Saturday, May 15, 2010

Upin-Ipin versi Indonesia

Banyak orang sekarang “mengelu-elukanUpin dan Ipin sebagai tontonan bermanfaat untuk anak-anak. Ada benarnya juga. Aku baru beberapa kali menonton acara ini, tapi aku bisa melihat kalau banyak nilai-nilai baik yang ditanamkan di dalamnya. Meskipun sebenarnya aku lebih tertarik mendengar logat dialog melayu para pemainnya daripada mendengarkan inti pembicaraannya. Hehehe..
Tapi berhubung aku jarang sekali buka channel lokal (karena pakai tv kabel) anakku malah lebih suka dengan Teletubbies, In The Night Garden, Fimbles dan beberapa program lainnya di CBeebies. Dia tidak mengenal Upin-Ipin, tapi dia sudah bisa menirukan lagu-lagu yang menjadi soundtrack dari acara-acara di CBeebies itu, meskipun berbahasa Inggris.

Lalu ada teman yang nyeletuk: “Anakmu kok tahunya acara luar negeri, Ris? Biasakanlah dengan produk lokal, kayak Upin dan Ipin gitu.

Helloooo…. Upin-Ipin itu bukan produk lokal, teman. Itu buatan negara tetangga, Malaysia.
CBeebies dan Upin-Ipin sama-sama produk luar negeri yang terpaksa harus dinikmati anak-anak kita, karena kurangnya acara anak-anak produk lokal yang bermutu di televisi.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan program acara (atau stasiun tv) manapun, aku memang tidak terlalu antusias untuk menonton program anak di stasiun tv lokal bersama anakku. Untuk apa menonton acara dimana anak-anak diajari tentang “tipuan sihir” yang terlihat tolol, sementara di channel sebelah ada cerita yang lebih bermutu yang mengajarkan lagu-lagu riang gembira sambil bergerak lincah?

Ketika acara anak-anak di Indonesia masih bercerita tentang tarzan-tarzan-an yang hobinya mengerjai orang dewasa (yang anehnya terlihat bodoh semua), Upin-Ipin sudah bercerita tentang bagaimana memperlakukan orang lain dengan lebih baik dan sopan, baik itu orang dewasa ataupun sesama anak-anak. Ketika acara anak-anak di Indonesia menampilkan tentang hebatnya “gol jadi-jadian nan luar biasa aneh” dari seorang anak yang meniru pemain bola asing, CBeebies sedang mengajarkan tentang berbagai jenis hewan dan makanannya sambil bernyanyi dan menari dengan riang. Kreatif!
Jadi, jangan salahkan kalau anak-anak Indonesia tidak cinta produk dalam negeri. Karena program anak-anak kita sudah “diracuni” materi sinetron yang cenderung mengada-ngada (alias jauh dari nyata) dan minim unsur belajarnya. Bandingkan dengan Upin-Ipin dan program dari luar lainnya. Bagaikan bumi dan langit! Kalaupun tidak bisa secanggih Fimbles, buatlah jadi semenarik Upin-Ipin.
Kondisi ini harus segera diperbaiki, menurutku. Masalahnya, adakah pihak yang berminat memperbaikinya?

11 comments:

  1. mohon maaf buat pecinta upin & ipin, kita dirumah ga pernah nonton, dan tidak suka.
    pascal suka nonton boby bola loh itu produk indonesia bukan ya? :-d
    tapi dia lebih suka pocoyo,pororo tuh (yaa produk luar lagi ya)

    ReplyDelete
  2. walau q udah kuliah, aku suka laptop si unyil yang sangat mendidik. coba lihat di TRANS7 mulai jam 01.00 pm, dari jam segitu - sekitar jam 3an. banyak acara yang mendidik.

    ReplyDelete
  3. @Mbak Lid: aku baru dengar tuh tentang Pocoyo dan Pororo :D
    Ceritanya tentang apa ya?

    @Windkuat: walaupun Laptop si unyil acaranya mendidik, tapi sangat tidak sesuai untuk anak balita. Gampang aja kok. Kalau ada adik balita, coba tanya, dia suka nggak nonton laptop si unyil? Balita butuh stimulasi visual dan banyak gerakan. Sementara laptop si unyil (sama dengan si bolang) tidak bisa memberikannya. Tapi, kalau untuk anak usia sekolah, kedua acara itu sangat cocok. Untuk balita? Hmm..aku nggak yakin. Aku aja yang orang tua, cepat bosan melihat kedua acara itu :D

    ReplyDelete
  4. aaiihh... bener banget bu... aku setuju sama dirimu... bukannya gak cinta produk lokal, tetapi kalau cuma merusak moral generasi lokal buat apa..???...

    ReplyDelete
  5. settujjuu.. sinetron-sinetron indo udah banyak bgt yg g bermutu, tpi masih d paksa-pasain bwt d tayangin.. itulah sebabnya aku g suka nton tipi..

    eh, klo boleh tau, upin ipin tu mulainya jam brapa? aku sering telat nton upin ipin =.=

    ReplyDelete
  6. @Eza: tapi sayangnya sering dianggap kebarat-baratan, Za.. Padahal, kita hanya berusaha mencari yang lebih bermanfaat.
    @Re's: kurang tahu juga, hihihi... Soalnya, yang jadi penggemarnya ponakanku semua tuh. Mereka yang paling rajin nongkrongin tv untuk nonton Upin-Ipin beraksi :D

    ReplyDelete
  7. Wah info posting ini ngga cuman dalam media TV tapi udah masuk ke pernik pernik didalm negeri misal Boneka plastik dan lain lain dijalanan...

    ReplyDelete
  8. memang menjadi sebuah dilema acara tipi tipi kita nih....jgn kan acara utk anak2....acara utk org dewasa kayak semacam sinetron itu kadang membuat org dewasa gak habis pikirrr apa lah yg sebenarnya inti dr cerita sinetron itu...menurutku para pembuat film/sinetron lebih banyak mengugkapkan khayalan. memang masih ada koq acara lokal yg bermutu...tapi bisa dihitung dgn jari tangan :).

    ReplyDelete
  9. salam,
    saya juga penggemar Upin dan Ipin, pastinya karna kesederhanaan dalam cerita ini. di youtube ada banyak koleksi2 lama.

    terima kasih infonya, semoga sehat dan sejahtera.

    ReplyDelete
  10. jaman gw kecil ada Si Unyil, Si Huma dll...si Adis anak gw yg baru berumur 4 th malah lebih suka nonton mariam mikrolet...

    ReplyDelete
  11. Wah baner bangets tu bu, sekarang sinetron indonesia mendominasi bangets, eh aps ada tokoh anak ekclnya ceritanya malah super fiktif. Trus gimana dunk klo gini???

    dari aguestri.co.cc

    ReplyDelete

Visit my other blogs:
Mommy Mayonnaise
Mirror On The Wall
Cerita Film

Spamming and insulting comments are not allowed and will be deleted for sure. Thanks for sharing your opinions.

Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff