True religion, requires that the rights of the disbeliever be equally acknowledged with those of the believer.
"Agama yang sejati mengharuskan adanya persamaan hak antara penganut dengan yang bukan penganut."
(Powell Davies (1902-1957)) Sering kali agama dijadikan alasan oleh segelintir orang untuk merusak tatanan dan nilai-nilai sosial yang sudah lama berkembang di sekitar kita. Agama yang sejatinya dipergunakan sebagai media untuk meraih perdamaian dengan Sang Pencipta, diri sendiri, lingkungan dan alam semesta, telah berubah menjadi media untuk mengangkat senjata atau bahkan menghilangkan nyawa orang lain. Padahal Tuhan adalah Tuhan. Tuhan bukan agama. Tuhan bukan gedung. Tuhan bukan simbol-simbol. Tuhan bukan kitab suci. Tuhan adalah Tuhan. Titik.
Kalau begitu apa tujuan agama? Satu hal yang pasti adalah:
Tuhan/Allah/God/Yahwe (atau apapun istilah yang dipergunakan manusia untuk Sang Khalik ini) tidak memerlukan pembelaan dari manusia yang fana dan hanya sebutir debu di jagad raya ini!
Siapakah aku hingga layak mengajukan diri untuk menentukan batas-batas garis kebenaran penilaian manusia terhadap sosok yang sama sekali berada di luar jangkauan nalarku sebagai manusia ini? Siapakah kita sekalian sehingga berhak menghakimi sesama manusia telah melakukan penghinaan terhadap sosok Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri? Apa yang sudah kita punyai sebagai bekal, sehingga kita layak menempatkan diri sebagai ”juru bicara-Nya?”
Setelah melihat postingan yang ditulis bang Alan (salah seorang sahabat blogger dari Malaysia), aku melihat kemunculan sebuah grup di Facebook yang menyatakan penolakan penggunaan istilah Markus sebagai akronim dari Makelar Kasus yang sedang naik daun saat ini.
Hanya karena Markus adalah nama orang kudus dalam agama Kristen. Pertanyaannya: mengapa harus selalu menarik kaitan antara semua hal dengan agama?
Aku sendiri beragama Kristen, tapi sama sekali tidak tersinggung dengan penggunaan istilah itu. Lalu bagaimana dengan istilah Petrus alias Penembak Misterius yang dulu dikenal di zaman Orde Baru? Petrus juga nama orang kudus, tapi tidak ada yang keberatan dengan istilah itu (atau mungkin takut dengan ancaman yang membayangi, kalau berani komentar ya? Hehehe).
Kalau semua hal selalu dikait-kaitkan dengan agama, maka dunia ini tidak akan pernah tenang. Akan selalu ada pihak yang tersinggung. Akan selalu ada yang merasa dilecehkan. Akibatnya, bukan kedamaian yang tercipta, melainkan perang. Padahal Tuhan Yang Maha Esa sendiri tidak ”ribut” mempersoalkan istilah yang hanya dipergunakan manusia (sebagian kecil dari ciptaan-Nya) itu saja. Kalau Dia tersinggung, alamat kiamat tidak perlu menunggu sampai 2012 lagi. Detik ini juga, jagad raya ini lenyap.
Jadi, kembalikanlah agama pada kepribadian, hati dan jiwa kita masing-masing. Tak ada agama yang jahat atau buruk. Yang ada hanya manusia yang jahat atau buruk. Tak perlulah memata-matai agama lain untuk mencari-cari kesalahan. Tapi lihatlah ke dalam diri sendiri dan binalah hubungan baik dengan Tuhan/Allah/God/Yahwe yang kau percayai. Kalau hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta itu sudah terbina dengan baik, niscaya hubungan baik dengan sesama manusia, yang seiman atau pun tidak, akan berjalan dengan baik pula. Karena agama sejatinya muncul untuk mempererat rasa kemanusiaan dan bukan sebaliknya menghancurkan sesama manusia.
yuk ah kita saling menghormati aja
ReplyDeleteAgama adalah pilihan individu sebaiknya jangan di campur adukan dengan yang lain mungkin ya. saling menjaga satu sama lain & menjaga kerukunan antar umat aja.
ReplyDeleteBiarlah kita sebagai manusia hanya memberi dan mencintai, bukan menghakimi, karena seadil-adilnya hakim hanyalah Dia...
ReplyDeleteTulisan yg bagus Mbak :-D
dan bukankah agama ada buat kebaikan para manusia,
ReplyDeletedan sebuah ajaran untuk kebahagiaan bagi seluruh umat dan sumber ilmu atao lebih tepatnya petunjuk dari pencipta buat manusia untuk hadir di muka bumi
Mari saling menjaga dengan cara saling menghormati. Salam hangat.
ReplyDeleteVery nice post Ris! Very good... I am with you when you say that God is not religion. It is not our religion that would save us from the fires of hell but it is GOD... Thanks for the visit dear... sorry I just came to visit you back.. I took a weekend break...
ReplyDeleteWomen
Abbeymae
Mom
Good thought... Beragama itu harus dengan pikiran dan hati yang jernih dan bersih, janganlah beragama dengan emosi. Sayangnya di negeri ini, masih sangat banyak penganut agama dengan emosi ya Ris...
ReplyDeleteSetuju.
ReplyDeleteIntinya kita harus saling menghormati yaaa mba :D
ReplyDelete