Saturday, July 4, 2009

Bule saja mau belajar

Murid: “Ini Budi”
Guru: Good. “Let’s try another one.”
Murid: “Budi bermain bola”
Guru: “That’s good”
Iklan yang lucu. Tidak neko-neko. Tidak merendahkan. Dan tidak membodohi orang lain.

Begitu pertama kali melihat iklan itu tayang di tv, aku langsung tertawa. Melihat bule-bule pemain bola dengan terbata-bata mengeja kalimat yang biasanya dipelajari anak SD itu. Aku kagum karena iklan itu sekilas membangkitkan sedikit rasa nasionalisme, khususnya tentang penggunaan bahasa Indonesia. Bagaimana tidak? Kalau biasanya, kitalah yang sibuk mempelajari bahasa mereka, sekarang kita melihat mereka sedang mempelajari bahasa kita.


Zaman sekarang ini, hampir bisa dipastikan kalau tidak bisa berbahasa Inggris, maka akan lebih sulitlah peluang untuk menang ketika berebut lapangan pekerjaan di negara ini. Kalau tidak bisa berbahasa Inggris, silahkan minggir. Itu memang kenyataan yang kita alami sehari-hari. Semakin lama, bahasa Indonesia semakin terpinggirkan.

Coba perhatikan kurikulum sekolah zaman sekarang. Bahkan di tingkat playgroup sajapun, guru-gurunya sudah mulai mempergunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Para ibu guru itu bahkan meminta para murid cilik itu memanggil mereka dengan sebutan Miss dan bukannya Ibu Guru. Jadi, tak usah heran kalau sekarang kita melihat anak-anak umur 7 atau 8 tahun sudah sangat fasih berbahasa Inggris dan mulai terbata-bata menggunakan bahasa Indonesia. Itu juga kenyataan yang kita alami sehari-hari.


Banyak keluarga yang sekarang ini juga sudah mulai menerapkan penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan mereka sehari-hari di rumah. Dengan alasan, agar bahasa Inggrisnya lebih mantap lagi. Ada juga yang beralasan karena sudah terbiasa menggunakan bahasa Inggris ketika di sekolah. Jadi, sekalian aja berbahasa Inggris ketika di rumah. Jadi, dimana lagi letak bahasa Indonesia, kalau begitu?

Kalau di sekolah memang ada pelajaran bahasa Inggris. Dan itu sangat perlu. Mengingat seluruh dunia sepakat untuk memilih bahasa itu sebagai bahasa internasional. Sehingga kalau tidak menguasainya, maka akan ketinggalan dengan anak-anak playgroup itu. Tapi, seharusnyalah kita sebagai bangsa Indonesia juga menyediakan tempat untuk bahasa ibu kita itu. Kalau tidak bisa di sekolah, berikan tempat untuknya di rumah.

Menurutku, justru kebiasaan itu akan lebih meningkatkan kemampuan berbahasa kita. Di sekolah berbahasa Inggris, di rumah berbahasa Indonesia. Kalau perlu, diselipkan juga bahasa-bahasa daerah. Seperti bahasa Batak, bahasa Lamaholot, bahasa Sunda, bahasa Karo, bahasa Jawa, dan sebagainya. Jadi, bahasa yang dikuasai ada tiga toh? Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Daerah. Itu lebih jago daripada hanya menguasai satu jenis bahasa saja. Jadi, tidak perlulah terlalu bangga kalau sudah sangat mahir berbahasa Inggris saja, tapi gagu ketika bicara dalam bahasa Indonesia. Tunjukkan identitasmu sebagai orang Indonesia.
.
Ada banyak negara yang mewajibkan warga negara asing yang ingin berdiam di negerinya untuk menguasai bahasa negara itu terlebih dahulu. Proses ini bahkan disertakan ketika mengurus visa. Lalu, apakah Indonesia termasuk salah satu diantara negara-negara itu? Hahahaha... dengan sangat menyesal kukatakan, tidak.

You mau masuk ke Indonesia, mau bekerja jadi artis, mau jadi model, atau mau jadi pengusaha? Silahkan..silahkan... Yang penting, you bawa dollar yang banyak. Kalau tidak bisa berbahasa Indonesia, tidak apa-apa. Karena disini, orang-orang Indonesia sudah sangat jago berbahasa Inggris. You tenang saja... Hahaha...

Bangga? Bangga? Bangga? Hmmm...sedikit.
Malu? Malu? Malu? Hmmm...sedikit
Yah, mau apa lagi? Memang perkembangan zaman sudah seperti itu, jeng.
Ya sudah. Ya sudah. Ya sudah.

Perkembangan zaman memang tidak bisa dibendung. Semua orang diharapkan dan diwajibkan untuk bisa berbahasa Inggris (termasuk juga anakku, nanti)
Tapi janganlah lupa dengan bahasa Indonesia kita. Yang sudah dikumandangkan ketika Sumpah Pemuda. Kembalikan bahasa Indonesia ke dalam rumah kita. Kembalikan bahasa daerah ke dalam rumah kita.

Sedangkan para pemain MU itu saja mau belajar bahasa Indonesia, terlepas dari kenyataan bahwa itu hanyalah iklan. Tapi menurutku, iklan yang satu ini cukup mendidik dan membuka mata kita. Tentang bahasa Indonesia kita yang sekarang semakin terpinggirkan.

3 comments:

  1. "Ini Budi."
    "Budi bermain bola."

    Wah, ini benar-benar iklan yang sangat bagus, lucu, menggelitik, dan membuat kita teringat masa kecil. Itulah awal mula saya dan teman-teman di kampung, Flores, belajar mengenal huruf. Belajar membaca. Bayangkan, di kampung saya tidak ada TK sehingga kami langsung masuk SD dengan "nol puthu" alias nol besar.

    Berkat "ini Budi", akhirnya pelan-pelan kita bisa membaca dan menulis. Kalau Alkitab mengatakan: " In the beginning was the Word..", kita di Indonesia boleh berbangga dengan:

    "In the beginning was... 'ini Budi'".

    Terima kasih banyak untuk semua guru TK dan SD di seluruh Indonesia. Horas!!!!

    ReplyDelete
  2. sayangnya tu pemain MU dah capek2 belajar baca ini budi tapi ga jadi ke Inonesia huhuhuhuhu... tenang mba... Ai salah satu orang yg lancar berbahasa indonesia dan tersendat2 pake bahasa Inggris hahahaha

    ReplyDelete
  3. Wah...di mana saya bisa dapatkan film iklan itu ya? Sebagai guru bahasa Indpnesia di negara asing, saya selalu dibuat kagum oleh murid-murid saya yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari bahasa kita ini. Di Australia dan sekarang Singapura, bahasa Idonesia sudah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Hebat kan?

    Belajar dan fasih berbahasa asing itu penting dan modal berharga, tapi selayaknya kita juga menguasai bahasa nasional kita terlebih dahulu ya?

    Mana...mana itu iklan Ini Budi! ;)

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff