Thursday, February 25, 2010

Selisih angka di tagihan listrik

Negara ini memang sedang krisis listrik. Kita semua tahu itu. Rasanya sudah lama sekali kita dipaksa untuk menerima kondisi pemadaman listrik bergilir sampai 4 jam setiap harinya. Diikuti dengan seribu anjuran agar menghemat pemakaian listrik harian, minimal dengan memadamkan satu lampu setiap harinya. Dan anjuran ini benar-benar aku lakukan loh. Tidak hanya satu, tapi empat lampu selalu dipadamkan setiap harinya.
Tentunya, sebagai kompensasi dari perilaku hemat energi itu, aku berharap tagihan listrik bulanan di rumah juga akan hemat. Wajar saja toh? Wong 4 lampu selalu dipadamkan. Tapi ternyata, tagihan listrikku tetap segitu-segitu saja, bahkan bisa dibilang bertambah mahal. Setiap bulan, jumlah yang harus kubayar semakin mahal. Padahal, peralatan elektronik di rumahku tidak bertambah. Heran.

Akhirnya, aku memutuskan untuk “memasang mata” ke arah si abang pencatat angka meteran listrik yang datang setiap bulan. Sebenarnya, aku juga agak sebal dengan si abang listrik ini, karena dia menolak menggunakan angka yang kucatat di papan khusus meteran listrik di depan rumah. Dia mau lihat sendiri ke meteran listriknya. Sementara si abang PAM nggak sampai segitu repotnya. Dengan tenang dan percaya di mencatat angka meteran PAM yang kutulis.

Setelah “penelitian” tiga bulan, aku menemukan kalau ternyata angka meteran yang dicatat si abang listrik itu selalu berbeda dengan angka meteran di kuitansi tagihan PLN. Bukannya selisih menjadi lebih sedikit, tapi menjadi lebih banyak. Misalnya, kalau si abang listrik mencatat angka 1759, di kwitansi PLN akan ditagihkan 1779. Bujubunee…. Bahkan ada selisih sampai 79 angka di kuitansi PLN ku.

Aku sudah menegur si abang listrik, dan menanyakan selisih yang lumayan banyak itu. Dia cuma mengatakan agar aku menanyakan langsung ke kantor. Heran. Ini yang salah yang mana ya? Si abang listrik yang datang dengan pencatat angka elektroniknya yang terlihat modern itu, atau komputer di kantor PLN yang hang. Dan hal ini sudah berlangsung selama 6 bulan loh.
Terus terang, aku sebenarnya nggak ikhlas dengan kondisi seperti ini. Aku sudah menerapkan anjuran untuk berhemat energi di rumahku, sekalian berharap akan berhemat di pembayaran listrik bulanan juga. Tapi, apa lacur? Semakin berhemat, pembayaran listrikku tetap bertambah setiap bulannya. Bahkan dalam keadaan sering terkena pemadaman bergilir pun, tagihan listrikku tetap banyak, heran.

Aku sempat juga membaca surat pembaca di majalah TEMPO yang mengeluhkan hal yang sama. Kalau tagihan yang mereka terima lebih banyak dari yang mereka pergunakan. Berarti, kejadian ini bukan hanya aku sendiri yang mengalaminya. Jadi, coba di cek lagi deh, tagihan listriknya, kawan-kawan. Khususnya, ibu-ibu kayak aku ini, yang berurusan dengan tagihan bulanan. Aku yakin banyak yang sudah mengalami, tapi tidak terlalu memperhatikan. Atau malah ada diantara kawan-kawan yang selisih angka pemakaiannya mencapai 100 angka. Coba diperhatikan ulang. Mungkin, biaya selisih itu tidak seberapa, tapi tetap saja konsumen akan merasa tertipu, bukan? Hemat energi, tapi biaya tetap saja mahal. Huh!

16 comments:

  1. Sebagai anak yang masih numpang tinggal sama orang tua dan tidak ikut bayar listrik, aku terkejut ada penipuan listrik seperti itu. Terima kasih atas curhatnya, Mbak. Nanti kutengok tagihan listrik rumahku sendiri.

    ReplyDelete
  2. disana petugas pencatat listrik nya pakai apa? kalau disini sudah memakai alat seperti di scan gitu

    ReplyDelete
  3. biasanya klo terjadi pemadaman sebaiknya peraltan elektronik dicabut saja dulu, nunggu sampai listriknya nyala. Soalnya klo tidak dicabut ketika listrik nyala bebannya tinggi.:D

    ReplyDelete
  4. nice post sist ntar malam aku link yah now lgi jalan2 dulu sama anak2 and suami,sukses yah...

    ReplyDelete
  5. Hi Mbak, ini yg bikin aku senang tinggal di Jogja, waktu kota2 lain dari Jkt sampe Papua tiap hari kena giliran mati lampu, Jogja aman :-D

    Kmrn wkt petugas pencatat PLN datang, ternyata skrg mereka udah gak mencatat angka tagihannya, tapi difoto pake camdig, bagus jg jadinya ada bukti dan gak bisa dibohongi ;-)

    ReplyDelete
  6. @Vicky: aku aja baru tahu, sesudah menyelidiki, Vic. Sebelum2nya, aku percaya aja sama si abang listrik itu.

    @Lidya: justru itu, say. Dia pake alat elektronik yang "kelihatannya" modern dan nggak bakal meleset. Dan memberitahukan angka yang tercatat. Tapi, kuitansi yang datang di minggu kedua, tetap aja berbeda angkanya. Jangan2 alat nya itu sebenarnya abal-abal. Kelihatannya modern, tapi rusak-rusak :D

    @Gambutku: ini memang sudah kulakukan beberapa bulan belakangan ini, sob. Thanks :)

    @Asty: enak banget kalo difoto pake camdig. Itu baru bukti otentik. Kalo disini, kayaknya mustahil bisa terjadi. Hehehe.. Yang pencatat elektronik aja nggak bisa dipercaya....

    ReplyDelete
  7. mau curhat aja ah Mba...
    Bukan Februari kemarin sy telat bayar listrik rumah kontrakan, maklum habis liburan, tanggal 22 (batas akhir tg20) sy bayarnya dapet denda Rp.15.000,-

    Si Abang PLN berkata : Ada kebijakan baru skrg Mas ,

    Gapapalah soalnya disni sy yg salah,

    eh tunggu apa yg dicurhatinnya ya ???
    wkwk

    ReplyDelete
  8. emang yang namanya barang pemerintah nggak pernah benar...
    listrik, telkom.., kendaraan dinas...
    semua emang ancur ancuran..

    cerminan manajemen yang udah nggak benar tuh....

    ReplyDelete
  9. postingan yang bagus..klo menurut aku sih yang bermasalah di bagian amper sekering nya semakin kecil ampernya semakin kecil biaya yang dikeluarka..dan ini terbukti dgn daya yang sama 1300 watt tetanggaku sebulan habis 200 ribuan sedangkan aku habis 80 ribuan padahla untuk keperluan sehari2 nya sama

    ReplyDelete
  10. Ga perlu pake hemat2an segala aja, mba. Percuma, coba aja dulu pake listrik seenaknya. Hemat ga hemat ttp byr gede, membuat kaya yg d atas tuch! Prikitiw lah....
    Semangat ya mbak

    ReplyDelete
  11. Kejadian seperti ini tidak hanya sekali dua kali terjadi pada PLN bahkan pada pelanggan besar seperti gol bisnis(B3/TM) seperti di perusahaan saya pernah terjadi. Keliru mencatat. Kalau KWH meter rumahan faktor kali (CT) KWH meter hanya satu kali sementara KWH meter perusahaan CT bisa sampai 2000 kali, maka bisa dibayangkan selisih satu digit aja sudah berjut-jut selisih rupiahnya.

    Kalau kejadiannya seperti ini bisa komplain ke PLN. Dan biasanya akan direstitusi (koreksi) di bulan berikutnya. Atau bisa juga sebelum dibayar rekening listriknya, billing dibawa ke PLN dulu agar dirubah baru kemudian dibayar. Yang terakhir untuk pelanggan besar kalau pakai model billing tagihan.

    ReplyDelete
  12. @Dodi: Nah, giliran telat bayar aja, langsung kena denda.. :)
    @Okta: mungkin karena yang ini kena ke aku langsung, makanya terasa sekali, ya. Kalau soal mobil dinas mah, aku sepertinya gak terlalu perduli, Ta :D
    @Denpry: aku nggak keberatan kalau bayarannya sesuai dengan yang kupergunakan, Den. Ini masalahnya kan angka pemakaiannya yang berbeda. Yang dicatat 10, masak disuruh bayar 80, gitu loh. Kan keterlaluan namanya...
    @Cicin: sedangkan pemakaian hemat aja, aku udah disuruh bayar mahal, Cin. Apalagi kalau pakai listrik lebih boros lagi. Jangan2 si abang PLN malah nyuruh aku bayar 3x lipat dari pemakaian lagi..
    @Bang Joko: agak malas juga kalau komplain untuk jumlah yang tidak seberapa (pemakaian rumah tangga) kayak gini, bang. Udah ngantrinya pasti lama, belum lagi dilempar kesana-kemari. Membayangkannya saja sudah kesal duluan. Aku hanya menyayangkan pelayanan PLN yang seperti ini.

    Tapi, kalau untuk perusahaan yang selisihnya sampai berjuta-juta rupiah, pastinya rugi kalau nggak komplain. :)

    ReplyDelete
  13. Ketika pencatat meter menuliskan angka meteran pemakaian listrik.. maka dia harus menuliskan pada Kartu Meteran (untuk pelanggan) dan Buku Catatan (untuk PLN ..penagihan). Tentu saja ini harus cocok.. kalau berbeda bisa diurus ke PLN dan apabila mentok bisa mohon bantuan ke Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI); bila masih mentok bisa mengajukan perdata bersama sama YLKI.
    Mengenai pengehematan listrik.. kita bisa memasang alat yang disebut Capacitor Bank, alat ini legal untuk digunakan karena sifatnya meredam losses akibat rendemen induksi (Z).

    ReplyDelete
  14. mau dihidupkan lampu atau tidak dengan seringnya mati lampu
    tagihanku tetap aja
    ampe capek mulutku ngomel2 tetap aja cs pln bego2 nerangkan kalang kabut
    akhirnya malas aku

    ReplyDelete
  15. wah terimakasih infonya mbak,lain kali memang sudah seharusnya kita sama -sama mengecek dengan petugas pencatat meteran tersebut kalau perlu minta tanda tangan dengan petugasnya.salam kenal mbak :)

    ReplyDelete
  16. sama kayak komentar ASTI; petugas pencatat meteran listrik sekarang udah dibekali camdig, tinggal jepret gak pake repot :)

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff