“plend es de qhu...........................kgen jgga ea ma klen.......................kpand qta reonian a??????khu tnggu eaa...........kbart a.......”
“CorY yA wen,tdii niYa gk smpet tag2 in ph0to qta qe kLYan cmUAH,..”
“hha . smasma wen . kbarku baekbaek ajj . gman kbarmu ? skaliskali dtg la k methosa.”
"PENGUMUMAN : bhwa, BBFkmbli d tyangkan d tipi,tpat a d indoziar.jgn lupa nnton iia,plend.bbf maen dri pkul 3 sore. HIDUP BBF....!!!!!! bgi pnggmar stia bbf, tolonk d tonton,iia...............................SEKIAN,PLEND.........."
Pernah membaca status Facebook anak-anak remaja sekarang nggak? Ini ada contohnya. Keempat kalimat itu kuambil dari profil Facebook seorang keponakanku yang duduk di kelas 2 SMP yang lazim disebut Anak Baru Gede alias ABG. Pertanyaanku cuma satu:Kira-kira, kawan-kawan blogger mengerti nggak dengan apa yang dimaksud kalimat-kalimat diatas?
Kalau aku sendiri, terus-terang, aku pusing tujuh keliling membacanya. Minta ampun ribetnya. Hampir semua bagian dalam kalimat itu melanggar tata cara bahasa Indonesia yang kukenal sejak dulu. Mulai dari penggalan kata yang amburadul (seperti: ’sama-sama’ diganti menjadi ’smasma’), penggunaan huruf besar yang berantakan (seperti: ’kalian’ diganti menjadi ’kLYan’), istilah bahasa Inggris yang di-Indonesiakan seenaknya (seperti: ’friend’ diganti jadi ’plen’), penulisan kata sesuai dengan bunyinya (seperti: ’ya’ diganti menjadi ’iia’), penulisan kata yang disegaja tidak lengkap (seperti: ’kembali’ diganti menjadi ’kmbali’) dan beberapa keanehan lagi (aku sendiri jadi capek menulisnya)
Anehnya, kawan-kawannya semua pada mengerti apa maksud dari tulisannya itu dan membalas dengan kalimat yang sama anehnya juga. Tak jarang, keponakanku ini juga mengirim sms dengan tulisan-tulisan seperti itu. Aduh, jangankan untuk membalas, membacanya saja sudah puyeng.
Rasanya, wajar saja kalau muncul kekhawatiran dari para pemerhati pendidikan di negeri ini. Pergeseran dalam penggunaan bahasa Indonesia saat ini sudah semakin parah. Kalau dulu, sewaktu fitur pesan pendek alias sms sedang booming, semua kata dibuat singkatannya. Tujuannya agar pengiriman sms (yang dihitung berdasarkan karakter) itu jadi lebih murah. Bahkan ada salah satu temanku dulu yang menulis sms tanpa spasi. Coba bayangkan. Tanpa spasi! Jadi, kita harus membacanya dengan ekstra teliti. Kalau tidak, pasti nggak bakal ngeh dengan maksud smsnya.
Menurutku, keanehan tanpa spasi itu saja sudah cukup parah. Ternyata, mucul fenomena baru yang lebih parah lagi. Malangnya, kerusakan ini justru terjadi di kalangan remaja yang notabene masih mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia di sekolahnya. Bisa-bisa anak cucu kita ke depan nantinya sudah tidak bisa lagi menemukan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar lagi. Karena sekarang saja, Bahasa Indonesia seperti sudah kehilangan wajah aslinya. Terlalu banyak perubahan. Terlalu banyak pengrusakan. Lama-kelamaan semua ini akan menyebabkan bahasa Indonesia kehilangan identitasnya dan lenyap dari peredaran. Dan tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Nasib...