Tak habis pikir aku! Apa sebenarnya tujuan merekam hubungan intim suami istri ya? Itu kan suatu hal yang sifatnya sangat pribadi dan hanya perlu diketahui oleh suami istri itu sendiri. Tak perlu direkam pun, keduanya pasti sudah mengetahui setiap detilnya. Lantas, kenapa masih tetap perlu direkam ya?
Ada yang pernah memberi alasan: “untuk dokumentasi pribadi”. Nah loh, untuk apa juga hal seperti itu didokumentasikan? Sedangkan orang yang mencuri saja berusaha sebisa mungkin untuk menutupi jejaknya dan menghapus dokumentasi apapun. Lah, ini hal yang paling pribadi sekali malah dibuat dokumentasinya. Aya naon?
Ada yang pernah memberi alasan: “untuk dokumentasi pribadi”. Nah loh, untuk apa juga hal seperti itu didokumentasikan? Sedangkan orang yang mencuri saja berusaha sebisa mungkin untuk menutupi jejaknya dan menghapus dokumentasi apapun. Lah, ini hal yang paling pribadi sekali malah dibuat dokumentasinya. Aya naon?
Banyak yang beranggapan kalau dokumentasi apapun bisa dihapus begitu pemiliknya tidak menginginkannya lagi. Tapi, jangan salah dulu. Perangkat modern zaman sekarang ini (seperti ponsel, kamera, handycam) sudah cukup canggih loh. Semua data yang sudah kita hapus bisa dikembalikan dalam hitungan detik saja, oleh seorang ahli. Tak perduli betapa cermatnya kita menghapus data itu sebelumnya. Jadi, tak ada jaminan kalau data yang kita hapus itu benar-benar terhapus. Jadi, kalau tidak yakin, lebih baik jangan didokumentasikan sekalian.
Kembali ke topik tadi dulu. Sedangkan pasangan suami-istri saja pasti merasa malu kalu urusan kamar tidur mereka jadi konsumsi publik. Apalagi yang bukan suami-istri?!?! Amit-amit! Apa ya yang ada dalam pikiran pelaku hubungan haram seperti ini ketika mendokumentasikannya? Khususnya, si perempuan. Apa dia tidak sadar kalau dia sudah menyerahkan harga dirinya yang tersisa ke sebuah kamera atau ponsel ya? Bahwa rekaman itu bisa saja dengan mudah menyebar, serapat apapun dia berusaha menyimpannya?
Dan kalau sudah begini, tak ada lagi yang namanya jalan kembali. Sekali kotoran itu sudah terlempar ke wajah, tak akan pernah bisa terhapus hingga bersih lagi. Baunya pasti tetap tinggal. Apalagi kalau yang menjadi objeknya adalah public figure. Tapi, yah kembali lagi, semua tergantung pada kepribadian pihak-pihak terkait juga ya. Kalau memang tipe manusianya adalah tipe yang tidak punya rasa malu, dia pasti akan cuek bebek dan mengabaikan komentar orang. Tapi, kalau dia masih memiliki kesadaran (hati nurani), pasti rasa malunya sudah tak tertahankan lagi.
Sebuah pengalaman pahit yang benar-benar bisa diambil hikmahnya, khususnya oleh mereka-mereka yang bukan sebagai objek penderita. Agar memikirkan matang-matang, sebelum merekam aktivitas apapun yang bisa menimbulkan aib di kemudian hari. Biarlah urusan kamar hanya disimpan di dalam kamar. Toh masih banyak hal lain yang bisa didokumentasikan, seperti liburan keluarga atau acara hebohnya acara nonton bareng piala dunia. Betul tak?
Kembali ke topik tadi dulu. Sedangkan pasangan suami-istri saja pasti merasa malu kalu urusan kamar tidur mereka jadi konsumsi publik. Apalagi yang bukan suami-istri?!?! Amit-amit! Apa ya yang ada dalam pikiran pelaku hubungan haram seperti ini ketika mendokumentasikannya? Khususnya, si perempuan. Apa dia tidak sadar kalau dia sudah menyerahkan harga dirinya yang tersisa ke sebuah kamera atau ponsel ya? Bahwa rekaman itu bisa saja dengan mudah menyebar, serapat apapun dia berusaha menyimpannya?
Dan kalau sudah begini, tak ada lagi yang namanya jalan kembali. Sekali kotoran itu sudah terlempar ke wajah, tak akan pernah bisa terhapus hingga bersih lagi. Baunya pasti tetap tinggal. Apalagi kalau yang menjadi objeknya adalah public figure. Tapi, yah kembali lagi, semua tergantung pada kepribadian pihak-pihak terkait juga ya. Kalau memang tipe manusianya adalah tipe yang tidak punya rasa malu, dia pasti akan cuek bebek dan mengabaikan komentar orang. Tapi, kalau dia masih memiliki kesadaran (hati nurani), pasti rasa malunya sudah tak tertahankan lagi.
Sebuah pengalaman pahit yang benar-benar bisa diambil hikmahnya, khususnya oleh mereka-mereka yang bukan sebagai objek penderita. Agar memikirkan matang-matang, sebelum merekam aktivitas apapun yang bisa menimbulkan aib di kemudian hari. Biarlah urusan kamar hanya disimpan di dalam kamar. Toh masih banyak hal lain yang bisa didokumentasikan, seperti liburan keluarga atau acara hebohnya acara nonton bareng piala dunia. Betul tak?
kaya nya di semua agama, untuk urusan kamar harus di sembunyikan bukan
ReplyDeleteSaya lebih memilih mendokumentasikan pemandangan kemiskinan yang ada didepan mata mba,hehe. Biar dijadikan bukti konkret kalo keluarga kita masih banyak yang miskin.
ReplyDelete1000% setuju Mbak...
ReplyDeleteMenurut saya kalo untuk kasus ini tidak ada tindakan pemberian hukuman yang tegas, atau malah pada akhirnya si pelaku2 ini seperti dijadikan "pahlawan", khawatirnya masyarakat akan menganggap ini sebagai sesuatu yg wajar. Berzinah, berselingkuh, dan merekam perzinahan mereka, bukan sesuatu yg tidak mungkin akan semakin banyak video2 serupa merebak di masyarakat.
satu, untunglah aku bukan seleb, jadi kalopun ada rekaman pribadi yg 'bocor' keluar, ga ada yang peduli...hehe
ReplyDeletekedua, kira2 berapa banyak sebenarnya video si AP itu? benar ga ada sampe 23? hahahaha
btw, yg bikin kesel, si AP, LM dan CT itu, tetap tidak mengaku kalo yg ada dalam video itu mereka ya...apalagi pengacaranya, OC...sampe sekarang tetap bilang itu mirip...gendeng..
*pesen ini dari yg mirip Budiawan Hutasoit*
Saya termasuk yang nggak kober (sempat) kalau sampai harus ngerekam beginian dengan istri saya. Mana sempat? Atau dengan alasan lain apapun itu. Biasanya ya saya langsung tancap gas saja. He....He.... Tak semapat sampai kepikiran iseng begini pakai ngerekam-ngerekam segala.
ReplyDeleteNasi sudah menjadi bubur. Sekarang mereka tinggal menuai dosa yang mereka perbuat. Sekarang baru hukuman sosial yang diterima dari masyarakat. Nanti di kehidupan akan datang justru yang malah lebih berat. Semoga mereka mau bertobat, mengakui kesalahannya dan mau meminta maaf kepada publik sehingga tidak terus berlarut-larut seperti sekarang ini.
Salam Risma,
ReplyDeletesegar sekali pandangan ini, sepertinya kita sering sependapat.
saya berasa aneh sekali, hal yg begitu tolol dijadikan 'trend' bagi generasi sekarang. seolah-olah ada yg berlomba-lomba bikin koleksi peribadi...
selamat istirahat diakhir pekan.