Saved By The Bell adalah istilah yang cukup sering kita dengar. Artinya adalah berhasil keluar dari masalah pada saat-saat terakhir. Tapi, tahu nggak apa sebenarnya yang melatar-belakangi munculnya istilah ini? Apa hubungan antara lonceng dengan menyelamatkan orang lain? Kenapa lonceng bisa menyelamatkan orang lain?
Ternyata, istilah ini muncul dengan latar belakang yang cukup masuk akal. Di masa lalu, ketika ilmu medis masih belum secanggih saat ini, ada banyak kesalahan dan kekeliruan yang dibuat oleh petugas medis ketika menyatakan seseorang sudah meninggal. Ini ada kaitannya dengan banyaknya bermunculan jenis-jenis penyakit baru, yang pada masa itu belum bisa diketahui penyebabnya, apalagi obatnya. Hal inilah membuat para medis di masa lalu tidak bisa yakin seratus persen dengan diagnosanya.
Ternyata, istilah ini muncul dengan latar belakang yang cukup masuk akal. Di masa lalu, ketika ilmu medis masih belum secanggih saat ini, ada banyak kesalahan dan kekeliruan yang dibuat oleh petugas medis ketika menyatakan seseorang sudah meninggal. Ini ada kaitannya dengan banyaknya bermunculan jenis-jenis penyakit baru, yang pada masa itu belum bisa diketahui penyebabnya, apalagi obatnya. Hal inilah membuat para medis di masa lalu tidak bisa yakin seratus persen dengan diagnosanya.
Karena ternyata, tak jarang pasien yang sudah dinyatakan meninggal oleh dokter, ternyata ’hidup kembali’ bahkan sehat seperti sedia kala. Dan karena ilmu medis pada saat itu masih belum mampu mengungkapnya, maka peristiwa seperti itu biasanya selalu dikaitkan dengan tahayul tanpa ada penjelasan yang masuk akal.
Tapi kemudian ada penemuan baru yang mengejutkan. Ketika ada beberapa kuburan yang digali kembali untuk kepentingan tertentu, seperti autopsi atau pemindahan makam. Mereka menemukan goresan-goresan kuku pada penutup bagian dalam peti mati. Seolah-olah jenazah yang sudah dikubur itu tiba-tiba hidup kembali dan menggaruk-garuk bagian dalam peti matinya, berusaha untuk keluar. Dan hal yang sama juga mereka temukan pada beberapa peti mati yang lain yang kebetulan juga dibongkar. Hal ini membuat para medis masa itu merasa khawatir, kalau-kalau mereka telah mengubur seseorang yang sebenarnya belum meninggal.
Jadi, untuk mewaspadai kemungkinan itu, mereka merasa perlu melakukan tindakan antisipasi, begitu menyatakan seorang pasien meninggal. Tangan jenazah baru itu akan diikat dengan tali terlebih dahulu, baru dimasukkan ke dalam peti mati untuk dikuburkan. Tali itu dibuat cukup panjang, hingga ujung yang satunya bisa terjulur sampai ke permukaan tanah.
Pada ujung tali yang terjurai di permukaan tanah, digantungkan sebuah lonceng kecil. Baru kemudian ujung tali yang sudah dibanduli lonceng itu diikatkan pada sebuah tonggak kayu. Maka pada malam itu juga, seorang penjaga mayat mendapat tugas untuk menunggui kuburan baru itu. Mengamati kalau-kalau lonceng yang sudah terkait dengan tali yang mengikat tangan si mayat di dalam peti itu berbunyi.
Karena kalau ternyata si jenazah ’hidup kembali’, ia pasti akan meronta-ronta dan menggerak-gerakkan tangannya. Gerakan-gerakan itulah yang akan membuat tali yang mengikat tangannya tertarik sehingga menggoyangkan lonceng kecil yang terikat di ujung tali yang satu lagi di permukaan tanah. Dan ketika penjaga mayat melihat lonceng itu bergoyang-goyang, dia akan buru-buru mencari bantuan untuk menggali kembali kuburan itu dan menyelamatkan si jenazah yang kembali hidup.
Mereka harus bergerak cepat. Karena persediaan oksigen yang terdapat dalam peti mati di bawah tanah itu pasti sudah sangat sedikit. Kalau terlambat sedikit saja, bisa-bisa si jenazah itu akan betul-betul meninggal waktu itu. Dari situlah muncul istilah Saved By The Bell ini. Dimana lonceng yang berbunyi itu telah menyelamatkan nyawa pasien yang sudah sempat dikuburkan. Dan ternyata masih tetap dipergunakan sampai sekarang. Meskipun sudah mengalami pergeseran arti.
Tapi kemudian ada penemuan baru yang mengejutkan. Ketika ada beberapa kuburan yang digali kembali untuk kepentingan tertentu, seperti autopsi atau pemindahan makam. Mereka menemukan goresan-goresan kuku pada penutup bagian dalam peti mati. Seolah-olah jenazah yang sudah dikubur itu tiba-tiba hidup kembali dan menggaruk-garuk bagian dalam peti matinya, berusaha untuk keluar. Dan hal yang sama juga mereka temukan pada beberapa peti mati yang lain yang kebetulan juga dibongkar. Hal ini membuat para medis masa itu merasa khawatir, kalau-kalau mereka telah mengubur seseorang yang sebenarnya belum meninggal.
Jadi, untuk mewaspadai kemungkinan itu, mereka merasa perlu melakukan tindakan antisipasi, begitu menyatakan seorang pasien meninggal. Tangan jenazah baru itu akan diikat dengan tali terlebih dahulu, baru dimasukkan ke dalam peti mati untuk dikuburkan. Tali itu dibuat cukup panjang, hingga ujung yang satunya bisa terjulur sampai ke permukaan tanah.
Pada ujung tali yang terjurai di permukaan tanah, digantungkan sebuah lonceng kecil. Baru kemudian ujung tali yang sudah dibanduli lonceng itu diikatkan pada sebuah tonggak kayu. Maka pada malam itu juga, seorang penjaga mayat mendapat tugas untuk menunggui kuburan baru itu. Mengamati kalau-kalau lonceng yang sudah terkait dengan tali yang mengikat tangan si mayat di dalam peti itu berbunyi.
Karena kalau ternyata si jenazah ’hidup kembali’, ia pasti akan meronta-ronta dan menggerak-gerakkan tangannya. Gerakan-gerakan itulah yang akan membuat tali yang mengikat tangannya tertarik sehingga menggoyangkan lonceng kecil yang terikat di ujung tali yang satu lagi di permukaan tanah. Dan ketika penjaga mayat melihat lonceng itu bergoyang-goyang, dia akan buru-buru mencari bantuan untuk menggali kembali kuburan itu dan menyelamatkan si jenazah yang kembali hidup.
Mereka harus bergerak cepat. Karena persediaan oksigen yang terdapat dalam peti mati di bawah tanah itu pasti sudah sangat sedikit. Kalau terlambat sedikit saja, bisa-bisa si jenazah itu akan betul-betul meninggal waktu itu. Dari situlah muncul istilah Saved By The Bell ini. Dimana lonceng yang berbunyi itu telah menyelamatkan nyawa pasien yang sudah sempat dikuburkan. Dan ternyata masih tetap dipergunakan sampai sekarang. Meskipun sudah mengalami pergeseran arti.