Entah apa sebenarnya apa yang menjadi tujuan acara “Be A Man” yang ditayangkan Globaltv saat ini? Acara ini bahkan sudah memasuki musim kedua. Dengan materi acara yang benar-benar sama, yaitu: mengerjai pada waria.
Suami saya termasuk salah seorang penggemar acara ini. Setiap kali menonton, dia selalu tertawa sampai terpingkal-pingkal melihat bagaimana para waria itu dikerjai sedemikian rupa. Yang mengerjai juga adalah anggota militer. Dengan gaya sok militer yang kentara sekali dibuat-buat.
Apakah tujuan acara ini adalah untuk menjadikan para waria yang malang itu menjadi objek lelucon, karena perbedaan yang mereka miliki? Ataukah ada semacam kelonggaran dalam norma-norma masyarakat yang selama ini ’meminggirkan’ hak-hak kaum waria? Dengan membuat acara seperti itu, tentu saja semakin menegaskan posisi para waria sudah semakin diterima ditengah-tengah masyarakat kita. Tapi sebagai apa? Sebagai lelucon?
Dulu, menjadi waria dianggap sebagai aib yang besar. Individu yang menjadi waria biasanya sebisa mungkin menyembunyikan ’kelainan’ yang dimilikinya itu dari orang-orang terdekat ataupun yang mengenalinya. Bahkan tidak sedikit orangtua yang menyumpahi dan mengusir anaknya karena memilih jalan menjadi waria.
Kalau dikaitkan dengan acara ini sekarang, apakah sekarang nilai-nilai itu sudah semakin longgar? Terlepas dari pro dan kontra mengenai keberadaan waria ini tentunya. Kalaupun memang keberadaan mereka sudah sedikit mendapat tempat, apa iya harus dengan cara yang merendahkan seperti itu?
Bagaimana dengan perasaan orang tua dari para waria kontestan acara itu? Apakah mereka akan merasa bangga melihat anak mereka yang sudah mendapat hinaan rutin dari masyarakat karena orientasi seksualnya yang berbeda itu, atau malah cenderung malu?
Kalau memang acara ini dibuat hanya untuk ’konyol-konyolan’ saja, rasanya cukup miris jika menjadikan para waria itu sebagai objeknya. Sementara, di kehidupan nyata saja, mereka sudah sering menjadi ejekan. Kenapa sekarang hal itu malah diangkat ke televisi? Toh sudah banyak sekali artis-artis yang sering meniru gaya para waria ini. Dan biasanya menjadi tenar karenanya.
Kalau memang ingin menunjukkan penerimaan terhadap para waria ini, liputlah berbagai prestasi yang sudah mereka peroleh tanpa harus bertindak konyol di televisi. Misalnya waria yang menjadi penata rias ternama, Chenny Han. Yang menjadi nara sumber berbagai acara bincang-bincang televisi. Atau Merlyn Shopjan, atau Sintang Ime yang memiliki segudang prestasi.
Mereka dilihat karena individu dan bakatnya, bukan karena ’waria’nya. Mereka ternama karena prestasi. Bukan karena diolok-olok sampai menjerit-jerit karena mengikuti latihan ’militer-militeran’ yang digadang-gadang bisa menjadikan mereka kembali menjadi ’pria’. Memangnya segampang itu???
Suami saya termasuk salah seorang penggemar acara ini. Setiap kali menonton, dia selalu tertawa sampai terpingkal-pingkal melihat bagaimana para waria itu dikerjai sedemikian rupa. Yang mengerjai juga adalah anggota militer. Dengan gaya sok militer yang kentara sekali dibuat-buat.
Apakah tujuan acara ini adalah untuk menjadikan para waria yang malang itu menjadi objek lelucon, karena perbedaan yang mereka miliki? Ataukah ada semacam kelonggaran dalam norma-norma masyarakat yang selama ini ’meminggirkan’ hak-hak kaum waria? Dengan membuat acara seperti itu, tentu saja semakin menegaskan posisi para waria sudah semakin diterima ditengah-tengah masyarakat kita. Tapi sebagai apa? Sebagai lelucon?
Dulu, menjadi waria dianggap sebagai aib yang besar. Individu yang menjadi waria biasanya sebisa mungkin menyembunyikan ’kelainan’ yang dimilikinya itu dari orang-orang terdekat ataupun yang mengenalinya. Bahkan tidak sedikit orangtua yang menyumpahi dan mengusir anaknya karena memilih jalan menjadi waria.
Kalau dikaitkan dengan acara ini sekarang, apakah sekarang nilai-nilai itu sudah semakin longgar? Terlepas dari pro dan kontra mengenai keberadaan waria ini tentunya. Kalaupun memang keberadaan mereka sudah sedikit mendapat tempat, apa iya harus dengan cara yang merendahkan seperti itu?
Bagaimana dengan perasaan orang tua dari para waria kontestan acara itu? Apakah mereka akan merasa bangga melihat anak mereka yang sudah mendapat hinaan rutin dari masyarakat karena orientasi seksualnya yang berbeda itu, atau malah cenderung malu?
Kalau memang acara ini dibuat hanya untuk ’konyol-konyolan’ saja, rasanya cukup miris jika menjadikan para waria itu sebagai objeknya. Sementara, di kehidupan nyata saja, mereka sudah sering menjadi ejekan. Kenapa sekarang hal itu malah diangkat ke televisi? Toh sudah banyak sekali artis-artis yang sering meniru gaya para waria ini. Dan biasanya menjadi tenar karenanya.
Kalau memang ingin menunjukkan penerimaan terhadap para waria ini, liputlah berbagai prestasi yang sudah mereka peroleh tanpa harus bertindak konyol di televisi. Misalnya waria yang menjadi penata rias ternama, Chenny Han. Yang menjadi nara sumber berbagai acara bincang-bincang televisi. Atau Merlyn Shopjan, atau Sintang Ime yang memiliki segudang prestasi.
Mereka dilihat karena individu dan bakatnya, bukan karena ’waria’nya. Mereka ternama karena prestasi. Bukan karena diolok-olok sampai menjerit-jerit karena mengikuti latihan ’militer-militeran’ yang digadang-gadang bisa menjadikan mereka kembali menjadi ’pria’. Memangnya segampang itu???
No comments:
Post a Comment
Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film
Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.