Thursday, April 30, 2009

PDAM Tirtanadi Medan berulah lagi


Negara memegang hak penuh atas fasilitas yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Seperti listrik dan air. Tentu saja hal ini memang penting, khususnya agar tidak ada pihak swasta yang bisa memonopoli dan menetapkan harga yang terlalu tinggi bagi konsumennya. Dan tarif listrik dan air saat ini masih relatif murah.

Masalahnya, saking murahnya, kwalitas airnya sangat buruk! Hal inilah yang sedang kami alami saat ini. PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara tidak bisa menyuplai air yang layak untuk dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sudah dua hari ini, air yang mengalir ke rumah kotor sekali! Keruh, berpasir dan berbau!

Bagaimana mungkin air kotor seperti itu bisa dipergunakan untuk mencuci beras, sayur-mayur dan bahan mentah lainnya untuk dimakan? Kalau airnya dipakai, badan jadi gatal-gatal. Kalaupun terpaksa dipakai untuk mandi, yang jelas sangat tidak layak dipakai untuk kumur-kumur ketika sikat gigi! Dan kalau dipakai untuk keramas, hampir bisa dipastikan kalau butiran-butiran pasirnya akan tetap ’nyangkut’ di rambut. Jadi bukannya bersih, malah semakin kotor! Untungnya, untuk air minum kami menggunakan AMDK (air minum dalam kemasan) sehingga tidak perlu khawatir kalau kotoran itu akan memasuki pencernaan juga. Huh!

Ini bukan kali pertama suplai air dari PDAM Tirtanadi bermasalah seperti ini. Paling tidak sekali sebulan, pasti ada saja saatnya air yang keluar dari keran itu terlihat keruh dan berbau. Tapi, tidak sampai berpasir atau lumpur seperti ini. Di kota kelahiranku, P. Siantar (PDAM Tirtauli) tidak pernah terjadi air kotor seperti ini. Berarti memang kinerja PDAM Tirtanadi yang tidak becus!

Di masa kini, seharusnya air minum sudah dapat dikonsumsi langsung dari keran. Seperti di luar negeri. Karena teknologi sekarang sudah sangat canggih. Proses penyaringan dan pembersihan air sudah bisa dilakukan secara otomatis dan bisa diuji secara klinis, kalau air yang disuplai terjamin kualitas dan kehigienisannya. Sayangnya, di Medan (ibukota propinsi yang katanya menuju metropolitan ini), masyarakat masih harus bergelut dengan masalah air kotor!

Bisa dibayangkan, apa yang akan dialami oleh keluarga yang tidak mengkonsumsi AMDK. Mau tak mau mereka akan menggunakan air itu juga untuk minum, karena tidak mampu untuk membeli kemasan botolan, yang tidak pasti sampai kapan akan dipergunakan. Karena pihak PDAM Tirtanadi sendiri tidak ada mengumumkan secara pasti, kapan air yang akan disuplai benar-benar bersih. Maka, yang terjadi adalah penyakit pasti akan mucul.

Kemarin, PLN yang berulah dengan sistem ’mati-hidup’ selama empat jam perhari. Setelah di demo, sekarang PLN sudah ’sembuh’. Sekarang yang berulah adalah PDAM dengan air kotornya yang dialirkan ke rumah-rumah. Mungkin, PDAM pun perlu di demo juga, agar bisa meningkatkan kwalitas pelayanannya. Kalau PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara tidak mampu membiayai teknologi yang tepat dalam menangani air bersih, tidak ada salahnya juga kalau mencoba bekerjasama dengan pemodal swasta.

Aku yakin, masyarakat pasti akan lebih memilih menggunakan air minum yang bersih dan sehat meskipun agak mahal, daripada air minum murah tapi berisi pasir dan lumpur! PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara benar-benar perlu memperhatikan hal ini. Jangan karena murah, kwalitas pun jadi seadanya. Ini masalah air minum! Bukan seperti beli tas, yang kwalitasnya sesuai dengan harganya.


Wednesday, April 29, 2009

Tahu Acara "Be A Man" di Globaltv?


Entah apa sebenarnya apa yang menjadi tujuan acara “Be A Man” yang ditayangkan Globaltv saat ini? Acara ini bahkan sudah memasuki musim kedua. Dengan materi acara yang benar-benar sama, yaitu: mengerjai pada waria.

Suami saya termasuk salah seorang penggemar acara ini. Setiap kali menonton, dia selalu tertawa sampai terpingkal-pingkal melihat bagaimana para waria itu dikerjai sedemikian rupa. Yang mengerjai juga adalah anggota militer. Dengan gaya sok militer yang kentara sekali dibuat-buat.

Apakah tujuan acara ini adalah untuk menjadikan para waria yang malang itu menjadi objek lelucon, karena perbedaan yang mereka miliki? Ataukah ada semacam kelonggaran dalam norma-norma masyarakat yang selama ini ’meminggirkan’ hak-hak kaum waria? Dengan membuat acara seperti itu, tentu saja semakin menegaskan posisi para waria sudah semakin diterima ditengah-tengah masyarakat kita. Tapi sebagai apa? Sebagai lelucon?

Dulu, menjadi waria dianggap sebagai aib yang besar. Individu yang menjadi waria biasanya sebisa mungkin menyembunyikan ’kelainan’ yang dimilikinya itu dari orang-orang terdekat ataupun yang mengenalinya. Bahkan tidak sedikit orangtua yang menyumpahi dan mengusir anaknya karena memilih jalan menjadi waria.

Kalau dikaitkan dengan acara ini sekarang, apakah sekarang nilai-nilai itu sudah semakin longgar? Terlepas dari pro dan kontra mengenai keberadaan waria ini tentunya. Kalaupun memang keberadaan mereka sudah sedikit mendapat tempat, apa iya harus dengan cara yang merendahkan seperti itu?

Bagaimana dengan perasaan orang tua dari para waria kontestan acara itu? Apakah mereka akan merasa bangga melihat anak mereka yang sudah mendapat hinaan rutin dari masyarakat karena orientasi seksualnya yang berbeda itu, atau malah cenderung malu?

Kalau memang acara ini dibuat hanya untuk ’konyol-konyolan’ saja, rasanya cukup miris jika menjadikan para waria itu sebagai objeknya. Sementara, di kehidupan nyata saja, mereka sudah sering menjadi ejekan. Kenapa sekarang hal itu malah diangkat ke televisi? Toh sudah banyak sekali artis-artis yang sering meniru gaya para waria ini. Dan biasanya menjadi tenar karenanya.

Kalau memang ingin menunjukkan penerimaan terhadap para waria ini, liputlah berbagai prestasi yang sudah mereka peroleh tanpa harus bertindak konyol di televisi. Misalnya waria yang menjadi penata rias ternama, Chenny Han. Yang menjadi nara sumber berbagai acara bincang-bincang televisi. Atau Merlyn Shopjan, atau Sintang Ime yang memiliki segudang prestasi.

Mereka dilihat karena individu dan bakatnya, bukan karena ’waria’nya. Mereka ternama karena prestasi. Bukan karena diolok-olok sampai menjerit-jerit karena mengikuti latihan ’militer-militeran’ yang digadang-gadang bisa menjadikan mereka kembali menjadi ’pria’. Memangnya segampang itu???

Tuesday, April 28, 2009

Kasus Manohara itu kasus KDRT


Setelah menikah, seorang istri akan pergi mengikuti suaminya. Itu sudah menjadi pemahaman bersama secara universal. Manohara berada di Malaysia adalah dalam rangka mengikut suaminya yang sudah melamarnya secara resmi ke ibundanya. Masyarakat juga harus jeli melihat, kemana sebenarnya kasus ini akan berkembang, jangan hanya terbawa emosi.
Jangan sampai hubungan ’panas-dingin’ antara Indonesia-Malaysia menjadi ’panas terbakar’ karena ’masalah dapur’ seorang remaja yang memilih untuk menikah muda dengan restu ibundanya sendiri. Karena tidak lucu juga kalau karena masalah ini memicu perang antar negara kan? Yang benar saja!

Hubungan baik antara negara bertetangga sudah pasti haruslah dijaga dengan baik. Kalau hubungan baik sudah terjalin, maka pemasalahan-permasalahan yang muncul diantara dua negara relatif akan lebih mudah untuk dicari jalan keluarnya. Sementara kalau tidak ada hubungan baik, maka masalah kecilpun akan menjadi besar.

Hubungan Indonesia-Malaysia selama ini rasanya seperti api dalam sekam. Dibilang buruk, tidak ada konfrontasi. Dibilang baik, tapi sering berselisih paham. Kondisi ini juga sudah pasti akan merasuk ke dalam kehidupan rakyat di masing-masing negara. Wajar saja. Warga negara mana yang rela negaranya tidak mendapat penghormatan yang layak dari negara lain. Yang dibutuhkan hanyalah sedikit ’pemicu’ saja, maka hubungan yang tidak jelas baik atau buruk ini akan berubah jadi membara. Kalau masalah yang muncul berkaitan dengan harga diri bangsa yang terhina, pasti masyarakat akan saling bahu membahu untuk membela tanah air hingga titik darah penghabisan.

Kalau untuk yang lebih nasional, misalnya kasus TKI yang dianiaya di Indonesia, baru hal itu perlu rasanya untuk ditanggapi langsung oleh kepala negara. Karena kasus aniaya jenis ini biasanya tidak menimpa satu orang saja, tapi banyak orang. Dan yang pasti, penganiayaan itu tidak dilakukan oleh ’suami’ dari TKI tersebut kan?
Atau kasus ’batik’ dan ’reog ponorogo’ yang dengan seenak hatinya diklaim oleh Malaysia sebagai kebudayaan asli mereka, wajar kalau rakyat Indonesia merasa marah akan hal-hal seperti itu. Karena itu menyinggung kebudayaan Indonesia secara nasional.

Tapi, bagaimana kalau masalah yang muncul tidaklah se’urgent’ itu? Kalau ternyata ada masalah antara warga negara Malaysia dan warga negara Indonesia yang sudah menikah secara resmi. Masa iya, hubungan diplomatis antara dua negara harus memburuk hanya karena ada masalah pribadi yang terjadi antar warga negara?

Kasus yang berkembang di media massa saat ini khususnya, adalah kasus Manohara Odelia Pinot. Ibunya Deasy Fajarina mengadukan kalau anaknya dianiaya oleh keluarga kerajaan Kelantan, Malaysia. Dia melapor kesana-kemari, dan rajin muncul di infotainmert. Diberitakan kalau Manohara ini disiksa dan tidak diizinkan untuk kembali ke Indonesia. Dia juga tidak diizinkan bertemu dengan ibu kandungnya, sementara ibu kandungnya sendiri dicekal untuk masuk ke Malaysia.

Sekilas, masalah ini memang cukup menghebohkan. Mengingat hal ini terjadi pada warga negara Indonesia. Tapi, setelah dirunut lebih jauh lagi, ternyata sang Manohara ini sudah berstatus istri dari Putra Mahkota Kerajaan tersebut. Berarti, masalah ini tergolong pada kasus domestik atau kekerasan dalam rumah tangga.

Tapi, opini yang mulai berkembang saat ini lebih condong kepada : Malaysia tidak menghargai warga Negara Indonesia yang berada disana. Apa iya? Apakah bisa seorang putra mahkota kerajaan dianggap mewakili negara Malaysia secara keseluruhan, sebagai yang menganiaya? Apa bisa seorang Manohara dianggap mewakili rakyat Indonesia sebagai pihak yang teraniaya? Mengapa kasus rumah tangga seperti ini harus dinaikkan menjadi kasus antar negara?

Memang negara harus memperhatikan keselamatan warganya yang berada di luar negeri. Itu pasti. Tapi harus benar-benar dilihat, apakah kasus yang menimpa warga negara itu adalah kasus pribadi atau nasional. Kalau kasus dalam rumah tangga, lebih baik kalau diselesaikan oleh pihak-pihak yang terlibat saja. Tak perlulah sampai menteri atau bahkan presiden ikut turun tangan menanggapi kasus perselisihan antara dua keluarga yang berbesan. Tapi kalau komisi yang menangani hak asasi manusia, mungkin bisa mengadakan pertemuan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Bukan bermaksud mengecilkan masalah yang dialami oleh sang ibunda yang tidak bisa bertemu dengan putrinya. Tapi, bukankah lebih baik kalau masalah keluarga ini juga diselesaikan secara kekeluargaan? Sewaktu menikahkan putrinya dulu, mereka masih bisa duduk bersama dan bersuka-ria (tanpa mengajak serta rakyat Indonesia ) Kalau sekarang ternyata mengalami masalah rumah tangga, masa iya seluruh rakyat Indonesia harus ikut-ikutan menanggung akibatnya? Karena kalau sampai hubungan Indonesia-Malaysia memburuk, sudah pasti akan ada dampak buruk yang didapat warga masing-masing negara. Ditambah lagi posisi kedua negara ini letaknya berdampingan.

Setelah menikah, seorang istri akan pergi mengikuti suaminya. Itu sudah menjadi pemahaman bersama secara universal. Manohara berada di Malaysia adalah dalam rangka mengikut suaminya yang sudah melamarnya secara resmi ke ibundanya. Masyarakat juga harus jeli melihat, kemana sebenarnya kasus ini akan berkembang, jangan hanya terbawa emosi.
Jangan sampai hubungan ’panas-dingin’ antara Indonesia-Malaysia menjadi ’panas terbakar’ karena ’masalah dapur’ seorang remaja yang memilih untuk menikah muda dengan restu ibundanya sendiri. Karena tidak lucu juga kalau karena masalah ini memicu perang antar negara kan? Yang benar saja!

Monday, April 27, 2009

The Golden Compass


Aku penggemar berat novel trilogy His Dark Materials karya Philip Pullman. Buku pertamanya berjudul: The Golden Compass yang sudah dibuat versi filmnya. Namun, sayang seribu sayang. Sekali lagi hal ini membuktikan, bahwa novel fantasi sebaiknya tidak dituangkan ke dalam bentuk film. Karena hasilnya jauh dari memuaskan.

The Golden Compass adalah novel yang kaya dengan dengan fantasi. Philip Pullman benar-benar pandai merangkai kata-kata, sehingga aku bisa membayangkan, situasi dan keadaan yang terjadi dalam novelnya itu, hanya dengan membacanya saja. Bagaimana dia menggambarkan kondisi Akademi Jordan, tempat Lyra (tokoh utama) dibesarkan, sebagai tempat tinggal para cendikiawan yang membaktikan hidupnya untuk menggali ilmu pengetahuan. Lalu bagaimana para kaum Gypsi mewarnai perahu mereka yang besar dengan warna-warna cerah. Tapi, hal ini tidak terlihat dalam versi filmnya.

Karakter Lyra (Dakota Blue Richards)dalam novel adalah seorang gadis kecil yang keras kepala dan agak liar. Seorang anak yang senang menjelajahi daerah-daerah yang dilarang oleh orang dewasa. Dia senang berkelahi dengan anak laki-laki. Sering menyelinap ke ruangan-ruangan terlarang di Akademi Jordan, dan berbagai kenakalan lainnya. Sama sekali tidak terlihat dalam film berdurasi 1 jam 85 menit ini.

Hasilnya, yah seperti yang sudah kubilang tadi, cukup mengecewakan. Karena kekayaan novel ini tidak benar-benar bisa tertuang dengan sempurna.

Namun di lain pihak, efek visualisasinya bisa dikatakan LUAR BIASA! Sutradaranya cukup ahli menggambarkan tokoh Iorek Byrnison(beruang es panserborne) yang menjadi kawan Gypsi dalam pengembaraannya mencari ayahnya Lord Asriel (Daniel Craig). Beruang yang berukuran sangat besar. Juga ketika tokoh si ratu penyihir, Seraphina Pekkala (Eva Green), muncul dengan adegan memanah sambil terbang dengan sapu terbangnya. Bagus sekali! Si ratu penyihir digambarkan sangat cantik, dan itu sangat berhasil.

Scene kutub utara yang ditampilkan juga amat mempesona. Istana para beruang es, perkelahian antara beruang untuk memperebutkan tahta, dan Bolvangar, tempat penelitian Magisterium juga digambarkan sesuai dengan yang ada di novel. Bagaimana rombongan penyihir terbang di langit kelabu yang dipenuhi salju. Bagus.

Tapi, ada satu hal yang cukup menganggu juga. Khususnya mengenai tokoh Mrs. Coulter (Nicole Kidman). Di novel, dia digambarkan sebagai seorang wanita anggun dan glamour, dengan rambut hitamnya yang berkilau. Dan ternyata tokoh ini malah diperankan oleh artis yang notabene berambut pirang.

Kalau soal kecantikan dan keglamouran, Nicole memang cocok sekali. Tapi, ini jadi tidak sesuai dengan karakter asli dari penulis novel. Menurutku, rambut hitam identik dengan nuansa misterius. Tokoh Mrs. Coulter digambarkan sebagai wanita penuh kekuasaan dan kaya raya. Namun sangat egois dan tidak punya hati nurani. Dia juga seorang wanita licik yang memiliki rencana pribadi untuk bisa selalu menguntungkan dirinya. Tidak ada seorangpun yang berani menentangnya. Hanya dengan tatapan mata dinginnya saja, orang akan menuruti perintahnya.

Menurutku, efek ini kurang mengena kalau dimainkan oleh seorang wanita yang berambut keemasan. Yang mencolok hanyalah kesan, kaya, glamour dan penuh kekuasaan. Tapi, untuk kesan kejam dan misteriusnya, Nicole Kidman tidak cukup bisa menampilkannya.

Dan yang paling akhir adalah bagaimana kisah novel yang cukup panjang ini telah dipersingkat menjadi sedemikian rupa. Yang menurutku malah memotong kesan film petualangannya. Mungkin kalau durasi filmnya ditambah, efeknya akan lebih terasa.
Dan aku tetap lebih menyukai versi novelnya saja.

PS: Untuk kawan-kawan yang menyukai artikel-ku tentang film, selanjutnya aku akan memindahkah tulisan tentang film ke blog khusus: Cerita Film. Tapi artikel yang masih ada disini masih tetap akan disimpan, hanya saja tidak akan bertambah lagi. Karena untuk selanjutnya, artikel tentang film akan kutuliskan di blog film itu saja. Terimakasih

Friday, April 24, 2009

Holocaust


Holocaust adalah peristiwa terbesar yang dialami penduduk Eropa. Bagaimana para tentara SS Nazi membantai jutaan kaum Yahudi di kamp-kamp konsentrasi. Ada tiga kamp konsentrasi yang didirikan oleh Nazi untuk membantai kaum Yahudi. Yaitu: Auschwitz, Birkenau dan Monowitz. Masing-masing kamp konsentrasi ini memiliki Komandan Kamp masing-masing. Dan kamp yang paling dikenal adalah Auschwitz.

National Geographic Channel menanyangkan sebuah program dokumenter tentang Kamp Auschwitz. Ada penemuan album foto yang mendokumentasikan peristiwa pembantaian massal di Auschwitz yang dikirim ke Museum Holocaust. Album itu berisi 116 foto yang menunjukkan segala hal si kamp itu. Peristiwa pembantaian kaum Yahudi Hongaria pada musim panas tahun 1944. kedatangan kaum Yahudi ke kamp Auschwitz adalah sekitar 8000 orang per harinya.

Ada foto tentang para eksekutor Nazi yang sedang menikmati waktu istirahat mereka sambil tertawa-tawa. Narator program itu menggambarkan kalau mereka mungkin sedang saling bertukar cerita, tentang bagaimana repotnya tugas mereka tadi sewaktu membunuh ribuan manusia. Dan mereka mengobrolkan hal itu sambil makan dan minum.

Lalu ada juga foto-foto gerbong kereta berjumlah 147 buah. Gerbong-gerbong inilah yang telah mengangkut 457.402 orang dari Hongaria hanya dalam sekali angkut saja, pada tanggal 15 Mei 1944. Perjalanan yang mengerikan itu berlangsung selama 54 hari. Nonstop! Jadi, selain berdesak-desakan, para tawanan itu juga harus buang air di dalam gerbong, karena tidak ada kesempatan untuk berhenti. Dan kalau ada diantara mereka yang tewas dalam perjalanan, maka mayat itu juga akan tetap ada bersama mereka sampai ke Auschwitz.

Sampainya di kamp, mereka akan dibagi dalam dua jalur. Yang pertama, adalah jalur untuk mereka yang fisiknya masih kuat dan tenaganya bisa dimanfaatkan. Mereka akan disuruh berbaris untuk masuk ke ruang sauna, dimana rambut mereka akan dicukur dan dimandikan.

Sementara jalur kedua adalah untuk mereka yang dianggap tidak mampu bekerja lagi. Dan mereka akan diarahkan ke tempat-tempat pembantaian, yaitu kamar gas. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini biasanya adalah wanita dan anak-anak serta orang-orang tua ataupun yang sudah sakit-sakitan.

Dokumenter itu menyatakan, kalau sebanyak 80% orang-orang Yahudi yang tiba di Kamp Auschwitz langsung tewas pada hari itu juga. Para tentara SS menggunakan waktu mereka 24 jam dalam 7 hari untuk mempercepat proses pembantaian itu. Bahkan, karena ruang gas dianggap tidak mampu lagi menampung, mereka bahkan dibakar di halaman terbuka.

Foto-foto di Museum Holocaust itu menunjukkan wajah-wajah mereka yang sedang berbaris dengan rapi menuju ke ruang gas. Anak-anak yang masih tersenyum-senyum dalam gendongan ibunya, wanita-wanita yang dengan wajah bingung dan ketakutan karena tidak tahu apa yang akan menimpa mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang masih bayi dan balita.

Bagaimana mungkin, manusia-manusia itu bisa membunuh sesama manusia juga ya? Para tentara SS membunuh wanita-wanita Yahudi, kemudian kembali ke rumah dan memeluk istri mereka masing-masing. Nazi juga membunuhi anak-anak Yahudi, kemudian pulang dan bermain-main dengan anaknya di rumah.

Mereka bukan monster. Mereka juga manusia seperti kita. Hanya saja, mereka adalah manusia yang berkelakuan seperti monster .

Wednesday, April 22, 2009

AC datang, Asha girang


Cuaca belakangan ini memang benar-benar tidak bisa diduga. Hari ini bisa panas terik, besok malah hujan seharian. Atau bahkan campuran dari keduanya. Mendung tetapi tidak kunjung turun hujan. Satu hal yang pasti sama, gerah!
Saat-saat sesudah hujan pun bisa membuat keringat bercucuran karena gerah.

Kalau rasa gerah itu dialami di siang hari, mungkin masih bisa diatasi dengan membuka pintu dan jendela lebar-lebar, sehingga hembusan angin bisa masuk ke rumah. Tapi, kalau malam hari bagaimana? Masa harus membuka pintu dan jendela lebar-lebar juga? Yang ada malah bentol-bentol karena digigit nyamuk yang zaman sekarang ini sepertinya makin sadis saja. Kalau ketiduran, lebih bahaya lagi, bisa-bisa ada kunjungan tanpa rencana dari maling-maling.

Mau pakai kipas angin sepanjang malam? Sudah pernah mencoba kok. Hasilnya, besok paginya perut kembung karena masuk angin. Mau kipas-kipas sendiri pakai koran bekas? Kalau ketiduran, yah terasa gerah lagi kan.

Yang paling kasihan itu Agasha, anakku yang baru berumur 1 tahun 9 bulan ini. Dia belum bisa mengipasi dirinya sendiri dan tidak kuizinkan berada di depan kipas angin berlama-lama. Alhasil, dia sering rewel di tengah malam. Ketika kuperiksa, ternyata dahi dan punggungnya sudah basah karena keringat. Tidurnya pun jadi gelisah. Sebentar-sebentar pasti merengek sambil tidur. Dan beberapa hari belakangan ini aku menemukan ruam-ruam keringat buntet di sekujur tubuhnya. Jadi, kalau dia keringatan lagi, keringat buntetnya akan terasa sangat gatal. Akibatnya, sekarang dia rewel baik siang ataupun malam.

Akhirnya kami memutuskan untuk memakai AC di kamar tidur. Pada malam pertama, Agasha tidur dengan senyum tersungging. Lucu sekali melihat dia tidur sambil senyum-senyum seperti itu. Posisi tidurnya hampir tidak pernah berganti. Kadang-kadang dia terbangun sebentar, lalu seperti orang ngelindur dia akan menunjuk-nunjuk ke arah AC yang menempel dinding. Sambil mengoceh lucu khas balita. Lalu kemudian tertidur kembali. Kami berdua sering tertawa-tawa melihatnya. Tapi dia sama sekali tidak merasa terganggu dan tidur kembali.

Aku hanya bisa pasrah, meskipun aku menyadari kalau keberadaan AC ini akan menambah biaya pemakaian listrik bulanan kami. Apalagi kalau AC ini hidup semalaman. Tapi, aku tidak tega juga melihat anakku tidak bisa tidur karena gerah. Yang pasti, aku akan berhemat dengan mematikan lebih banyak lampu yang tidak dipakai setiap malam. Seperti, lampu di ruang keluarga. Jadi, daya listriknya bisa dialihkan ke AC saja.

Sekarang, tidur malam pun rasanya menyenangkan.....

Monday, April 20, 2009

Nutricia


Ada iklan baru akhir-akhir ini yang cukup menarik perhatianku.
Nutricia semakin intens mempromosikan produk susu untuk bayi dan balita mereka yang sudah lama beredar di pasaran. Seperti, Nutrilon Royal.

Selama aku memberikan susu Nutrilon Royal untuk anakku, mulai dari Nutrilon Royal 1 sampai Nutrilon Royal 3, Nutricia termasuk produsen susu yang tidak terlalu banyak beriklan di televisi. Kalaupun ada, hanya muncul beberapa kali saja. Seperti hanya bertujuan untuk mengingatkan saja, karena mereka sudah yakin kalau produk mereka sudah diterima di pasaran dan memiliki konsumen sendiri.

Tapi yang kulihat akhir-akhir ini, ada perbedaan yang cukup terasa. Nutricia dengan rutin muncul di iklan televisi, bahkan di televisi kabel Indovision. Wah, ada sesuatu yang ingin diperkenalkan kembali rupanya. Ternyata tidak, mereka kembali intens beriklan ’hanya’ untuk menyegarkan kembali ingatan konsumen tentang Nutrilon Royal!

Menurutku, ini pasti ada hubungannya dengan menghilangnya Nutrilon Royal 3 dari pasaran baru-baru ini. Aku yakin, kalau ada banyak ibu-ibu di luar sana yang juga memutuskan untuk meninggalkan Nutrilon Royal, seperti yang juga sudah kulakukan. Dan ketika mereka menyadari hal ini, mereka berusa meraih kembali kepercayaan konsumen yang sudah hilang.

Kemarin aku baru melihat flyer yang dibuat oleh Hypermart. Mereka mengadakan diskon besar-besaran dimana Nutrilon Royal 3 juga termasuk sebagai item yang mendapat diskon. Harganya turun sekali. Biasanya, harga Nutrilon Royal 3 berkisar antara 149 ribu s/d 151 ribu untuk kemasan 800 gram. Tapi kali ini, banting harga menjadi hanya 108 ribu saja! Ditambah dengan hadiah lunch box jika membeli dua item sekaligus. Kentara sekali kalau ini adalah seperti usaha untuk menebus dosa!

Kalaupun mungkin ada juga para ibu yang mau kembali untuk menggunakan Nutrilon Royal 3, yang pasti tidak akan sebanyak dulu lagi. Hilangnya produk dari pasaran untuk jangka waktu yang lama rasanya cukup menggambarkan bagaimana tidak profesionalnya pihak Nutricia, baik itu dari segi produksi ataupun distribusi. Dan image ini tidak akan bisa dihapus dengan mudah.

Khususnya, bagi saya sendiri. Saya termasuk konsumen yang kecewa berat. Saking kecewanya, saya memutuskan untuk tidak kembali lagi menggunakan Nutrilon Royal 3! Mungkin saya jadi terlihat seperti seorang ibu yang pendendam. Tapi, menurut saya, wajar kalau konsumen meninggalkan produk yang tidak dikelola secara profesional. Apalagi ini adalah kategori susu untuk balita.

Toh masih banyak produk susu balita lain yang tak kalah berkualitas. Morinaga ChilMil Platinum 2 ini contohnya. Jadi, saya memutuskan untuk tetap menggunakan ChilMil Platinum 2 saja, biarpun harganya sedikit lebih mahal. Yang pasti, belum pernah hilang dari pasaran selama lebih dari sebulan!

Friday, April 17, 2009

Apa Kata Orang Tentang Caleg?


Menjadi politikus di zaman sekarang ini ternyata tidak lagi dianggap ‘sementereng’ dulu. Aku masih ingat, ketika zaman Orde Baru dulu, mereka-mereka yang mengajukan diri menjadi calon legislatif pastilah dianggap sebagai orang-orang yang pintar/berpendidikan, berpengalaman politik, punya jaringan yang luas dan yang pastinya bermodal besar. Terbatasnya jumlah orang yang bisa masuk ke kategori ini, menjadikan kesempatan untuk bisa menjadi caleg pada masa itu bisa dibilang cukup eksklusif.

Tapi, sekarang image seperti itu sudah berubah. Sepertinya sudah tidak ada lagi kebanggaan ketika mengajukan diri sebagai wakil rakyat . Karena siapa pun bisa mengajukan diri. Siapapun! Cukup dengan modal percaya diri. Modal bisa didapat dari hutang, soal latar belakang pendidikan kan tidak ditentukan dalam peraturan, jaringan pun cukup seadanya.

Aku tidak bermaksud mengecilkan atau menyepelekan para caleg yang terhormat ini. Sekali lagi sama sekali tidak ada unsur SARA ataupun menghakimi. Siapakah saya ini sehingga bisa menghakimi sesama manusia? Itu hanya hak Tuhan Yang Maha Besar semata.

Tapi, dalam pandangan saya sebagai orang awam ini. Tidak semua orang di negara ini memiliki talenta untuk bisa menjadi wakil rakyat.
Saya ingin menceritakan sebuah pengalaman.
Saya mengenal seorang tukang becak yang mengajukan diri untuk ikut menjadi caleg DPRD. Ketika ditanya apa yang menjadi latar belakangnya, jawabnya singkat saja. Ingin memajukan kehidupan para tukang becak! Dan pendidikan terakhirnya adalah STM.
Saya juga pernah melihat di televisi, ada tukang rumput yang juga mengajukan diri menjadi caleg. Alasannya kurang lebih sama, untuk memajukan kehidupan para tukang rumput! Sementara pendidikan terakhirnya adalah SD. Memangnya tugas sebagai anggota legislatif hanya sesederhana dulu? Kalau begitu, bagaimana dengan profesi lain yang kebetulan tidak memiliki caleg? Profesi sebagai ibu rumah tangga seperti saya ini misalnya. Apakah image menjadi anggota legislatif itu begitu sempit?

Yang paling baru, sekarang banyak sekali ’orang-orang muda’ yang menawarkan diri sebagai caleg juga. Pengertian orang-orang muda dalam hal ini adalah secara harafiah. Dia baru saja tamat SMA! Menganggur setahun karena gagal SPMB. Kebetulan ayahnya adalah pegawai di Pemkot. Maka dia pun mendapat sokongan untuk bisa maju menjadi caleg. Karena ayahnya masih mempunyai modal besar dan koneksi yang luas. Padahal, ’orang muda’ ini dikenal sebagai pribadi yang suka ’clubbing’ dan berhura-hura. Mengapa orang-orang seperti ini yang mengajukan diri untuk bisa membawa suara-ku di pemerintahan?

Sekali lagi, ini bukan tentang menghakimi. Tapi, siapapun bisa melihat apa yang akan terjadi, bila orang-orang yang tidak kompeten ikut serta dalam ”PERANG” ini! Disebut perang, karena kalau kalah akibatnya sangat besar. Ini bukan hanya tentang lulus atau kalah ketika interview mencari pekerjaan. Yang paling utama, ini adalah perang yang MAHAL! Kalau memang sudah kaya dari sononya, mungkin tidak akan terlalu sedih kehilangan beberapa pundi-pundi uangnya. Tapi, bagaimana dengan mereka yang hanya bermodal percaya diri? Modal hasil pinjaman? Sudah habis-habisan eh, tenyata kalah. Maka sekarang banyak sekali berita tentang mantan caleg yang stroke bahkan gila karena kalah sementara sudah terlilit hutang ratusan juta rupiah. Ini adalah perang yang membutuhkan ketahanan mental tinggi, selain ketahanan kantong tentunya. Jadi sudah seharusnyalah para caleg ini mengingat kata-kata bijak: "Berusahalah demi hasil yang terbaik, tapi bersiaplah juga untuk hasil yang terburuk." Jadi jangan langsung berpikir tentang menang saja, persiapkan juga mental kalau nanti seandainya kalah!

Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah kisah yang dialami langsung oleh anak seorang mantan caleg. Ayahnya mengajukan diri untuk menjadi caleg DPRD. Tapi, tampaknya anak yang masih bersekolah di SD ini tidak merasa bangga dengan niat ayahnya itu. Sebaliknya dia merasa malu dan tertekan. Karena di sekolah, teman-temannya selalu mengolok-oloknya dengan mengatakan:
”Hei, bapakmu ikut jadi caleg kan? Berarti bapakmu calon orang gila!”

Hmmm...

Sunday, April 12, 2009

Danau Toba


Hari Sabtu kemarin, kami sekeluarga berkesempatan untuk bisa mengunjungi Danau Toba di kota Parapat, Sumatera Utara. Hmm...jadi teringat tulisanku kemarin tentang danau yang bisa membunuh.

Sudah cukup lama juga aku tidak kesana. Kami berangkat dengan mengendarai mobil sekitar pukul 11 siang. Sepanjang perjalanan, cuaca terlihat mulai mendung dan sesekali gerimis pun turun. Asha tertidur sepanjang perjalanan. Syukurlah. Dengan begitu dia tidak mabuk darat dan muntah.

Jalanan tidak terlalu ramai, baik dari ataupun menuju ke kota Parapat. Hanya beberapa mobil yang kami lihat berhenti di pinggir jalan. Kebanyakan karena ada anggota rombongannya yang muntah karena mabuk darat.
Sekitar sejam kemudian, kami sampai di Parapat. Dan memutuskan untuk bersantai di pantai di depan salah satu hotel disana, bernama Hotel Bahari. Dengan membayar tiket sebesar 5000 rupiah/orang, kami sudah bisa menikmati suasana pantai yang pasti lebih bersih daripada di pantai umum yang biasanya bebas bea masuk tapi pantainya kotor dan amburadul.

Di pantai depan hotel ternyata sudah ramai dengan pengunjung. Umumnya rombongan besar yang terdiri dari beberapa anggota keluarga. Beruntung kami masih mendapat sebuah pondokan kecil beratap bambu yang bisa dipergunakan untuk bersantai dan berteduh. Aku dengan suamiku pergi sebentar untuk membeli makan siang. Ketika kami kembali ke hotel, hujan pun mulai turun. Nasi bungkus yang kami makan cukup enak, sementara menu untuk Asha adalah sop.
Ternyata hujan tak kunjung berhenti. Begitu selesai makan, kami hanya bisa memandang riak-riak air hujan di permukaan danau. Cuaca mendung membuat warna air danau tak lagi biru, namun kelabu. Tapi tak kalah indahnya. Perpaduan warna kelabu tua air danau dengan warna kelabu langit yang lebih muda, tampak harmonis. Ditambah semburat hijau barisan pepohonan dan warna warni ceria perahu-perahu bebek mungil yang memenuhi sepanjang bibir pantai.

Padahal aku sudah mempersiapkan baju ganti untuk suami dan anakku, kalau-kalau mereka berniat untuk berenang di danau. Tapi karena hujan, kami hanya bisa duduk-duduk di pondokan sambil mengawasi tingkah polah Asha yang lucu. Dia mempermainkan semua benda yang bisa diraih oleh tangan mungilnya. Botol air mineral, tempat air minum, bungkusan kacang rebus, chitato bahkan selendang dan sarung pantai yang kami bawa. Dialah yang menjadi penghibur acara piknik kami yang diguyur hujan. Ternyata menyenangkan juga, bermain-main dengan Asha sambil menikmati keindahan Danau Toba.

Namun kami dikejutkan dengan pemandangan menyedihkan. Tiba-tiba saja, sungai kecil yang berada di samping hotel meluap dan mengalirkan tumpukan sampah yang sangat banyak ke danau. Airnya keruh berwarna coklat pekat karena bercampur lumpur. Bersama arus air yang deras itu, tampaklah banyak sekali sampah berupa kaleng-kaleng dan botol-botol bekas minuman yang berputar-putar karena arus air dan kemudian terapung-apung bergerombol di permukaan danau. Selain itu juga ada kayu, plastik dan banyak sekali sampah rumah tangga. Aliran air yang berlumpur dan sangat keruh ternyata cukup berbau dan mampu mengubah sedikit warna permukaan danau. Yang tadinya kelabu bening menjadi agak kecoklatan. Menjijikkan.


Diam-diam aku bersyukur karena hujan membuat kami batal berenang di danau. Aku tidak bisa membayangkan anakku bermain air di pantai yang dijadikan sebagai muara pembuangan 'got raksasa' seperti itu.

Ketika hujan mulai mereda, perlahan-lahan tumpukan sampah itupun mulai menyebar dan terdorong ombak ke tepi pantai. Namun, sepertinya peristiwa itu tidak terlalu diambil pusing oleh tamu-tamu yang lain. Begitu hujan reda, anak-anak kembali menceburkan diri ke danau. Lalu mulai bermain kembali dengan riang gembira sambil berulang kali melompat dan membenamkan diri ke dalam air. Apa orangtuanya tidak melihat kondisi air yang sudah tercemar itu? Atau mungkin mereka menganggap itu hal yang biasa.

Sekitar pukul 3 sore, hujan sudah reda. Kami memutuskan untuk kembali saja ke Siantar, karena sudah kehilangan minat untuk bermain-main di air.

Mungkin peristiwa buruk yang terjadi tadi akan terus terulang. Dan aku yakin kalau sungai limbah itu bukan satu-satunya yang bermuara ke Danau Toba. Apalagi kalau masyarakat kota Parapat sendiri tidak segera sadar lingkungan. Bukan mustahil kalau Danau Toba akhirnya hanya akan dinikmati oleh penduduk kota Parapat sendiri saja.

Sebenarnya kemunduran ini sudah terlihat dari sangat menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Danau Toba. Dulu, para bule itu sering sekali terlihat berkeliaran baik di Parapat ataupun di Pulau Samosir di tengah Danau Toba. Sementara sekarang, bisa dilihat kalau 'hanya' wisatawan lokal yang berasal dari dari daerah-daerah sekitarnya saja yang datang berkunjung.

Danau Toba dulu adalah kebanggaan orang SUMUT. Tapi, kalau tidak dijaga, Danau kebanggaan itu pasti akan tinggal kenangan saja, karena sudah menjadi tempat pembuangan sampah belaka.

Wednesday, April 8, 2009

Nutrilon Royal 3 versus ChilMil Platinum 2


Sudah sebulan lebih Nutrilon Royal 3 hilang dari pasaran di Medan. Ya ampun. Aku sampai heran, masalah apa kira-kira yang bisa membuat sebuah produk dengan nama sebesar itu bisa hilang. Mulai dari hypermarket, supermarket, minimarket, sampai apotik pun NIHIL!

Anakku sudah terbiasa mengkonsumsi Nutrilon Royal. Mulai dari Nutrilon Royal 1 sampai yang ke 3 (untuk umur 1-3 tahun) ini. Aku bahkan sudah merencanakan untuk tetap memakai susu produk Nutricia itu seterusnya. Karena masih ada Nutrilon Royal 4 sebagai lanjutan.

Tapi aku sangat kecewa kalau mengalami hal yang seperti ini. Apalagi pencernaan anak-anak kan masih terlalu rentan. Aku takut, kalau nanti gonta-ganti susu, malah membuat dia diare kalau misalnya susu penggantinya tidak cocok. Makanya aku masih tetap berusaha menunggu sampai Nutrilon 3 muncul lagi.

Sekarang, sisa susu Nutrilon Asha sudah habis dan Nutrilon 3 masih juga belum muncul dari pasaran. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku jadi kesal sekali. Bagaimana mungkin pihak Nutricia tidak memperhitungkan hal-hal seperti ini. Mereka kan produsen susu untuk bayi dan balita. Berbeda dengan produk susu untuk orang dewasa, kalau mau gonta-ganti juga tidak masalah. Tapi kalau untuk bayi dan balita kan lebih sulit.

Ada yang menganggap kalau ini adalah permainan pasar. Katanya ada pihak-pihak tertentu yang mempunyai rencana tertentu pula dengan menimbun semua produk susu ini. Tapi, para ibu seperti kami tidak terlalu paham dan bahkan tidak terlalu perduli dengan politik-politik semacam itu. Selama susu untuk memenuhi kebutuhan kesehatan anak kami selalu tersedia. Hampir bisa dikatakan, berapa pun harganya, orang tua akan selalu mencari cara untuk membelinya. Masalahnya sekarang, uangnya ada, barangnya yang tidak ada.


Akhirnya aku mencoba beralih ke produk yang lain, Morinaga. Aku mencoba susu Chil Mil Platinum 2. Mulanya aku masih membeli yang kaleng kecil dulu. Aku takut kalau misalnya tidak cocok dengan pencernaan anakku, jadi terbuang kan sayang. Harganya sedikit lebih mahal dari Nutrilon Royal. Sesudah dicoba tiga hari, ternyata tidak ada masalah. Asha tidak diare dan dia juga suka rasanya.

Maka mulai hari itu, aku memutuskan untuk beralih ke Chil Mil Platinum (Morinaga) saja untuk seterusnya. Karena aku sering memperhatikan, kalau produk Morinaga selalu tersedia di pasaran. Sementara Nutrilon Royal, sudah memiliki kebiasaan menghilang, meskipun tidak pernah sampai selama kali ini. Biasanya, setiap musim belanja awal bulan untuk kebutuhan rumah tangga, maka produk Nutricia inilah yang pertama kali 'out of stock'

Sebenarnya aku orang yang cukup fanatik dengan merek. Kalau aku sudah senang dengan hasilnya, aku cukup sulit untuk berpindah ke lain hati. Tapi, kalau aku sudah sangat kecewa, maka kecil kemungkinan aku akan kembali lagi. Cieee..

Jadi, mudah-mudahan ada pihak Nutricia yang tersesat jalan dan menemukan tulisan blog ku ini. Lumayan buat bahan masukan untuk mereka. Karena mereka sudah kehilangan salah seorang pelanggan setia. Karena sudah beralih ke kompetitor mereka. Morinaga.

Saturday, April 4, 2009

Kamu Juga Karyawan Kontrak?


Begitu sulitnya mencari lapangan pekerjaan di republic ini, telah membuat banyak pegawai dan karyawan hanya mampu mengelus dada melihat kesewenang-wenangan perusahaan yang membuat peraturan kerja. Karena ketidak-berdayaan para pekerja atau karyawan atau buruh atau apapun namanya, telah membuat mereka memilih untuk bersikap pasrah pada kenyataan. Sepahit apapun itu. Hanya demi menjaga agar asap dapur mereka tetap bisa mengepul.

Aku mengetahui sebuah perusahaan yang memperjakan pihak ketiga, yang dalam bahasa kerennya Outsourcing. Tapi, aku lebih menyukai istilah pegawai kontrak . Dalam tahap kontrak, biasanya yang diharapkan perusahaan adalah tenaganya dan bukan pemikirannya. Mereka akan diberikan jadwal kerja dengan sistem shift, dimana ketentuan penetapan libur berada di tangan si koordinator. Mereka akan diberikan terget tertentu, dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, tanpa didukung oleh infrastruktur yang memadai.

Ketika jam kerja, cukup sulit untuk bisa melakukan hal-hal yang berhubungan dengan fungsi sebagai manusia. Peraturan dibuat sedemikian rupa, sehingga sangat minim sekali waktu yang dibutuhkan untuk mengambil minuman ke pantry, misalnya. Dan yang paling tidak manusiawi adalah pengaturan jadwal ke toilet!

Seorang rekanku, sebut saja namanya Ika, menceritakan pengalamannya selama bekerja sebagai pegawai kontrak si perusahaan itu. Mereka bekerja selama tujuh jam perhari, enam kali seminggu. Pada awalnya, mereka terdaftar sebagai pegawai kontrak yang dibawahi langsung oleh perusahaan itu. Perusahaan ini adalah sebuah perusahaan internasional yang sangat bonafide dengan omset miliaran rupiah. Banyak orang yang antri bahkan bersedia membayar uang suap agar bisa masuk dan bekerja disana. Nasib pegawai kontrak cukup baik. Walaupun gajinya termasuk kecil, mereka masih terbantu dari tambahan pemberian uang makan dan tanggungan kesehatan.

Lalu, ada perubahan yang menyebabkan kalau pegawai kontrak tidak lagi berada langsung dibawah perusahaan tetapi dipegang oleh pihak ketiga yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan. Mulai ada perubahan. Yang pertama dialami adalah besarnya uang makan dipotong hingga setengahnya dan jam kerja ditambah. Namun, masih ada segi positifnya karena walaupun jadawal libur jadi berkurang, namun ada tambahan pemasukan dari uang lembur. Sayangnya, uang lembur yang jumlahnya tidak seberapa itu harus digunakan untuk membayar biaya dokter. Karena banyak dari mereka yang jatuh sakit karena kelelahan.

Lalu perubahan yang terakhir pun terjadi. Pegawai kontrak kini berpindah 'pimpinan' lagi. Perusahaan pihak ketiga tadi pun didepak. Diganti dengan perusahaan baru yang disebut sebagai anak perusahaan. Ternyata disebut sebagai anak perusahaan adalah karena mereka yang memegang posisi manajerial adalah para pegawai PENSIUNAN dari perusahaan yang kemudian diberdayakan kembali. Maka, orang-orang yang sudah diistirahatkan oleh perusahaan itupun kembali diminta untuk memimpin anak perusahaan yang mengatur nasib para pegawai kontrak. Dan perubahan besar-besaran pun terjadi.

Yang pertama, anak si direktur perusahaan mini itu pun diangkat menjadi koordinator. Pada awalnya si anak ini hanya mendapat posisi sebagai satpam di perusahaan induk, karena dia hanya lulusan SMA. Hebatnya, begitu ayahnya menjadi pimpinan, dia pun naik pangkat menjadi koordinator yang mengurusi bagian pegawai kontrak.
Diikuti dengan adanya pemotongan gaji. Tampaknya perusahaan baru ini menganggap uang yang diterima pekerja kontrak itu selama ini terlalu banyak. Jumlah tanggungan kesehatan pun mendapat penyesuaian. Kalau sebelumnya berdasarkan sistem reimbursement, berganti dengan pemberian kartu gesek yang bisa dipergunakan ketika berobat. Kelihatannya menyenangkan karena semakin praktis. Kenyataannya, itu diberlakukan karena sudah ada pembatasan dalam tanggungan kesehatan. Jadi, tidak semua penyakit lagi yang bisa ditanggung.

Terakhir sekali yang mereka ubah adalah masa kontrak kerja. Pada awalnya sekali, kontrak kerja berlaku selama setahun dengan perpanjangan setiap tahunnya. Kemudian ada perubahan dimana kontrak berlaku menjadi bulanan. Dan sistem perpanjangan akan dilakukan setiap bulannya. Jadi, setiap akhir bulan, para karyawan kontrak ini harus berdebar-debar menunggu kepastian apakah akan mendapat perpanjangan kontrak atau tidak. Kalau ternyata menurut koordinator sistem kerjanya tidak memenuhi standart, maka pada tanggal 1 bulan berikutnya dia sudah tidak akan bekerja lagi. Jadi mirip seperti PHK hanya saja yang ini tanpa pemberitahuan beberapa hari sebelumnya.

Kabar terakhir yang saya dapatkan, perusahaan itu sedang mempersiapkan untuk segera melaksanakan sistem kontrak harian alias Freelance. Artinya, tidak ada lagi hari libur yang yang dibayar seperti halnya pada sistem kontrak bulanan dulu. Kalau mau mendapat gaji yang besar, silahkan kerja. Kalau tidak bekerja, berarti tidak ada gaji.

Hidup memang susah, tapi tetap harus kita jalani.

Thursday, April 2, 2009

The Day The Earth Stood Still


Cuplikan film ini pertama kali aku lihat di HBO sewaktu masih akan tayang di bioskop-bioskop. Trailernya begitu menarik. Menunjukkan bagaimana kota Manhattan yang megah dan penuh dengan bangunan-bangunan modern itu lenyap dalam sekejab mata, hancur menjadi debu. Dari potongan-potongan dialog yang ditampilkan secara singkat, bisa disimpulkan kalau materi film ini adalah mengenai serbuan alien ke bumi. Aktor utama pria adalah: Keanu Reeves dan aktris nya adalah: Jennifer Connely.

Setelah menonton filmya, kesimpulanku:
"Keseluruhan filmnya ternyata tidaklah seheboh potongan trailernya."
Lho, kok bisa begitu?

Dikisahkan di film ini kalau ada komunitas alien yang sudah lama sekali mengawasi planet bumi dan seluruh penghuninya. Bahkan ternyata mereka menempatkan beberapa mata-mata mereka untuk tinggal di tengah-tengah manusia. Namun, pada akhirnya mereka menganggap kalau manusia adalah mahluk perusak yang sudah tidak mungkin lagi berubah. Sehingga mereka memutuskan untuk menghancurkan bumi dan segala isinya. Untuk itu, mereka mengirim seorang utusan yang rencananya harus mengadakan perundingan dengan pemimpin manusian (dalam hal ini disebutkan adalah Ketua PBB). Namun, dalam film ini, seluruh tokoh-tokoh pemimpin dunia telah berubah menjadi pengecut dan memilih untuk bersembunyi dan mengasingkan diri, jauh sebelum utusan alien itu tiba di bumi. Dan pemegang keputusan utama adalah seorang wanita yang menjabat sebagai Sekretaris Departemen Pertahanan AS.

Yang menurutku cukup menyimpang dari kebiasaan Hollywood. Dimana sosok pemimpin yang memegang keputusan pada saat-saat penting adalah seorang pria keras kepala yang serba tahu segalanya. Namun peran si wanita sekretaris Depham ini lebih menyerupai sebagai peran pelengkap saja. Dialog-dialognya tidak menggambarkan kekuasaan. Sikapnya juga tidak tampak sebagai sikap orang yang mengetahui apa yang dia kerjakan. Malahan dia kebanyakan bertanya kesana-kemari mengenai apa yang harus dilakukannya. Padahal, dia harus memutuskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi serangan alien itu.

Utusan alien itu diperankan oleh Keanu Reeves. Dia yang mendapat tugas untuk menghancurkan bumi dan manusia yang sudah dikuasai oleh sifat perusaknya. Dia datang bersama dengan sesuatu yang terlihat sebagai algojo. Terbuat dari baja dengan ukuran yang lebih besar dan bisa mengendalikan gelombang radio dan gelombang elektromagnetik. Mereka datang dengan sebuah kapal, yang bentuknya sama sekali tidak mirip dengan UFO. Tapi lebih menyerupai bola cahaya yang berpendar-pendar. Si algojo dengan mudah bisa membuat senjata-senjata apapun menjadi tidak berguna. Hanya dengan mengeluarkan seberkas cahaya dari balik wajahnya yang seperti topeng.

Si utusan tidak berhasil bertemu dengan ketua PBB karena tidak diizinkan oleh Nyonya Sekretaris dengan alasan akan membahayakan keselamatan para pemimpin dunia itu. Dia menganggap si utusan alien itu datang ke bumi sebagai musuh. Dan disinilah peran Jennifer Connely. Dia adalah dokter mikrobiologi yang tidak pernah ditunjukkan sekalipun sedang melakukan tugas yang berhubungan dengan keahliannya. Kecuali pada lima detik pertama di awal film, ketika dia sedang mengajar sekelompok mahasiswa tingkat awal. Dengan tanpa alasan yang jelas, dia memilih untuk menyelamatkan si utusan alien itu, bahkan sebelum dia sempat berbicara sepatah katapun dengannya. Aneh bukan? Seorang ilmuwan yang biasanya berpikiran praktis, dengan begitu cerobohnya memilih untuk memihak kepada sebuah mahluk asing yang bahkan belum diketahui apa tujuan kedatangannya. Apakah dia bermaksud jahat atau tidak. Si ilmuwan lalu membantu utusan alien itu melarikan diri, dengan alasan dia berusaha untuk mengubah pemikiransi alien tentang sifat dasar manusia yang sangat perusak. Dan si ilmuwan ini memang membujuknya, tetapi dengan cara: memelas dan menangis. Hebat! Hollywood benar-benar menyimpang dari modelnya tentang film sci-fi seperti ini.

Tidak ada lagi ilmuwan-ilmuwan hebat Amerika yang dikumpulkan untuk mencari jalan keluarnya. Tidak ada laboratorium megah yang dipenuhi dengan peralatan-peralatan super canggih. Yang dijadikan tokoh pahlawan adalah seorang ilmuwan wanita muda yang tidak pernah menunjukkan bakatnya untuk memecahkan masalah itu, yang kemudian membujuk untuk mengubah pikiran alien itu dengan menangis. Aneh!

Lalu, tanpa diduga-duga, si algojo mengubah dirinya menjadi jutaan kumbang yang memakan semua jenis logam. Bagian inilah yang kemudian ditunjukkan sebagai trailer film ini dulunya. Dan bisa dikatakan, scene inilah yang lumayan bagus untuk dilihat secara visual. Bagaimana si algojo dari logam ini berubah menjadi miliaran kumbang pemakan logam. Hanya dengan sambil lalu saja, gerombolan kumbang ini bisa melahap sebuah lapangan baseball raksasa hanya dalam beberapa menit.

Di film ini terlihat bagaimana kumbang-kumbang ini memakan habis gedung-gedung pencakar langit, mobil yang sedang berjalan bahkan truk raksasa pun habis beserta pengemudinya. Kumbang-kumbang ini juga bisa membunuh manusia dengan masuk melalui saluran pernafasan dan kemudian memakan organ-organ dalam, sehingga manusia akan mati dalam waktu beberapa menit saja.

Peran puncak si utusan alien terdapat pada akhir film. Dimana si ilmuwan itu bisa mengubah pikirannya dan akhirnya dia tidak berniat untuk menghancurkan bumi. Maka dia mengorbankan dirinya sendiri dengan menghancurkan kapal ruang angkasa yang ditumpanginya. Dalam sekejab, kumbang-kumbang itu pun mati dan luruh ke tanah bersama dengan si utusan alien.

Secara keseluruhan, film ini tidak bermutu dan menyedihkan!
Aku menyesal membeli dvd nya. Dan tidak habis pikir, bagaimana mungkin Keanu Reeves mau menerima film dengan skenario murahan seperti itu.

PS: Untuk kawan-kawan yang menyukai artikel-ku tentang film, selanjutnya aku akan memindahkah tulisan tentang film ke blog khusus: Cerita Film. Tapi artikel yang masih ada disini masih tetap akan disimpan, hanya saja tidak akan bertambah lagi. Karena untuk selanjutnya, artikel tentang film akan kutuliskan di blog film itu saja. Terimakasih
Shelfari: Book reviews on your book blog
Blog Widget by LinkWithin
 

~Serendipity~ | Simply Fabulous Blogger Templates | Mommy Mayonnaise | Female Stuff