Monday, May 4, 2009

Kartini Yang Malang


Wah..wah..wah…
Istilah caddy sekarang sudah mulai miring dan identik dengan pekerjaan sampingan nih. Kalau tidak salah, kasus perempuan yang terkait dengan Al Amin Nur Nasution dulu juga berprofesi sebagai caddy. Tapi, begitu diselidiki lebih lanjut lagi, para caddy ini juga biasanya masih berstatus sebagai mahasiswi di sebuah PTS.

Pantas saja banyak pejabat dan pengusaha menggemari olahraga golf ya. Ternyata, bukan hanya demi gengsi tapi juga bisa cuci mata, syukur-syukur kalau si cewek caddy mau diajak nikah siri, seperti si Rani (yang blogspotnya jadi kebanjiran pengunjung saat ini) Lumayanlah, bisa dapat daun muda. Lagipula, kalau cewek belia kayak gitu belum terlalu banyak maunya. Paling-paling minta dihujani materi. Itu sih tak seberapalah buat si oom pejabat/pengusaha. Yang penting, kecil kemungkinan dia minta dinikahi secara resmi.

Pantas juga banyak mahasiswi yang sekarang nyambi jadi caddy. Memang kerjanya cuma bawain tongkat golf, tapi tipsnya gede banget.. Bisa buat bayar uang kuliah. Sisanya bisa untuk shopping atau nongkrong di cafe-cafe eksklusif. Siapa tahu bisa jumpa korban yang lebih tajir lagi. Syukur-syukur kalo si oom mau diajak nikah siri. Jadi tidak perlu lagi mencari sasaran kesana-kemari. Urusan Anggaran Belanja kan jadi lebih lancar.

Perempuan-perempuan seperti inikah yang beberapa tahun ke depan nanti diharapkan menduduki posisi-posisi penting di negeri ini? Perempuan-perempuan yang lebih memilih untuk memanfaatkan profesi caddy-nya untuk mengais uang, daripada menimba ilmunya. Jangan-jangan, kampusnya itu juga bohongan saja. Sebenarnya dia bukan mahasiswi yang nyambi jadi caddy. Tapi caddy yang ngaku-ngaku jadi mahasiswi.

Baru bulan lalu ’merayakan’ hari Kartini. Dimana-mana selalu terlihat perempuan-perempuan Indonesia memakai kebaya yang aduhai indahnya. Kebaya memang tidak ada habisnya. (Apa para caddy girl itu pakai kebaya juga ya?)
Tapi ternyata, masih banyak Kartini-Kartini masa kini yang masih belum menyadari harkatnya yang sudah diperjuangkan oleh Kartini dulu. Bukan
Bukannya menjaga agar martabatnya lebih baik, malah sebaliknya membiarkan harga dirinya itu diinjak-injak dan ditenggelamkan ke got busuk!

Perjuangan Kartini ternyata masih belum bisa dianggap selesai....

2 comments:

  1. Hehehehe... Opo manenh Ning, jamane jaman edan, wong twek rabi prawan ayu, daun muda. Komentar Ning Risma bagus banget, bandingkan caddy-caddy gatel dengan Kartini.

    Aku mau ngajak caddy jalan-jalan, tapi gak punya duit, gak tajir, dan gak ganteng. Susah...

    ReplyDelete
  2. Halo RIsma, salam kenal ya....
    Senang main ke sini, artikelnya bagus2 lho :)
    Dulu pernah mampir, tapi ngga bisa meninggalkan komentar.

    Prihatin lho saya dengan makin banyaknya mbak 'caddy' dan sejenisnya bermunculan. Mau hidup enak dg cara gampang...ya begini salah satu caranya kali ya? Jadi orang pinter aja...belum cukup ya jaman sekarang ini?

    Gemes juga dengan para oom yang masih juga genit biar sudah tuwek juga. Otaknya sudah pindah ke bawah! atau memang selalunya di situ dari dulu ya? hehe...maaf ya

    Geli membaca komentar terakhirnya mas Bernie....
    kesiaaan deh, gak tajir lan gak ganteng :D

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff