tag:blogger.com,1999:blog-2360737150739451640.post5102391155221266068..comments2022-09-05T19:48:49.116+07:00Comments on ~Serendipity~: Anakku Tak Punya LaguVanilla Bean Dreamhttp://www.blogger.com/profile/12600940798017768699noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-2360737150739451640.post-39078348669823361772009-06-02T14:59:52.821+07:002009-06-02T14:59:52.821+07:00sepertinya wempi sudah pernah tonton topik ini di ...sepertinya wempi sudah pernah tonton topik ini di tv kalo gak salah metro tv / tv oneWempihttp://wempi.nokspi.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2360737150739451640.post-10776734793543718372009-03-29T11:21:00.000+07:002009-03-29T11:21:00.000+07:00Risma Hutabarat,Waktu mahasiswa, saya kebetulan se...Risma Hutabarat,<BR/><BR/>Waktu mahasiswa, saya kebetulan sempat mengajak seni suara di satu SD negeri dan satu SD Katolik di Jember Jawa Timur. Saya juga jadi asisten pelatih paduan suara di kampusku, Universitas Jember. Jadi, paling tidak saya punya sedikit referensi tentang musik, khususnya yang berhubungan dengan anak-anak, pelajar, mahasiswa, gerejawi.<BR/><BR/>Harus diakui ada perubahan drastis dalam gaya hidup dan selera. Dan itu tak lepas dari media (televisi), sistem pendidikan, guru-guru, hingga Departemen Pendidikan. Sangat mengkhawatirkan memang!<BR/><BR/>Dulu, kita punya generasi komposer pelopor lagu anak-anak macam Ibu Sud, Pak Kasur, AT Mahmud, Pak Dal, Pranajaya. Juga ada nama-nama besar dari Tapanuli macam Cornel Simanjuntak, Binsar Sitompul, S Dis Sitompul, Nahum Situmorang, EL Pohan, dan banyak lagi.<BR/><BR/>Generasi ini punya idealisme tinggi. Mereka pendidik dan pejuang. Musik mereka selalu ada unsur pendidikan, pedagogik. Mereka tahu persis psikologi manusia: bagaimana melodi dan syair yang patut untuk anak-anak. Luar biasa!<BR/><BR/>Tahun 1980-an dan 1990-an lagu anak masih relatif aman. Misi pendidikan masih kuat. Setelah reformasi 1998 terjadi kekacauan sistem di tanah air. Kita kehilangan orientasi. <BR/><BR/>Di saat itulah industri musik, yang didukung industri televisi, masuk dengan satu misi: meraih uang sebanyak-banyaknya. Uang, uang, uang. Misi pendidikan dibuang ke tong sampah. Atas nama kebebasan, orang-orang RCTI dan televisi-televisi itu melakukan apa saja asalkan orang suka. Pemerintah sendiri ibarat bebek pincang yang tak bisa apa-apa.<BR/><BR/>Masalah ini sering disuarakan, tapi kaum kapitalis mana mau dengar? Maka, mau tak mau, orang tua yang harus kontrol anaknya, menanamkan nilai-nilai dan sebagainya. Jangan sekali-kali mempercayakan televisi atau artis pop sebagai rujukan atau guru.<BR/><BR/>Oh ya, Ria Enes alias Susan ada di Surabaya. Mbak Ria punya sekolah anak-anak, namanya Dunia Susan. Masih sering diundang ke berbagai acara, juga TVRI Jatim, tapi memang sudah bukan zamannya lagi.<BR/><BR/>Begitu kira-kita beta punya komentar. Maaf, terlalu panjang.Anonymousnoreply@blogger.com