Monday, November 16, 2009

Ayo ke Museum Sumatera Utara

Setelah minggu kemarin jalan-jalan ke Istana Maimoon, kemarin Asha melanjutkan jalan-jalannya ke Museum Sumatera Utara di Jl. HM Joni Medan. Aku juga baru sekali ini kesini dan penasaran, seperti apa keadaannya didalam. Apakah akan sesuram yang kubayangkan? Ternyata tidak. Museumnya terlihat modern dan sangat menarik.

Ada banyak hal yang ditunjukkan di museum ini. Mulai dari batu ukiran berbentuk singa yang berasal dari abad ke 19 sampai ke diorama perang zaman Belanda dulu tersedia disini. Waktu kami datang, museum ini dipenuhi anak-anak kecil dan remaja. Meskipun tujuan mereka tidak terlalu jelas. Karena kebanyakan yang datang hanya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di tangga sambil ngobrol dengan temannya.

Tapi, selain banyaknya materi sejarah yang ditunjukkan disini, kentara sekali kalau museum ini tidak dilengkapi dengan penjaga yang memadai. Tidak terlihat penjaga yang mengawasi baik di lantai dasar ataupun di lantai dua. Akibatnya, banyak sekali coretan-coretan yang dilakukan tangan-tangan iseng disana. Tak hanya di dinding saja, tapi juga di patung diorama yang kebetulan tidak tertutup kaca. Aduh, jelek sekali kelihatannya. Masa’ barang-barang museum dipenuhi coretan-coretan seperti itu?

Yang pertama sekali kami lihat adalah patung singa yang terbuat dari batu. Patung ini dibuat pada abad ke-19 dan ditemukan di daerah Padang Bolak.

Disini juga bisa dilihat diorama-diorama menarik yang menggambarkan kehidupan manusia prasejarah.

Bahkan ada kumpulan fosil mamoth dan harimau Sumatera.

Di sebuah area khusus terdapat diorama yang menggambarkan suasana perang melawan penjajah dulu. Tapi kami lebih tertarik melihat mesin tik kuno yang terbuat dari besi ini.

Dan ada beberapa lembar uang kuno yang sudah sulit ditemukan sekarang ini. Tak lupa, Asha juga menyempatkan diri berfoto di depan mariam tomong yang keseluruhannya terbuat dari besi.

Ada juga beberapa proyektil peluru dan koleksi senjata-senjata jaman perang dulu.

Di area perkebunan, terdapat foto-foto yang menujukkan suasana perekrutan kuli-kuli bangunan oleh Belanda dulu, untuk dipekerjakan di perkebunan di Medan. Kebanyakan kuli-kuli ini adalah etnis China yang didatangkan ke Indonesia. Semua ini mengingatkan kembali, bagaimana kemerdekaan ini telah susah payah diperjuangkan. Agar bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain di dunia ini. Jadi, kejadian dimana meneer-meneer Belanda yang berpakaian jas necis berjalan dengan pongahnya, diikuti oleh seorang penduduk pribumi yang tanpa alas kaki sambil membawa payung besar untuk menaungi majikannya (seperti yang ditunjukkan di foto itu) tidak akan terjadi lagi pada generasi masa kini. Foto-foto itu sungguh membuka pikiran.

Di bagian benda-benda prasejarah juga bisa ditemukan replika berbagai jenis sarkofagus atau peti mati dari tanah Batak.

Hampir semuanya terbuat dari batu raksasa, yang tidak memungkinkan untuk diangkut. Kecuali sarkofagus dari Nias yang terbuat dari kayu besar.

Tapi masih bisa dilihat, karena museum menyediakan replikanya. Juga ada banyak pustaha Batak, atau surat-surat kuno yang masih ditulis di atas kulit kayu lengkap dengan aksara bataknya.

Secara keseluruhan, museum ini sangat menarik dan lengkap. Anak-anak sekolah juga banyak yang mengunjungi museum ini karena ditugaskan dari sekolah. Pastinya akan lebih menyenangkan belajar sejarah dengan melihat langsung, daripada hanya terpaku pada buku pelajaran saja kan? Jadi, lihat langsung pasti lebih asyik. Ayo ke museum..

4 comments:

  1. Mba, anaknya lucu hehe..
    Wah kapan2 kalo aku ke medan mba jadi guide aku yaa hehe :)

    ReplyDelete
  2. Risma,

    Jadi museum ini mengkhususkan diri di bidang apa tho? Budaya, arkeologi? Sejarah? Bingung juga, soalnya yang dipamer bermacam dari fosil hingga uang kuno :D

    Tapi gak papa....ini cara yang baik memupuk rasa cinta pada kekayaan budaya (dan museum) pada anak2. Saya ingat sewaktu kecil sering diajak orang tua jalan-jalan ke berbagai museum di Jakarta. Sudah besar (atau tua ya? hehe) sekarang saya betah berlama-lama di museum. Tugas saya....menularkan hobi ini ke Aqila. Tidak mau kalah dengan Asya dong? :P

    ReplyDelete
  3. Wah, udah lama sekali ga main ke museum sumut. Hampir 8 tahun yang lalu. Untunglah dengan artikel ini saya jd tahu perkembangan terbaru. Mantap :)

    ReplyDelete
  4. Selamat pagi Risma Hutabarat.
    Begitulah kondisi museum di negara kita. Koleksinya sebenarnya bagus, tapi pengelolaannya belum bagus. Masih amatiran. Juga belum ada gerakan untuk mencintai museum.

    Di Surabaya juga ada museum kayak di Medan ini, namanya Museum Mpu Tantular, yang koleksinya dahsyat banget. Tapi saya amati pengunjung sangat sedikit, hampir tak ada, selain rombongan anak-anak sekolah yang dikerahkan gurunya. Padahal gratis.

    Puji Tuhan, Risma sudah memperkenalkan museum sejak dini kepada Asha. Moga-moga ditiru oleh yang lain.

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff