Friday, April 9, 2010

Hentikan Tayangan Balita Merokok

Rinto dari Subang dan Galih dari Sukabumi, Jabar mendadak jadi beken dan jadi perbincangan dimana-mana. Orang tua mereka dengan bangga dan penuh senyum memamerkan anak balitanya itu di televisi, untuk menunjukkan “prestasi” unik yang dimiliki anaknya. Apakah itu? Juara olimpiade matematika? Bukan! Atau, juara pidato bahasa Inggris? Bukan juga. Atau bisa berbahasa asing dalam usia yang sangat muda, mungkin? Bukan juga. Yang ini lebih “unik” lagi. Anak-anak imut-imut ini memiliki hobi yang amit-amit. Yaitu, keduanya sangat ahli MEROKOK!
Aku heran melihat orang-orang dewasa di sekitarnya malah tertawa (seakan bangga) ketika melihat Rinto dan Galih mempertontonkan keahliannya merokok, layaknya orang dewasa. Bahkan ada seorang ibu yang terang-terangan menyalakan korek api untuk menghidupkan rokoknya. Lalu si anak akan berdiri selayaknya jagoan, dengan kaki terentang dan tangan terlipat. Asap rokok mengepul-ngepul dari mulutnya. Mengingatkanku pada tingkah polah preman pasar! Akan jadi itukah anak-anak ini di masa dewasanya kelak?

Bukankah seharusnya orang tuanya merasa malu dengan kelakuan anak-anaknya itu? Dan bukannya menunjukkan dengan bangga kepada orang-orang di seluruh Indonesia? Anak seperti itu harusnya diberi pengarahan dan dibantu untuk lepas dari kebiasaan yang orang dewasa saja berusaha untuk menghindarinya itu. Aneh bin ajaib!

Keluarga Rinto dan Galih dinyatakan sebagai keluarga yang kurang mampu dan memang terlihat jelas dari kondisi hidup mereka. Tapi, kok mereka mampu membeli rokok ya? Apalagi anak-anak itu bisa menghabiskan 1-2 bungkus rokok perharinya. Katakanlah mereka menghisap rokok yang murah seharga 5000 rupiah. Dalam sebulan saja, mereka harus “membakar” uang sebanyak 150 ribu untuk sebungkus rokok perharinya. Kalau bisa membuang uang sebanyak itu untuk rokok, nggak usah cerita jadi keluarga kurang mampu lah! Kalau keluarga kurang mampu, uang sebanyak itu bisa dipergunakan untuk membeli beras atau biaya sekolah.

Ada pendapat kalau latar belakang kemiskinan dan kurangnya pendidikan orang tuanya lah yang mengakibatkan “fenomena” ini terjadi. Orang tuanya “tidak tahu” kalau yang mereka anggap sebuah kebanggaan itu sebenarnya adalah AIB!
Tapi menurutku, media lah disini yang menjadi biang keroknya. Untuk apa meliput kelakuan buruk seperti itu di televisi, kalau tidak ada tujuan dan jalan keluarnya? Kalau pelaku korupsi yang diberitakan, itu karena menyangkut hajat hidup orang banyak, dan rakyat berhak mengetahui proses hukumnya. Sekaligus untuk memberi efek jera bagi pelakunya, karena malu.

Nah, kalau balita yang merokok, untuk apa diberitakan coba? Jangan-jangan pemberitaan ini malah “memancing” balita-balita lain yang kebetulan menonton untuk ikut mencoba-coba menghisap rokok. Kan hebat, jadi bisa masuk tv. Dan orangtuanya malah jadi bangga karena anaknya “masuk tv” karena sudah bisa merokok di usia dini. Makanya dia masih bisa mempertontonkan barisan gigi di senyum lebarnya itu di depan kamera.
BERHENTILAH MENAYANGKAN BERITA BALITA MEROKOK INI DI TELEVISI! 
Jangan biarkan mereka menjadi topik pembicaraan dan menjadi “orang terkenal” sehingga berpotensi untuk mempengaruhi orang lain agar menirunya. Televisi punya pengaruh yang sangat besar. Berita ini malah lebih “aib” daripada berita koruptor, sehingga tidak layak diberitakan. Karena yang menjadi topiknya adalah anak-anak yang bakal memimpin bangsa ini di masa depan. Anak-anak seperti inikah yang akan memimpin negara ini kelak? Ampun DJ!!!

9 comments:

  1. Televisi juga nih kalau menayangkan todak berfikir panjang. aku sampai takut lihat berita karena takut ditonton Pascal

    ReplyDelete
  2. salam sobat...
    setuju... memang sewajarnya tayangan tersebut dihentikan.
    saya juga terbaca berita ini, cuma heran kenapa yang ada pihak senang sekali menayangkannya. malah di youtube pun ada.

    semoga tidak mendatang pengaruh buat anak-anak yang melihatnya
    terima kasih Risma,

    ReplyDelete
  3. seekor ketam/kepiting selalu mengajari anaknya berjalan lurus kedepan, walau dia sendiri berjalan menyamping...apakah kita kalah dengan kepiting...benar ramalan Joyoboyo (sastrawan jawa abad ke-18) mengatakan "nanti pada suatu masa...Barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci."

    ReplyDelete
  4. Benar Risma.... saya juga miris lihat berita ini di teve. Kadang disensor, tapi lebih seringnya sih diekspos...
    Ini bukan prestasi, jangan diekspos dong...

    ReplyDelete
  5. mengeksploitasi keunikan incl. berita2 buruk biasanya memang menguntungkan dari sisi komersil. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian dari pihak2 terkait.

    ReplyDelete
  6. Jijik banget ngeliat gini, jadi pengen marah sendiri, kok ada orang tua kayak gitu. Orang" sekitarnya juga. Malu"in bangsa sendiri begini pake acara diekspos sana sini.

    ReplyDelete
  7. Itulah media (dlm hal ini elektronik). Bagi mereka, berita dan hiburan berarti duit.
    Mungkin mereka lupa untuk bersikap bijak, bahwa apapun yg diberitakan, anak2 akan menyerapnya ke dalam pikiran. Jadi, kebobrokan moral anak2 kita, sekian persen merupakan hasil perbuatan mereka.

    Btw, thanks ya, Ris, udah pasang link saya di femalestuss. Tapi ngga usah manggil saya mbak. Kita sama, koq, dari Sumut juga. Horas! :)

    ReplyDelete
  8. hmmm...
    gmana klo bnyak ank kcil yg juga ikutan kyk gtu.
    skg aja sudah bnyk ank sd merokok.
    orang tua dan lingkungan sekitar sangat berperan penting.

    ReplyDelete
  9. Setuju Mbak, memprihatinkan memang karena media kadang hanya mementingkan rating yg tinggi tanpa memikirkan efek buruk dari berita yg ditayangkan. Mungkin maksud menayangkan berita itu agar Pemerintah setempat atau Dinas kesehatan lebih memperhatikan masyarakatnya, tetapi efek buruk dari tayangan itu jauh lebih besar dari manfaatnya.

    Saya juga tidak setuju dgn penayangan berita2 investigasi yg dengan gamblang mengajarkan cara membuat makanan yg dicampur pewarna sintetis/pengawet mayat, dll, karena penjelasan yg terlalu detil justru mengajarkan masyarakat yg tidak tau jadi tau dan mau meniru demi uang.

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff