Ini kali kedua aku merayakan hari ibu, setelah menjadi seorang ibu. Sejak dulu aku selalu menyempatkan diri untuk menelepon emak-ku tercinta di kampung halaman. Hanya untuk mengucapkan ”Selamat Hari Ibu” untuknya. Seandainya saja aku bisa bertemu langsung, pasti ucapan itu akan diselingi dengan peluk dan cium di pipinya yang mulai keriput.
Hari ibu ini berbeda dengan hari wanita. Kalau hari perempuan, pastinya dirayakan oleh semua perempuan. Baik yang tua, muda, gadis, ataupun sudah menjadi ibu. Tapi hari ibu umumnya ditujukan kepada perempuan yang sudah menjadi ibu atau memiliki anak. Sehingga, umumnya juga yang memberikan ucapan ”Selamat Hari Ibu” adalah oleh seorang anak kepada ibunya.
Kasih ibu memang tak ada bandingannya di dunia ini. Dulu aku belum bisa memahami sepenuhnya besarnya cinta dan pengorbanan yang diberikan emakku kepadaku dan adik-adikku. Setelah punya anak, sedikit aku mulai bisa memahami seperti apa tugas dan tanggung jawab yang harus dipikulnya ketika kami masih kecil-kecil dulu. Semua tugas berat itu akan dimulai sejak anaknya lahir.
Hampir tidak ada ibu yang baru punya anak memiliki wajah secerah dan sebahagia ibu-ibu di iklan televisi. Hari-hari sesudah melahirkan akan dibanjiri dipenuhi dengan kegiatan begadang siang dan malam. Merawat bayi baru lahir ternyata sangat melelahkan. Bahkan di malam hari pun harus bangun setiap dua jam sekali untuk memberikan ASI. Istirahat di siang hari pun tidak maksimal, karena ASI harus tetap jalan. Setelah memasuki usia 6 bulan, ASI memang sudah tidak setiap dua jam lagi, tapi digantikan dengan membuat makanan semi padat seperti bubur dan sejenisnya.
Begitu usia satu tahun, harus mulai melatih anak berbicara dan berjalan. Membimbing agar ia bisa berjalan tegak di kedua kakinya. Mengajaknya bicara meskipun hanya sedikit yang bisa dimengerti oleh ibu dari sekian banyak celoteh penuh liur dari anaknya itu. Membersihkan kotoran, mengganti celana ketika pipis, memandikan, menidurkan. Dan semuanya yang tak bisa terucapkan satu persatu. Sangat memeras perhatian dan tenaga. Apalagi dulu kami ada bertiga dengan kelahiran susun paku alias berderet. Sehingga, semua kerepotan itu pasti tak terbayang ketika tiga anak kecil saling bersaing berebut perhatian. Bagaimana lagi dengan mereka yang terdiri dari keluarga besar, seperti suamiku ya? Mereka ada 9 bersaudara! Hanya 2 yang perempuan, sisanya laki-laki semua. Aduuh, salut sekali sama mertuaku itu. Perempuan perkasa.
Untuk Hari Ibu ini, aku mau mengucapkan ”Selamat Hari Ibu” untuk semua blogger perempuan yang sudah menjadi ibu.
Seperti mbak Lidya, mbak Evylia, mbak Dyah, dan semu blogger ibu lainnya yang kebetulan mampir disini. Selamat Hari Ibu, ya. Semoga tetap menjadi seorang ibu yang penuh cinta dan belas kasih..
Hari ibu ini berbeda dengan hari wanita. Kalau hari perempuan, pastinya dirayakan oleh semua perempuan. Baik yang tua, muda, gadis, ataupun sudah menjadi ibu. Tapi hari ibu umumnya ditujukan kepada perempuan yang sudah menjadi ibu atau memiliki anak. Sehingga, umumnya juga yang memberikan ucapan ”Selamat Hari Ibu” adalah oleh seorang anak kepada ibunya.
Kasih ibu memang tak ada bandingannya di dunia ini. Dulu aku belum bisa memahami sepenuhnya besarnya cinta dan pengorbanan yang diberikan emakku kepadaku dan adik-adikku. Setelah punya anak, sedikit aku mulai bisa memahami seperti apa tugas dan tanggung jawab yang harus dipikulnya ketika kami masih kecil-kecil dulu. Semua tugas berat itu akan dimulai sejak anaknya lahir.
Hampir tidak ada ibu yang baru punya anak memiliki wajah secerah dan sebahagia ibu-ibu di iklan televisi. Hari-hari sesudah melahirkan akan dibanjiri dipenuhi dengan kegiatan begadang siang dan malam. Merawat bayi baru lahir ternyata sangat melelahkan. Bahkan di malam hari pun harus bangun setiap dua jam sekali untuk memberikan ASI. Istirahat di siang hari pun tidak maksimal, karena ASI harus tetap jalan. Setelah memasuki usia 6 bulan, ASI memang sudah tidak setiap dua jam lagi, tapi digantikan dengan membuat makanan semi padat seperti bubur dan sejenisnya.
Begitu usia satu tahun, harus mulai melatih anak berbicara dan berjalan. Membimbing agar ia bisa berjalan tegak di kedua kakinya. Mengajaknya bicara meskipun hanya sedikit yang bisa dimengerti oleh ibu dari sekian banyak celoteh penuh liur dari anaknya itu. Membersihkan kotoran, mengganti celana ketika pipis, memandikan, menidurkan. Dan semuanya yang tak bisa terucapkan satu persatu. Sangat memeras perhatian dan tenaga. Apalagi dulu kami ada bertiga dengan kelahiran susun paku alias berderet. Sehingga, semua kerepotan itu pasti tak terbayang ketika tiga anak kecil saling bersaing berebut perhatian. Bagaimana lagi dengan mereka yang terdiri dari keluarga besar, seperti suamiku ya? Mereka ada 9 bersaudara! Hanya 2 yang perempuan, sisanya laki-laki semua. Aduuh, salut sekali sama mertuaku itu. Perempuan perkasa.
Untuk Hari Ibu ini, aku mau mengucapkan ”Selamat Hari Ibu” untuk semua blogger perempuan yang sudah menjadi ibu.
Seperti mbak Lidya, mbak Evylia, mbak Dyah, dan semu blogger ibu lainnya yang kebetulan mampir disini. Selamat Hari Ibu, ya. Semoga tetap menjadi seorang ibu yang penuh cinta dan belas kasih..
Beautiful picture of a mom and a child... Happy Mother's Day my friend!
ReplyDeleteLife
Abbeymae
Mom
Selamat hari Ibu ya Iban Risma:) sukses sll dan tetap menjadi telaudan bagi anak,suami dan orang2 di sekitar. Kalau saya nih, dah lama ditinggal beliau:)
ReplyDeleteBetul... Selamat Hari Ibu untuk kaum perempuan di Indonesia Raja. Semoga djasa2 para ibu dapat balasan dari Tuhan.
ReplyDeleteDan saja tidak lupa kasih utjap SELAMAT NATAL untuk Ning Risma Hutabarat sekeluarga. Semoga kedamaian dan kebahagiaan selalu beserta kita semua.