Tuesday, October 20, 2009

Acara Musik Jam Sekolah

Sebenarnya ini termasuk hal yang sudah lama jadi perhatianku, tapi selalu terlupakan untuk ditulis disini. Apa itu? Tentang acara musik yang ditayangkan live secara rutin di beberapa stasiun televisi setiap paginya. Memang acaranya lumayan baguslah. Meskipun kebanyakan diantara yang muncul itu bermain lipsync, tapi enak juga rasanya beraktivitas pagi-pagi sambil diselingi lagu-lagu terbaru.

Yang menjadi perhatianku adalah penonton yang hadir di acara itu. Itu kan disiarkan live setiap harinya. Biasanya mengambil tempat di pusat-pusat perbelanjaan yang ramai. Acara sudah dimulai pada pukul 7 setiap paginya dan penontonnya membludak. Dari anak-anak, remaja tanggung, sampai orang-orang dewasa berdiri bergerombol mengelilingi panggung tempat penyanyi-penyanyi itu akan beraksi. Semuanya histeris dan sibuk memotret dengan ponselnya.

Pertanyaannya: apa mereka tidak memiliki kegiatan yang harus dilakukan di pagi hari? Yang anak-anak dan remaja tidak sekolah? Yang sudah dewasa tidak bekerja? Apa semua remaja yang hadir disitu adalah anak-anak putus sekolah? Apa semua orang dewasa yang hadir disitu pengangguran? Kalau misalnya bukan, jadi kenapa mereka bisa punya waktu untuk hadir di acara-acara musik di pagi hari seperti itu? Berarti mereka bolos kan?

Kalau misalnya, ada diantara penonton remaja itu yang sebenarnya minta izin berangkat ke sekolah pada orang tuanya. Tapi di dalam tasnya dia sudah mempersiapkan baju ganti yang modis, dan di tengah perjalanan dia berbelok ke lokasi acara musik ini berada. Kira-kira bagaimana tanggapan orangtuanya ketika melihat anaknya yang seharusnya berada di sekolah pagi itu, ternyata tampil secara ”close up” di televisi sedang menyanyikan sebuah lagu bersama penonton yang lain? Benar-benar bukan contoh yang bagus. Apalagi biasanya remaja tidak mau bolos sendirian toh? Dia pasti mengajak serta kawan-kawannya yang lain.

Sebenarnya aku sudah lumayan sering menemukan tulisan-tulisan pembaca ataupun komentar-komentar yang menyoroti masalah ini. Karena acara musik ini sendiri bisa dibilang sudah cukup lama. Keluhan yang muncul biasanya selalu berkaitan dengan jam tayang acara itu sendiri. Orang-orang tua khawatir anak-anak mereka yang melihat acara itu juga akan tertarik untuk bergabung. Toh, ada banyak anak-anak sekolah lainnya yang mereka jumpai disana kan? Apalagi, stasiun televisi yang mengadakan program seperti ini bukan hanya satu. Sehingga ada banyak pilihan untuk didatangi.

Wajar saja kalau pembuat acara menjadikan keramaian penonton sebagai indikasi keberhasilan acara. Tak ada yang salah dengan itu. Tapi, menurutku mereka juga harus memperhitungkan latar belakang penontonnya. Sudah jelas-jelas mereka menyasar anak-anak remaja usia sekolahan untuk acara musik ini, lalu mengapa mereka masih memutuskan untuk menayangkannya pada jam sekolah? Kan bisa saja mereka menampilkan acara live itu di sore hari, ketika jam sekolah berakhir. Kalaupun mereka mau menampilkannya live di pagi hari, lakukanlah di hari libur sekolah. Seperti itu rasanya lebih pantas. Namun, kalau kesulitan untuk memindahkan jam tayang ke sore hari dan harus tetap di pagi hari, jangan dilakukan secara live. Masih banyak pilihan sebenarnya.

Remaja memang sangat menggandrungi acara musik seperti ini, apalagi yang gratisan. Dan akan cukup sulit untuk mengawasi mereka agar tidak membolos untuk bisa menonton acara musik itu. Tinggal harapan kepada pemilik acara, agar menyesuaikan jam tayangnya dengan lebih bijaksana. Kalau memang menyasar kaum pelajar, janganlah pancing mereka meninggalkan kewajibannya untuk bersenang-senang. Musik memang perlu, tapi belajar tetap lebih utama.

5 comments:

  1. Hmm..betul juga ya mbak.salut dengan mbak risma karena bisa kritis memikirkan masalah ini. Henny juga sering nonton pagi-pagi,sebelum berangkat kerja. Kayaknya acara seperti ini perlu jadi sorotan,atau kalau perlu kirim kritik dan saran ke pihak manajemen acara tersebut.

    ReplyDelete
  2. Mbak Risma, tiap orang tua punya pilihan. Membiarkan anak mereka mbolos untuk menonton syuting musik, atau memastikan anak-anak mereka tetap masuk sekolah. Sekarang tinggal urusannya, mau pilih yang mana?

    ReplyDelete
  3. barangkali mereka sekolah siang, mbak ... semoga saja begitu.
    Sedih rasanya kalo ternyata mereka lebih memilih bolos daripada masuk sekolah.

    ReplyDelete
  4. *tersenyum*
    iya benar mba, kadang saya jug suka ikutan bingung lihat anak sekolah sekarang. Berduyun-duyun pergi ke tempat hiburan (misal : acara musik)tpi ke tempat-tempat yang sangat bermanfaat (mis:perpustakaan)pasti sagat jarang dikunjungi.

    ReplyDelete
  5. Hehehe...

    Remaja-remaja yang nonton itu justru sedang BEKERJA. Mereka dikerahkan oleh beberapa agen khusus untuk memeriahkan acara di TV. Kalau diperhatikan baik-baik, penonton-penonton yang sama itu sering pindah-pindah TV untuk cari uang. Sebagai suporter.

    Dus, kesannya ramai, meriah, antusias, artisnya senang. Ini industri, Bung! Semua itu akal-akalan belaka untuk menipu konsumen. Acara di televisi itu hampir tidak ada yang alamiah, apa adanya, kecuali film FLORA DAN FAUNA.

    Maka, jangan heran, lawakan yang tidak lucu pun orang ketawa terbahak-bahak. Wong, penonton dibayar untuk tertawa!

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff