Sebenarnya, yang paling utama harus ada di kota tempat kami tinggal itu ada 2 hal. Makanan dan tempat rekreasi keluarga. Makanannya harus gampang di dapat dan harus enak pastinya. Tempat rekreasinya mesti bervariasi dan relatif dekat untuk dikunjungi. Nah, kalau yang dua ini sudah terpenuhi, maka tingkat rasa betah itu bisa mencapai batas maksimum. Hahaha.. Berdasarkan pengalaman pernah tinggal di tiga tempat dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun, rasanya selalu saja ada yang kurang.
Pertama, waktu tinggal di Batam dulu. Awalnya sih bersemangat sekali, apalagi membayangkan kalau Batam itu dikelilingi laut. Pasti menyenangkan. Dan yah, Batam masuk dalam kategori tempat tinggal yang cukup menyenangkan. Makanannya beraneka ragam, meskipun didominasi seafood. Tapi, karena Batam adalah surganya seafood, kekurangan itu bisa tertutupi. Yang paling parah menurutku adalah tidak adanya daun pisang. Jadi, kalau beli makanan dibungkus, jangan harap pakai daun pisang. Umumnya, makanan disana menggunakan Styrofoam dalam berbagai bentuk. Misalnya, kalau untuk bakso, Styrofoam nya berbentuk mangkuk (seperti mangkuk pop mie), demikian juga kalau beli bubur ayam. Solusinya, lebih bagus membawa rantang sendiri dari rumah, jadi makanan tak harus terkontaminasi Styrofoam.
Untuk tempat rekreasi, ini termasuk kategori “miskin”. Karena Batam itu pulau yang dikelilingi laut, otomatis tempat rekreasinya ya hanya laut. Tapi kami sempat menginap di Turi Resort Batam. Tempatnya baguuss sekali.. Biarpun laut itu indah, tapi kalau dilihat setiap saat kan jadi membosankan. Alternatifnya, mau tak mau, ke pusat perbelanjaan lagi. Untuk urusan yang satu ini, Batam memiliki pusat perbelanjaan yang relatif besar dan selalu ramai. Bagi sebagian orang, dikategorikan sebagai surga belanja. Tapi kalau untuk rekreasi keluarga, masih kurang.
Kedua, sekarang lagi tinggal di Palembang. Makanannya lumayan bervariasi dan enak, kecuali pindang-nya. Rasanya kurang cocok dengan lidah Medan-ku. Hahaha…mpek-mpeknya pun aku lebih suka yang mpek-mpek kulit (dan yang pasti tanpa cuka). Tapi untuk rekreasi, kami pusing tujuh keliling.Hahaha..
Mengujungi tepian sungai Musi itu sudah keseringan, sampai bosan. Mau ke rekreasi keluarga, bisa dikatakan tidak ada. Terakhir kami pergi ke Fantasy Island yang lumayan jauh dari pusat kota. Sebenarnya tempatnya lumayan menarik, tapi orangnya seabrek-abrek. Apa mungkin karena inilah tempat rekreasi keluarga yang paling menarik, sehingga semua orang tumplek blek disitu? Entahlah. Tapi kami sudah kehilangan “makna” rekreasinya. Hahaha.. Tapi berhubung si Asha sudah pakai baju renang dari rumah dan kami juga sudah membawa peralatan mandi, ya sudahlah, nyemplung saja sekalian. Tapi kalau untuk datang lagi ke tempat itu, kayaknya nggak dulu lah. Hahaha..
Berbeda dengan di Medan. Jangan tanya soal makanan. Dari makanan kelas pinggir jalan sampai kelas hotel, semuanya mantap. Tempat hiburan keluarga? Paling jauh hanya perjalanan dua jam. Bisa ke gunung, ke laut, atau ke sungai. Kalau mau ke danau, perjalanan memang agak jauh, tapi tetap bisa ditempuh pulang-balik (tidak harus menginap).
Tapi yang paling kami rindukan adalah makanan-makanan seperti masakan Cina, mie balap dan kopi tiamnya. Disini, kalau mau ngopi yang enak, ya ke JCO atau Excelso. Memang ada juga Enhaii yang jual aneka ragam serabi. Tapi, serabi juga kan bikin bosan. Tapi ya sudahlah… Kalau makanannya tidak sesuai selera, ya sudah masak sendiri sajalah. Lebih aman. Hahaha…
Kapan-kapan kalau pulang ke Medan, langsung melarikan diri ke kuetiaw Ateng, pangit Awai dan penyet Surabaya. Karena ketiganya, tidak ditemukan di kota Palembang ini…. Kemudian mengunjungi Pantai Cermin, Berastagi dan Danau Toba. Komplit...
Pertama, waktu tinggal di Batam dulu. Awalnya sih bersemangat sekali, apalagi membayangkan kalau Batam itu dikelilingi laut. Pasti menyenangkan. Dan yah, Batam masuk dalam kategori tempat tinggal yang cukup menyenangkan. Makanannya beraneka ragam, meskipun didominasi seafood. Tapi, karena Batam adalah surganya seafood, kekurangan itu bisa tertutupi. Yang paling parah menurutku adalah tidak adanya daun pisang. Jadi, kalau beli makanan dibungkus, jangan harap pakai daun pisang. Umumnya, makanan disana menggunakan Styrofoam dalam berbagai bentuk. Misalnya, kalau untuk bakso, Styrofoam nya berbentuk mangkuk (seperti mangkuk pop mie), demikian juga kalau beli bubur ayam. Solusinya, lebih bagus membawa rantang sendiri dari rumah, jadi makanan tak harus terkontaminasi Styrofoam.
Untuk tempat rekreasi, ini termasuk kategori “miskin”. Karena Batam itu pulau yang dikelilingi laut, otomatis tempat rekreasinya ya hanya laut. Tapi kami sempat menginap di Turi Resort Batam. Tempatnya baguuss sekali.. Biarpun laut itu indah, tapi kalau dilihat setiap saat kan jadi membosankan. Alternatifnya, mau tak mau, ke pusat perbelanjaan lagi. Untuk urusan yang satu ini, Batam memiliki pusat perbelanjaan yang relatif besar dan selalu ramai. Bagi sebagian orang, dikategorikan sebagai surga belanja. Tapi kalau untuk rekreasi keluarga, masih kurang.
Kedua, sekarang lagi tinggal di Palembang. Makanannya lumayan bervariasi dan enak, kecuali pindang-nya. Rasanya kurang cocok dengan lidah Medan-ku. Hahaha…mpek-mpeknya pun aku lebih suka yang mpek-mpek kulit (dan yang pasti tanpa cuka). Tapi untuk rekreasi, kami pusing tujuh keliling.Hahaha..
Mengujungi tepian sungai Musi itu sudah keseringan, sampai bosan. Mau ke rekreasi keluarga, bisa dikatakan tidak ada. Terakhir kami pergi ke Fantasy Island yang lumayan jauh dari pusat kota. Sebenarnya tempatnya lumayan menarik, tapi orangnya seabrek-abrek. Apa mungkin karena inilah tempat rekreasi keluarga yang paling menarik, sehingga semua orang tumplek blek disitu? Entahlah. Tapi kami sudah kehilangan “makna” rekreasinya. Hahaha.. Tapi berhubung si Asha sudah pakai baju renang dari rumah dan kami juga sudah membawa peralatan mandi, ya sudahlah, nyemplung saja sekalian. Tapi kalau untuk datang lagi ke tempat itu, kayaknya nggak dulu lah. Hahaha..
Berbeda dengan di Medan. Jangan tanya soal makanan. Dari makanan kelas pinggir jalan sampai kelas hotel, semuanya mantap. Tempat hiburan keluarga? Paling jauh hanya perjalanan dua jam. Bisa ke gunung, ke laut, atau ke sungai. Kalau mau ke danau, perjalanan memang agak jauh, tapi tetap bisa ditempuh pulang-balik (tidak harus menginap).
Tapi yang paling kami rindukan adalah makanan-makanan seperti masakan Cina, mie balap dan kopi tiamnya. Disini, kalau mau ngopi yang enak, ya ke JCO atau Excelso. Memang ada juga Enhaii yang jual aneka ragam serabi. Tapi, serabi juga kan bikin bosan. Tapi ya sudahlah… Kalau makanannya tidak sesuai selera, ya sudah masak sendiri sajalah. Lebih aman. Hahaha…
Kapan-kapan kalau pulang ke Medan, langsung melarikan diri ke kuetiaw Ateng, pangit Awai dan penyet Surabaya. Karena ketiganya, tidak ditemukan di kota Palembang ini…. Kemudian mengunjungi Pantai Cermin, Berastagi dan Danau Toba. Komplit...