Tuesday, June 23, 2009

Etika di Dunia Maya


Apa yang membuatku betah duduk berlama-lama dengan si laptop kesayanganku ini? Ada dua hal. Pertama, kalau sedang tidak terhubung dengan internet.
Rasanya si keyboard memanggil-manggilku untuk menuliskan apapun yang terlintas dalam pikiranku. Seperti proyek yang saat ini sedang kukerjakan, untuk membuat versi online dari koleksi-koleksi novelku. Baru masuk ke buku kedua memang, tapi aku masih bisa tetap fokus untuk proyek ini.

Kedua, saat sudah terhubung dengan internet.
Aku bisa lupa kalau aku sedang berada di rumah. Di samping anakku yang sedang tidur siang. Rasanya seperti masuk ke dunia lain yang benar-benar tanpa batasan.
Walaupun aku berada di rumah, aku bisa bertemu dengan teman-temanku sewaktu masih bekerja dulu, meskipun hanya lewat Facebook saja. Biarpun Bang Hurek memperingatkan, kalau Facebook bisa membuat orang ketagihan. Tapi menurutku, Facebook adalah salah satu hal positif yang bisa dimiliki perempuan rumahan seperti aku ini. Situs pertemanan itu menjadi jendelaku untuk bertegur sapa dengan teman-temanku, yang tak bisa kutemui langsung. Aku bahkan bertemu dengan teman-teman sekolah waktu SD dulu. Bayangkan! Yang sudah tidak bertemu muka sekitar 20 tahun! Semuanya menyebar di seluruh Indonesia, bahkan ada yang sampai keluar negeri. Yang sudah pasti tak akan bisa kutemui dan kusapa kalau bukan melalui Facebook.

Lalu ada Blogspot. Kalau yang ini, memang masih terhitung baru kudalami. Niat awalku mula-mula untuk punya blog pribadi adalah untuk proyek novel online ku tadi. Tapi, sejalan dengan kebutuhanku akan tempat untuk menyalurkan komentar-komentarku, akhirnya blog ini kubuat sebagai jurnal pribadi yang bisa dibaca oleh siapapun. Dan ternyata, aku menyukainya. Apalagi kalau ada yang memberi komentar lagi atas komentarku itu. Biarpun tidak selamanya mendukung. Ada juga yang tidak sependapat.

Aku suka menulis di blog karena yang kudapat lebih dari sekedar menuangkan isi pikiran dan sebagai sarana untuk melatih kemampuan menulisku. Tapi karena aku juga bertemu dengan teman-teman baru. Teman-teman dari dunia maya. Bukan mantan teman sekolah, bukan mantan teman satu kerjaan, bukan mantan teman sekampung, ataupun yang pernah bertemu denganku sebelumnya. Tapi memang benar-benar teman baru yang belum pernah bertegur sapa secara nyata. Dan aku menganggap hal ini sangat hebat. Bagaimana dunia maya bisa menyatukan orang-orang yang terpisah secara geografis sampai bisa bertemu dan bertukar pikiran melalui komentar-komentar di jurnal digital. Hebat!

Tapi, apakah semua orang bisa berteman di dunia maya? Ternyata tidak. Aku pernah membaca berbagai milis ataupun blog yang isinya semua tentang kata-kata kasar dan makian kebun binatang. Orang-orang yang belum pernah bertemu muka, saling memaki dan mengejek dengan kasar sekali di dunia maya. Bagaimana mereka bisa menggunakan kata-kata seperti itu di internet ya? Tempat dimana seluruh orang di dunia bisa melihat dan mengetahui apa yang mereka maki-maki satu sama lain.

Apakah karena internet ini relatif lebih bebas daripada dikeluarkan langsung lewat kata-kata? Atau karena mereka begitu pengecutnya sehingga tidak berani mengungkapkan langsung di depan orangnya? Masalah beda pendapat itu hal yang biasa. Manusia mana yang tidak pernah berbeda pendapat dengan orang lain? Tapi apakah perbedaan itu harus diwujudkan dengan saling memaki di dunia maya?

Semua orang bebas mengeluarkan pendapat. Semua orang bebas untuk menyetujui pendapat siapapun. Dan semua orang juga bebas untuk tidak sependapat dengan siapapun. Hadapilah itu! Kalau memang kamu tidak setuju dengan pendapat seseorang, sampaikan pendapatmu dengan baik. Bertukar-pikiran dengan dewasa dan berpendidikan tentu lebih baik daripada saling memaki dan mengajak serta penghuni kebun binatang yang tidak tahu apa-apa itu. Kalau kamu sangat-sangat tidak setuju, yah tinggalkan saja. Atau sampaikan pendapatmu di jurnal yang tidak kamu setujui itu dengan sopan. Itu lebih beretika. Berdebatlah dengan etika dan sopan santun. Jangan mengejek, memaki atau menganggap pendapat orang lebih buruk dari pendapatmu. Karena pendapat yang berbeda bukan karena dia lebih bodoh darimu, tapi karena dia memiliki sudut pandang yang berbeda dari sudut tempatmu menilai.

Kalau di dunia nyata, orang dinilai dari penampilan dan sikapnya. Menurutku, di dunia maya orang dinilai dari cara penyampaian pendapat dan bahasa tulisannya. Karena tidak satupun yang bisa melihat wujud aslimu ketika menyampaikan pendapat itu. Tidak juga foto di profilmu yang tersenyum lebar. Apalagi kalau yang menyampaikan pendapat buruk itu sengaja bersembunyi dibalik identitas Anonymous (biasanya ini jadi senjata pamungkas) agar bisa memaki-maki orang lain. Pengecut sekali.


Kalau bahasa yang dipergunakan baik dan tidak menyinggung orang lain, pasti teman dunia maya yang menjadi imbalannya. Separah apapun perbedaan pendapat yang terjadi diantara keduanya. Tapi kalau bahasa yang dipergunakan malah membuat hati orang lain tersinggung, musuh berantai yang menjadi gambarannya. Karena orang-orang yang melihat tulisan makian seperti itu juga pasti akan menilai penulisnya sebagai kepribadian yang tidak menyenangkan.
Salam.

7 comments:

  1. Masih ingat aku ga Risma? Wow, ternyata waktu berjalan cepat n km skrng da berkeluarga. And Kita sesama blogger juga ya

    Kristian Ambatita

    ReplyDelete
  2. Hellow juga Kristian.. Apa kabarnya.. Makasih udah mampir ya.. ^_^

    ReplyDelete
  3. Horas!!!!
    Senang banget nama saya disebut secara khusus di artikel ini. Begitulah memang pengalaman kita bertualang di jagat maya. Semula blog hanya catatan, jurnal pribadi, ternyata dibaca banyak orang dan itu membuat kita lebih bijak dalam berpendapat.

    Saya sendiri sudah men-delete banyak artikel setelah dapat masukan dan komentar dari sejumlah orang yang tersinggung. Belum lagi komentar anonim yang menyerang pribadi orang lain.

    Berkat internet saya bisa berkenalan dengan Risma Hutabarat, Dyah Laoshi (Singapura) dan beberapa nama lagi. Kita tidak pernah bertem muka, tapi saya merasa dekat banget deh dengan Risma, Dyah, dan lain-lain.

    Selamat minum kopi!

    ReplyDelete
  4. Horas juga, bang Hurek..
    Saya sengaja tulis nama abang di atas, karena baru abang yang memperingatkan saya tentang kemungkinan candu Facebook. Dan saya selalu mengingatkan diri agar tidak candu ^_^

    Khusus untuk komentar yang menyerang orang lain, untunglah ada pengaturan yang memungkinkan untuk mensortir dulu semua komentar sebelum ditampilkan. Untuk menghindari komentar-komentar sampah yang tidak membangun.

    Ehm..ehm.. saya sudah cukup sering membuang komentar-komentar sampah juga loh bang. Untuk apa ditampilkan kalau tidak berguna bagi orang lain kan? Hehehe

    Ngomong-ngomong, nama Mbak Dyah bukan Dyah Laoshi, bang. Tapi Dyah Sari. Hehehe... Kita sudah kenalan lebih jauh di Facebook. Abang masih tetap pada pendirian untuk tidak menyentuh Facebook juga nih? Hehehehhe

    ReplyDelete
  5. Risma....

    hihi....
    Dyah Laoshi artinya Teacher Dyah dalam bahasa Mandarin!hehehe....

    Kalo kata ini saya tahu :D

    ReplyDelete
  6. Dyah Laoshi itu bahasa Mandarin, artinya Guru Dyah. Laoshi = guru. Namanya lengkapnya Dyah Peni Tunjungsari.

    Soal Facebook, waduh, agak sensitif ditulis di sini karena ada kebijakan di tempat kerjaku. Hehehe.... Horas!!!

    ReplyDelete
  7. Maafkan aku, abang dan kakakku... Hihihihihi... karena kebutaanku dengan bahasa Mandarin... Hihihihihi

    Kakak Dyah Laose' (niru yang di film-film)
    Saya pikir, Laoshi itu bahasa daerah entah daerah apa, gitu..

    Maap..maap... hihihihihi

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff