Sudah tiga minggu lebih kami menjadi warga tidak tetap di kota Palembang, tempat Jembatan AMPERA yang megah itu berada. Sejauh ini, yang kurasakan, aku masih merasa betah. Yang pasti, alasan terbesarnya adalah karena kami bertiga (suami, anak dan aku sendiri) bisa ngumpul bersama. Sehingga, meskipun jauh dari kampung halaman, rasanya tidak terlalu sedihlah.
Menurutku, hanya perlu beberapa hal yang sifatnya sederhana saja, untuk bisa membuatku merasa betah dan nyaman tinggal di sebuah lingkungan baru. Alasan-alasan tambahan, diluar alasan karena bisa ngumpul bareng keluarga tentunya ya. Tentunya kan nggak cukup dengan itu saja. Ada hal lain yang mendukung nyaman atau tidaknya tinggal di kampung orang. Hehehe..
Alasan utama berikutnya yang bisa membuatku betah adalah: sinyal yang bagus untuk wireless internetku. Maklum, aku bukan jenis orang yang suka jalan kesana-kemari hanya berdua dengan anakku. Makanya, waktu untuk keluar rumah bagi kami adalah di akhir pekan, ketika suami memang sedang tidak masuk kantor. Kalau untuk jalan-jalan berdua saja dengan Asha, ah kurang sreg ah. Akibatnya, waktuku dari senin sampai jumat itu terpakai di depan laptop. Ngapain aja? Banyak! Yang pasti, ngerjain job review dan tak lupa merawat game-game kesayanganku di Facebook. Hohoho.. Tak ketinggalan, blogwalking dan update blog juga, biar PR nggak anjlok.
Alasan yang kedua adalah: kondisi tempat tinggal yang nyaman dan AMAN. Nggak terbayang rasanya kalau harus selalu merasa deg-degan karena tinggal di daerah yang “katanya” rawan kriminal. Atau daerah yang rawan banjir. Aduuhh…gimana mau betah?!?!
Alasan yang ketiga: gampangnya akses untuk belanja kebutuhan dapur. Kalau bisa sih, tinggalnya dekat pasar tradisional, jadi tidak perlu repot untuk belanja. Aneh juga rasanya kan kalau harus menempuh waktu hampir sejam hanya untuk membeli ikan sekilo beserta bumbu-bumbu dapur lainnya. Kalaupun tidak tinggal dekat pasar tradisional, yah paling tidak ada si abang/mbak tukang jual sayur dan ikan yang selalu keliling kompleks setiap pagi. Lebih bagus lagi kalau kayak tukang sayur langgananku dulu waktu di Medan. Order via SMS, bo’! Ntar malam kita tinggal kirim sms tentang apa saja yang mau kita beli, besok pagi dia datang nganterin semuanya. Lengkap! Oh ya, aku sudah punya langganan tukang sayur SMS juga loh di Palembang sini. Hehehe…
Rasanya, alasan-alasan di atas tidak terlalu berlebihan kan? Aku toh nggak minta rumah besar dan mewah atau supir pribadi. Hahaha.. Dan karena alasan-alasan yang kutulis diatas sudah terpenuhi selama disini, maka dengan tenang aku bisa mengatakan: AKU BETAH DI PALEMBANG, meskipun tidak terlalu mengidolakan empek-empeknya. Aku lebih suka makan bakmi ALOY yang di Dempo.
Menurutku, hanya perlu beberapa hal yang sifatnya sederhana saja, untuk bisa membuatku merasa betah dan nyaman tinggal di sebuah lingkungan baru. Alasan-alasan tambahan, diluar alasan karena bisa ngumpul bareng keluarga tentunya ya. Tentunya kan nggak cukup dengan itu saja. Ada hal lain yang mendukung nyaman atau tidaknya tinggal di kampung orang. Hehehe..
Alasan utama berikutnya yang bisa membuatku betah adalah: sinyal yang bagus untuk wireless internetku. Maklum, aku bukan jenis orang yang suka jalan kesana-kemari hanya berdua dengan anakku. Makanya, waktu untuk keluar rumah bagi kami adalah di akhir pekan, ketika suami memang sedang tidak masuk kantor. Kalau untuk jalan-jalan berdua saja dengan Asha, ah kurang sreg ah. Akibatnya, waktuku dari senin sampai jumat itu terpakai di depan laptop. Ngapain aja? Banyak! Yang pasti, ngerjain job review dan tak lupa merawat game-game kesayanganku di Facebook. Hohoho.. Tak ketinggalan, blogwalking dan update blog juga, biar PR nggak anjlok.
Alasan yang kedua adalah: kondisi tempat tinggal yang nyaman dan AMAN. Nggak terbayang rasanya kalau harus selalu merasa deg-degan karena tinggal di daerah yang “katanya” rawan kriminal. Atau daerah yang rawan banjir. Aduuhh…gimana mau betah?!?!
Alasan yang ketiga: gampangnya akses untuk belanja kebutuhan dapur. Kalau bisa sih, tinggalnya dekat pasar tradisional, jadi tidak perlu repot untuk belanja. Aneh juga rasanya kan kalau harus menempuh waktu hampir sejam hanya untuk membeli ikan sekilo beserta bumbu-bumbu dapur lainnya. Kalaupun tidak tinggal dekat pasar tradisional, yah paling tidak ada si abang/mbak tukang jual sayur dan ikan yang selalu keliling kompleks setiap pagi. Lebih bagus lagi kalau kayak tukang sayur langgananku dulu waktu di Medan. Order via SMS, bo’! Ntar malam kita tinggal kirim sms tentang apa saja yang mau kita beli, besok pagi dia datang nganterin semuanya. Lengkap! Oh ya, aku sudah punya langganan tukang sayur SMS juga loh di Palembang sini. Hehehe…
Rasanya, alasan-alasan di atas tidak terlalu berlebihan kan? Aku toh nggak minta rumah besar dan mewah atau supir pribadi. Hahaha.. Dan karena alasan-alasan yang kutulis diatas sudah terpenuhi selama disini, maka dengan tenang aku bisa mengatakan: AKU BETAH DI PALEMBANG, meskipun tidak terlalu mengidolakan empek-empeknya. Aku lebih suka makan bakmi ALOY yang di Dempo.