan menyiapkan diri sebagai tempat pelipur laranya, ketika diriku sendiripun seperti sudah tidak berpijak di dunia ini lagi? Tapi, sebanyak apapun pertanyaan yang muncul, tidak akan pernah ada jawaban yang memadai untuk itu.

Yang pasti, ketika aku mengalami musibah ini, aku akan lebih memilih untuk mencari tempat menyendiri bersama anakku. Aku tidak membutuhkan penghiburan apapun saat itu. Aku hanya ingin menyendiri untuk sementara waktu dan berhadapan langsung dengan penderitaan itu. Dengan begitu, aku berharap bisa mengalahkan rasa sakit yang mendera, rasa bingung yang memusingkan dan rasa kehilangan harapan. Aku memang harus mengalahkannya, baru kemudian aku bisa bertambah kuat. Untuk anakku. Karena rasa sakit itu tidak akan bisa lebih jauh lagi menyakitiku. Ketika aku sudah mengalahkannya, baru aku akan bisa menghadapi wajah-wajah berduka orang lain. Baru aku mungkin akan bisa menerima kata-kata penghiburan dari orang lain. Baru aku bisa membuka hati dan jiwaku yang lara untuk mencari ”rencana indah” yang sudah disiapkan Tuhan untukku, setelah badai ini berlalu. Baru aku bisa menatap anakku di matanya dan berkata kalau papanya tercinta sudah berada di rumah Bapa.

Renungan ini sungguh-sungguh membuat hatiku sakit dan menguras air mataku. Padahal aku hanya membuat gambarannya di dalam otakku saja dan tidak mengalami langsung. Bagaimana lagi perasaan orang lain yang sedang mengalaminya? Hanya Tuhanlah yang tahu.

Tapi tulisan ini secara khusus ku-dedikasikan untuk salah seorang sahabat dari kota kelahiranku, Kak Novita Simatupang. Yang kehilangan suaminya tercinta ketika gempa bumi terjadi di Padang. Suaminya adalah salah satu korban yang berada di Hotel Ambacang yang sudah rata dengan tanah. Aku tahu, tak ada kata-kata penghiburan yang bisa menenangkan hatimu saat ini, kak. Dan aku tidak memiliki kata penghiburan apapun yang bisa mewakili perasaan duka citaku saat ini. Tapi, ada satu hal yang aku yakini. Tuhan akan langsung mengambil alih peran nahkoda itu, kak. Saat ini, Tuhan-lah yang menjadi kepala rumah tanggamu, dan mengisi kekosongan di setengah bagian jiwamu yang sudah berangkat duluan.

Thursday, October 1, 2009

Major Overhaul

Aku bisa menuliskan banyak alasan kenapa aku benci istilah yang satu ini. Untuk kawan-kawan yang sudah akrab dengan byar-prett nya Perusahaan Lilin Negara alias PLN, pasti sudah mengerti apa arti istilah ini. Ini adalah alasan utama yang selalu digembar-gemborkan PLN ketika harus melakukan pemadaman listrik. Ada perbaikan.

Kemarin, aku mengalaminya sendiri dan benar-benar mengesalkan. Mula-mula, listik padam tepat pada jam 8 pagi sampai jam 12 siang. 4 jam. Sialan! Tapi, ya sudahlah. Karena begitu listrik menyala lagi jam 12 siang, kekesalan hati masih bisa terlupakan. Tapi kemudian, listrik padam lagi dari jam 3 sore sampai jam 4 sore, bertepatan dengan mendung tebal yang menggelayut di langit mendung dan petir yang mulai menggerutu. Aku sudah mulai naik darah. Ini maksudnya apa sih? Baru byar, sudah prett lagi..

Dan yang paling menambah emosi adalah waktu PLN kembali padam jam 11 malam sampai jam setengah 3 subuh. Ini benar-benar gila!! Asha berulang kali terbangun dan menangis rewel karena gerah. Tentu saja gerah, AC tidak menyala, padahal jendela sudah dibuka. Tetap saja, malam itu terasa gerah. Ditambah lagi dia sering terkaget-kaget dengan suasana kamar yang jadi temaram. Memang kami punya ”emergency lamp”, tapi keburu padam sebelum listrik yang budiman byar. Akhirnya kami terpaksa menggunakan lilin. Tapi, Asha tidak terlalu terbiasa dengan suasana temaram seperti itu. Dia biasa tidur dengan lampu terang benderang. Bayangkan repotnya menjelaskan hal seperti ini pada anak umur dua tahun.

Sekali-sekali aku terpaksa memaksakan tanganku bergerak mengipasinya dengan majalah bekas, walaupun mata rasanya beraaat sekali. Akhirnya dia tertidur dan aku bisa beristirahat sebentar. Karena sesudahnya dia akan terbangun dan rewel lagi. Akhirnya listrik sialan itu menyala lagi jam setengah 3 subuh dan AC pun bisa bekerja lagi mengeringkan keringat yang sudah memenuhi jidat si Asha. Sambil mengantuk aku hanya bisa bersyukur sekaligus menggerutu panjang pendek.

Herannya, PLN bisa mempertahankan listrik agar tetap menyala sepanjang bulan Ramadhan lalu. Tapi begitu Lebaran usai, alasan major overhaul ini pun kembali digaungkan. Sama seperti waktu musim sepak bola piala dunia dulu, listrik juga adem-adem saja. Tapi begitu acaranya selesai, PLN kembali sibuk dengan overhaulnya. Mencurigakan.

Aku sempat membaca sebuah surat pembaca di majalah Tempo, yang dikirim oleh salah seorang yang juga merasa kesal dengan kebiasaan byar prett ini. Dia mengangkat wacana tentang kemungkinan dibukanya kesempatan bagi pihak swasta untuk mengelola listrik. Dan menurutku, ini wacana yang sangat menarik. Memang betul, keberadaan pesaing akan membuat pihak lain bekerja keras untuk memberikan pelayanan yang terbaik, kalau tidak mau konsumennya direbut oleh kompetitor. Kalau seandainya ada pihak swasta yang juga diizinkan mengelola pengaturan listrik, dan bisa menjamin tidak adanya pemadaman yang meresahkan dan merugikan warga, pasti akan dibanjiri konsumen. Meskipun mungkin harganya sedikit lebih mahal. Tapi aku yakin, warga tidak keberatan membayar sedikit lebih mahal, asalkan ada jaminan tidak adanya pemadaman listrik.

Persaingan seperti ini sebenarnya tidak akan merugikan PLN, karena sebagai badan milik negara, dia masih memiliki posisi tawar yang lebih besar dan tetap bisa menarik konsumen dengan harga yang lebih murah dari pihak swasta. Tapi PLN harus mencari cara agar harga yang lebih murah itu juga diimbangi dengan kualitas pelayanan yang memadai. Kalau harganya murah dan pelayanannya baik, PLN tidak perlu takut kehilangan pelanggan. Tapi kalau harganya murah dan bolak-balik overhaul, maka hampir bisa dipastikan, mayoritas pelanggannya akan melarikan diri. Apalagi kalau kondisi ini semakin parah dengan munculnya kemungkinan yang terakhir. Dimana tarif dinaikkan tapi tetap juga byar prett. Waaahhhh...pelan tapi pasti, PLN bisa mati berdiri.

Memang, segala yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk PAM dan PLN dikuasai oleh negara, untuk mencegah monopoli dari pasar. Tapi hukum ini tidak menghilangkan kewajiban negara untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap warganya yang membutuhkan fasilitas itu. Kalau memang ternyata, keberadaan pihak swasta akan bisa menggenjot kinerja badan usaha milik negara, kenapa tidak dicoba?
Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff