Monday, May 11, 2009

Jagalah kata-katamu!


Hati manusia itu menurutku bagaikan kristal. Indah sekaligus rapuh. Ada banyak hal di sekeliling manusia yang membuat kristal itu retak, atau bahkan hancur berantakan. Namun yang paling menyakitkan di antara semuanya adalah pukulan kata-kata.

Bukan pukulan fisik yang membuat manusia itu menjerit-jerit dan minta ampun. Tapi pukulan verbal yang membuat manusia itu menangis dalam diam, atau menjerit tanpa kata-kata. Lebam dan luka fisik masih bisa diobati dengan bantuan medis. Tapi lebam dan luka hati yang timbul karena rasa sakit hati tak bisa diobati segampang itu.

Sama seperti retakan pada kristal, yang tak mungkin hilang tanpa bekas. Yang bisa dilakukan adalah berusaha menjaga agar kristal itu tidak retak lebih parah atau bahkan hancur sampai tidak bisa diperbaiki lagi. Karena kondisi ini akan lebih parah daripada luka fisik.

Dan penyebab terbesarnya adalah perkataan manusia itu sendiri. Perkataan yang indah, penuh inspirasi yang dibubuhi sedikit pujian, akan membangkitkan rasa optimis dan kepercayaan diri orang yang mendengarnya. Tapi, sebaliknya, perkataan yang mengandung ejekan paling halus yang berselubung lelucon paling lucu sekalipun akan mampu menghancurkan karakter, melukai jiwa dan membuat manusia merasa dirinya tidak berharga. Apalagi kalau serangan kata-kata ini dilakukan secara rutin dan bertubi-tubi. Misalnya, seorang yang cantik, jika selalu diejek jelek oleh seseorang. Maka perlahan tapi pasti, si cantik ini akan benar-benar yakin kalau dirinya memang jelek! Sebesar itulah kekuatan kata-kata.

Lantas, kenapa manusia lebih condong untuk memilih kata-kata yang bisa melukai hati daripada menyembuhkan jiwa? Bukankah lebih indah kalau manusia memberikan pujian pendek yang sederhana, namun bisa membuat orang lain tersenyum lebar baik di bibir ataupun di hatinya, dan membangkitkan rasa percaya dirinya. Daripada lelucon yang diiringi cemoohan tersamar, yang disadari atau tidak telah membuat orang lain meneteskan air mata karena merasa dirinya tidak berharga, menghapus senyum dari wajahnya atau bahkan membunuh kreatifitas yang telah menempanya agar menjadi pribadi yang utuh selama bertahun-tahun.

Bukankah akan lebih menyenangkan bila melihat orang lain gembira dan penuh semangat daripada menangis dan patah semangat? Seperti bait lagu rohani yang dulu sering dinyanyikan di perkumpulan PA di kampus dulu:

'hati yang gembira.. Adalah obat..
Tapi semangat yang patah, keringkan tulang..
'


Semoga setiap hari kita bisa menjadi manusia-manusia yang lebih baik lagi.

No comments:

Post a Comment

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff