Buaya ternyata lebih menyeramkan kalau dilihat langsung daripada ditonton di Chanel Animal Planet ya. Di daerah Asam Kumbang, Medan, ada sebuah penangkaran buaya milik sebuah keluarga Tionghoa. Penangkaran buaya ini sudah ada sejak tahun 1959 dan masih tetap dikelola secara turun temurun hingga sekarang. Penangkaran ini adalah properti pribadi namun mereka memberikan kesempatan bagi siapapun yang ingin melihat buaya-buaya peliharaan mereka, dengan hanya membayar tiket 15 ribu rupiah perorang.
Di dalam kompleks penangkaran ini, terdapat sekitar sepuluh kolam dari batu yang dibuat berdinding lumayam tinggi (setinggi dada orang dewasa) yang di dalamnya terdapat berbagai buaya yang dikelompokkan berdasarkan usianya. Di pintu masuk, yang pertama kali terlihat adalah sebuah kolam yang agak besar berisi seekor buaya berusia 34 tahun! Ukurannya besar sekali! Sepertinya perutnya bisa menampung tubuh manusia dewasa dalam keadaan utuh. Buaya ini sepertinya adalah buaya tertua disana. Lebih banyak berbaring diam sambil sesekali membuka matanya yang besar dan kuning itu dengan bermalas-malasan. Aku memang baru sekali ini melihat buaya secara langsung. Sepuluh tahun lebih aku tinggal di kota ini, belum pernah sekalipun aku mengunjungi lokasi penangkaran ini. Jadi, aku agak ngeri juga melihat buaya sebesar itu dalam jarak dekat.
Di dalam kompleks penangkaran ini, terdapat sekitar sepuluh kolam dari batu yang dibuat berdinding lumayam tinggi (setinggi dada orang dewasa) yang di dalamnya terdapat berbagai buaya yang dikelompokkan berdasarkan usianya. Di pintu masuk, yang pertama kali terlihat adalah sebuah kolam yang agak besar berisi seekor buaya berusia 34 tahun! Ukurannya besar sekali! Sepertinya perutnya bisa menampung tubuh manusia dewasa dalam keadaan utuh. Buaya ini sepertinya adalah buaya tertua disana. Lebih banyak berbaring diam sambil sesekali membuka matanya yang besar dan kuning itu dengan bermalas-malasan. Aku memang baru sekali ini melihat buaya secara langsung. Sepuluh tahun lebih aku tinggal di kota ini, belum pernah sekalipun aku mengunjungi lokasi penangkaran ini. Jadi, aku agak ngeri juga melihat buaya sebesar itu dalam jarak dekat.
Kolam-kolam yang lain berisi sekitar 10-15 ekor buaya. Ketika kami datang sekitar pukul 10 pagi, buaya-buaya itu berjemur sambil menumpukkan diri satu dengan yang lainnya. Beberapa diantara mereka menutup mata, namun tidak sedikit juga yang membuka mata dan memandang pengunjung yang dengan mata kuning mereka. Mereka tidak perlu bergerak untuk mengintimidasi korbannya. Benar-benar predator sejati.
Di penangkaran ini juga disediakan kolam rawa buatan, tempat beberapa buaya dewasa. Menurut papan keterangan yang tertempel di pohon, salah satu buaya disana ada yang berumur 50 tahun! Tapi karena kebanyakan buaya-buaya di kolam rawa ini lebih senang merendam diri sampai sebatas kepala, jadi kami tidak bisa menebak, yang mana yang berumur 50 tahun. Yang pasti, ukurannya akan jauh lebih besar daripada yang berumur 34 tahun tadi ya.
Seorang pawang buaya membersihkan anak-anak buaya dengan panjang seperti lengan orang dewasa, di dalam beberapa ember bulat, dengan menggunakan cairan seperti sabun. Dan anak-anak buaya ini memang lumayan kotor. Jadi air bekas ’mandinya’ juga benar-benar kotor!
Sementara buaya-buaya yang sudah besar, tidak dibersihkan secara manual. Cukup dengan mengalirkan air menggunakan pipa-pipa sedang ke setiap kolam, maka aliran air yang baru akan mendorong air kotor ke parit pembuangan.
Sayangnya, kami tidak bisa melihat ketika buaya-buaya itu diberi makan. Jadwal makannya sekitar pukul 16.30 Wib setiap harinya, sementara kami datang jam 9 pagi. Jadi, cuma bisa melihat proses pembersihan mereka saja.
Di penangkaran ini juga disediakan kolam rawa buatan, tempat beberapa buaya dewasa. Menurut papan keterangan yang tertempel di pohon, salah satu buaya disana ada yang berumur 50 tahun! Tapi karena kebanyakan buaya-buaya di kolam rawa ini lebih senang merendam diri sampai sebatas kepala, jadi kami tidak bisa menebak, yang mana yang berumur 50 tahun. Yang pasti, ukurannya akan jauh lebih besar daripada yang berumur 34 tahun tadi ya.
Seorang pawang buaya membersihkan anak-anak buaya dengan panjang seperti lengan orang dewasa, di dalam beberapa ember bulat, dengan menggunakan cairan seperti sabun. Dan anak-anak buaya ini memang lumayan kotor. Jadi air bekas ’mandinya’ juga benar-benar kotor!
Sementara buaya-buaya yang sudah besar, tidak dibersihkan secara manual. Cukup dengan mengalirkan air menggunakan pipa-pipa sedang ke setiap kolam, maka aliran air yang baru akan mendorong air kotor ke parit pembuangan.
Sayangnya, kami tidak bisa melihat ketika buaya-buaya itu diberi makan. Jadwal makannya sekitar pukul 16.30 Wib setiap harinya, sementara kami datang jam 9 pagi. Jadi, cuma bisa melihat proses pembersihan mereka saja.