Thursday, October 1, 2009

Major Overhaul

Aku bisa menuliskan banyak alasan kenapa aku benci istilah yang satu ini. Untuk kawan-kawan yang sudah akrab dengan byar-prett nya Perusahaan Lilin Negara alias PLN, pasti sudah mengerti apa arti istilah ini. Ini adalah alasan utama yang selalu digembar-gemborkan PLN ketika harus melakukan pemadaman listrik. Ada perbaikan.

Kemarin, aku mengalaminya sendiri dan benar-benar mengesalkan. Mula-mula, listik padam tepat pada jam 8 pagi sampai jam 12 siang. 4 jam. Sialan! Tapi, ya sudahlah. Karena begitu listrik menyala lagi jam 12 siang, kekesalan hati masih bisa terlupakan. Tapi kemudian, listrik padam lagi dari jam 3 sore sampai jam 4 sore, bertepatan dengan mendung tebal yang menggelayut di langit mendung dan petir yang mulai menggerutu. Aku sudah mulai naik darah. Ini maksudnya apa sih? Baru byar, sudah prett lagi..

Dan yang paling menambah emosi adalah waktu PLN kembali padam jam 11 malam sampai jam setengah 3 subuh. Ini benar-benar gila!! Asha berulang kali terbangun dan menangis rewel karena gerah. Tentu saja gerah, AC tidak menyala, padahal jendela sudah dibuka. Tetap saja, malam itu terasa gerah. Ditambah lagi dia sering terkaget-kaget dengan suasana kamar yang jadi temaram. Memang kami punya ”emergency lamp”, tapi keburu padam sebelum listrik yang budiman byar. Akhirnya kami terpaksa menggunakan lilin. Tapi, Asha tidak terlalu terbiasa dengan suasana temaram seperti itu. Dia biasa tidur dengan lampu terang benderang. Bayangkan repotnya menjelaskan hal seperti ini pada anak umur dua tahun.

Sekali-sekali aku terpaksa memaksakan tanganku bergerak mengipasinya dengan majalah bekas, walaupun mata rasanya beraaat sekali. Akhirnya dia tertidur dan aku bisa beristirahat sebentar. Karena sesudahnya dia akan terbangun dan rewel lagi. Akhirnya listrik sialan itu menyala lagi jam setengah 3 subuh dan AC pun bisa bekerja lagi mengeringkan keringat yang sudah memenuhi jidat si Asha. Sambil mengantuk aku hanya bisa bersyukur sekaligus menggerutu panjang pendek.

Herannya, PLN bisa mempertahankan listrik agar tetap menyala sepanjang bulan Ramadhan lalu. Tapi begitu Lebaran usai, alasan major overhaul ini pun kembali digaungkan. Sama seperti waktu musim sepak bola piala dunia dulu, listrik juga adem-adem saja. Tapi begitu acaranya selesai, PLN kembali sibuk dengan overhaulnya. Mencurigakan.

Aku sempat membaca sebuah surat pembaca di majalah Tempo, yang dikirim oleh salah seorang yang juga merasa kesal dengan kebiasaan byar prett ini. Dia mengangkat wacana tentang kemungkinan dibukanya kesempatan bagi pihak swasta untuk mengelola listrik. Dan menurutku, ini wacana yang sangat menarik. Memang betul, keberadaan pesaing akan membuat pihak lain bekerja keras untuk memberikan pelayanan yang terbaik, kalau tidak mau konsumennya direbut oleh kompetitor. Kalau seandainya ada pihak swasta yang juga diizinkan mengelola pengaturan listrik, dan bisa menjamin tidak adanya pemadaman yang meresahkan dan merugikan warga, pasti akan dibanjiri konsumen. Meskipun mungkin harganya sedikit lebih mahal. Tapi aku yakin, warga tidak keberatan membayar sedikit lebih mahal, asalkan ada jaminan tidak adanya pemadaman listrik.

Persaingan seperti ini sebenarnya tidak akan merugikan PLN, karena sebagai badan milik negara, dia masih memiliki posisi tawar yang lebih besar dan tetap bisa menarik konsumen dengan harga yang lebih murah dari pihak swasta. Tapi PLN harus mencari cara agar harga yang lebih murah itu juga diimbangi dengan kualitas pelayanan yang memadai. Kalau harganya murah dan pelayanannya baik, PLN tidak perlu takut kehilangan pelanggan. Tapi kalau harganya murah dan bolak-balik overhaul, maka hampir bisa dipastikan, mayoritas pelanggannya akan melarikan diri. Apalagi kalau kondisi ini semakin parah dengan munculnya kemungkinan yang terakhir. Dimana tarif dinaikkan tapi tetap juga byar prett. Waaahhhh...pelan tapi pasti, PLN bisa mati berdiri.

Memang, segala yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk PAM dan PLN dikuasai oleh negara, untuk mencegah monopoli dari pasar. Tapi hukum ini tidak menghilangkan kewajiban negara untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap warganya yang membutuhkan fasilitas itu. Kalau memang ternyata, keberadaan pihak swasta akan bisa menggenjot kinerja badan usaha milik negara, kenapa tidak dicoba?

2 comments:

  1. ternyata disana kena juga ya mbak? soalnya dirumah palembang juga dimatiin tuh. mana panasnya minta ampun pula!

    ReplyDelete
  2. Sama nih Iban..sulit untuk menggambarkannya. Emosi,kesal,amarah,senyum, bersatupadu jika Lilin negara ini padam.Saya tidak tahu apakah mereka jujur dengan overhaul-nya..ahh..susah..susah.
    oh ya ini baru bisa komen,intrnetku dah normal:)

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff